Concursus Parspektif Hukum Islam dan hukum positif Materi

  • Slides: 36
Download presentation
Concursus Parspektif Hukum Islam dan hukum positif Materi kajian, kamis 16 November 2017 Oleh

Concursus Parspektif Hukum Islam dan hukum positif Materi kajian, kamis 16 November 2017 Oleh : Ahmad Tio handini Noer Rahman Web : www. clc. uinjkt. wordpress. com gmail: clc. uinjkt@gmail. com Fb : comparative law-CLC

SAMENLOOP AAN STRAFBAAR FEIT (CONCURSUS) dan Recidive Oleh : Ahmad Tio Handini Untuk bahan

SAMENLOOP AAN STRAFBAAR FEIT (CONCURSUS) dan Recidive Oleh : Ahmad Tio Handini Untuk bahan diskusi CLC Ahmad Tio Handini 2/23/2021 2

GABUNGAN TINDAK PIDANA (SAMENLOOP VAN STRAFBAARE FEITEN ATAU CONCURSUS) CONCURSUS IDEALIS CONCURSUS REALIS PERBUATAN

GABUNGAN TINDAK PIDANA (SAMENLOOP VAN STRAFBAARE FEITEN ATAU CONCURSUS) CONCURSUS IDEALIS CONCURSUS REALIS PERBUATAN BERLANJUT

Concursus adalah gabungan tindak pidana. Terjadi Samenloop, yaitu apabila orang / seseorang yang melakukan

Concursus adalah gabungan tindak pidana. Terjadi Samenloop, yaitu apabila orang / seseorang yang melakukan tindak pidana lebih dari satu kali dan diantara tindak pidana itu belum ada yang diputus oleh pengadilan dan semua diajukan sekaligus. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 4

 Pentingnya mempelajari Samenloop adalah untuk menentukan berapa hukuman bagi seseorang / beberapa orang

Pentingnya mempelajari Samenloop adalah untuk menentukan berapa hukuman bagi seseorang / beberapa orang yang telah melakukan tindak pidana lebih dari satu kali. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 5

 JENIS-JENIS SAMENLOOP . Een Daadse Samenloop (Concursus Idealis). Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut).

JENIS-JENIS SAMENLOOP . Een Daadse Samenloop (Concursus Idealis). Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut). Meer Daadse Samenloop (Concurcus Realis) Ahmad Tio Handini 2/23/2021 6

Een Daadse Samenloop (Concursus Idealis) Adalah suatu tindakan / perbuatan terlanggar lebih dari satu

Een Daadse Samenloop (Concursus Idealis) Adalah suatu tindakan / perbuatan terlanggar lebih dari satu pasal KUHP / pasal lain. Contohnya : Orang yang membunuh tembak seseorang yang terhalangi kaca dan menyebabkan kaca tersebut pacah / hancur, maka pecahnya kaca tersebut melanggar pasal 406 KUHP dengan ancaman hukuman 2, 8 tahun penjara, sedangkan terbunuhnya orang itu melanggar pasal 338 KUHP dengan ancaman pidana setinggi-tingginya 15 tahun penjara. Jadi dari beberapa tindak pidana tersebut hanya dikenakan hukuman yang terberatnya saja. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 7

Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut) Ialah perbuatan / tindakan pidana pertama, kedua, ketiga, dst…,

Voor Gezette Handeling (Perbuatan Berlanjut) Ialah perbuatan / tindakan pidana pertama, kedua, ketiga, dst…, mempunyai hubungan yang erat. Hanya dikenakan satu pasal saja. Contoh: seorang montir bekerja di sebuah toko onderdil besar, tapi dia tidak mempunyai motor, lalu ia mengambil satu persatu onderdil motor dari yang terkecil sampai menjadi sebuah rakitan motor (Pasal 362). Ahmad Tio Handini 2/23/2021 8

Meer Daadse Samenloop (Concurcus Realis) Ialah beberapa tindak pidana melanggar beberapa pasal Contoh pada

Meer Daadse Samenloop (Concurcus Realis) Ialah beberapa tindak pidana melanggar beberapa pasal Contoh pada tanggal: 1 -5 -2011 ”Mencuri” (362 KUHP) 10 -5 -2011 ”Mencuri” (362 KUHP) 20 -05 -2011 ”Menipu” (378 KUHP) 22 -05 -2011 ”Membunuh” (338 KUHP) 27 -05 -2011 ”Memperkosa” (285 KUHP) Jadi hukuman bagi si pelaku ialah diambil yang hukuman yang terberat + 1/3. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 9

STELSEL PEMIDANAAN DALAM SAMENLOOP Stelsel pemidanaan dalam Samenloop ada 4 stelsel sistem pemidanaan :

STELSEL PEMIDANAAN DALAM SAMENLOOP Stelsel pemidanaan dalam Samenloop ada 4 stelsel sistem pemidanaan : A. Stelsel Pokok Absorptie Stelsel Commulatie Stelsel B. Stelsel Tambahan Absorptie yang di pertajam Commulatie sedang Ahmad Tio Handini 2/23/2021 10

Absorptie Stelsel Apabila seseorang melakukan beberapa delik yang masing diancam dengan pidana yang berlain-lainan,

Absorptie Stelsel Apabila seseorang melakukan beberapa delik yang masing diancam dengan pidana yang berlain-lainan, maka menurut sistem ini hanya dijatuhi satu hukuman saja, yaitu pidana yang terberat walaupun orang tersebut melakukan beberapa delik. Contoh: si A melakukan Tindak Pidana 3 kali, yang ancaman pidananya berbeda-beda yaitu 5 th, 7 th, dan 15 th. Menurut sistem ini hanya diberikan satu ancaman saja yang terberat yaitu 15 th. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 11

Commulatie Stelsel Apabila seseorang melakukan beberapa kali perbuatan pidana yang merupakan beberapa delik yang

Commulatie Stelsel Apabila seseorang melakukan beberapa kali perbuatan pidana yang merupakan beberapa delik yang diancam dengan pidana sendiri-sendiri. Maka menurut sistem ini, tiap-tiap pidana yang diancamkan kepada tiap-tiap delik yang dilakukan oleh orang itu dijumlahkan. Contoh : 5 th + 7 th + 15 th = 27 th. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 12

Absorptie yang di pertajam Apabila seseorang malakukan perbuatan yang merupakan beberapa jenis delik yang

Absorptie yang di pertajam Apabila seseorang malakukan perbuatan yang merupakan beberapa jenis delik yang diancam dengan pidana yang berlain-lainan. Menurut stelsel ini, pada hakikatnya hanya dijatuhi satu pidana yaitu pidana terberat akan tetapi ditambah 1/3 nya. Contoh: si A diancam hukuman 7 th, 5 th, dan 15 th, maka si A diancam hukuman (15 + (1/3 X 5) = 16 Tahun 7 Bulan. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 13

Commulatie sedang Apabila seseorang melakukan beberapa jenis delik yang masing diancam dengan pidana sendiri-sendiri,

Commulatie sedang Apabila seseorang melakukan beberapa jenis delik yang masing diancam dengan pidana sendiri-sendiri, maka menurut sistem ini, semua pidana yang diancamkan oleh masing-masing delik dijatuhkan semuanya ; akan tetapi, jumlah dari pidana itu harus dikurangi, yaitu jumlahnya tidak boleh melebihi dari pidana yang terberat ditambah 1/3. Contoh: 5 th + 6 th + 15 th = 21 th 15 + ( 1/3 x 5) = 20 th. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 14

RECIDIVE Recidive ialah seseorang / beberapa orang yang telah selesai di hukum, kemudian ia

RECIDIVE Recidive ialah seseorang / beberapa orang yang telah selesai di hukum, kemudian ia mengulangi tindak pidana lagi Recidive terjadi apabila seseorang / beberapa orang yang belum lewat 5 th dari ia selesai menjalani hukuman ia melakukan tindak pidana lagi Ahmad Tio Handini 2/23/2021 15

TEORI-TEORI RECIDIVE 1) Recidive Umum 2) Recidive Tengah 3) Recidive Khusus Ahmad Tio Handini

TEORI-TEORI RECIDIVE 1) Recidive Umum 2) Recidive Tengah 3) Recidive Khusus Ahmad Tio Handini 2/23/2021 16

Recidive Umum Menurut teori recidive umum seseorang belum lewat 5 th dari ia selesai

Recidive Umum Menurut teori recidive umum seseorang belum lewat 5 th dari ia selesai menjalani hukuman tetapi ia melakukan tindak pidana lagi (tindak pidana apa saja). Ahmad Tio Handini 2/23/2021 17

Recidive Tengah teori recidive tengah membagi 3 kelompok tindak pidana seperti yang diatur dalam

Recidive Tengah teori recidive tengah membagi 3 kelompok tindak pidana seperti yang diatur dalam pasal 486, 487, 488 KUHP. 1 Tindak pidana yang mencari untung dengan tidak halal / perbuatan – perbuatan negative yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan tipu daya muslihat. Contoh: pencurian, penipuan, dan penggelapan (pasal 486). 2 Perbuatan-perbuatan kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap jiwa manusia / badan manusia. Contoh: pembunuhan, penganiayaan, dsb. (pasal 487). 3 Sejumlah kejahatan – kejahatan yang terdiri atas berbagai kejahatan yang pada hakikatnya sama sifatnya mengandung suatu penghinaan (pasal 488). Jadi menurut recidive tengah yang melakukan tindak pidana pengulangannya itu dalam satu golongan, dan KUHP menganut recidive ini. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 18

Recidive Khusus Menurut teori recidive khusus ialah apabila ia keluar dari menjalani hukuman belum

Recidive Khusus Menurut teori recidive khusus ialah apabila ia keluar dari menjalani hukuman belum lewat dari 5 th ia melakukan tindak pidana lagi yang pasalnya sama. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 19

PERSAMAAN & PERBEDAAN CONCURSUS DENGAN RECIDIVE Persamaannya ialah sama melakukan tindak pidana lebih dari

PERSAMAAN & PERBEDAAN CONCURSUS DENGAN RECIDIVE Persamaannya ialah sama melakukan tindak pidana lebih dari satu kali. Perbedaannya ialah: Pada Concursus, diantara beberapa tindak pidana itu belum ada yang diputus oleh pengadilan dan kemudian diajukan sekaligus ke pengadilan. Pada Recidive, diantara beberapa tindak pidana itu, sudah ada yang diputus oleh pengadilan dan putusannya sudah mempunyai hukum yang tetap. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 20

Menurut pendapat calon sarjana, Ahmad Tio Handini concursus adalah hal yang meringankan terdakwa /

Menurut pendapat calon sarjana, Ahmad Tio Handini concursus adalah hal yang meringankan terdakwa / tersangka. recidive adalah hal yang memberatkan terdakwa / tersangka. Ahmad Tio Handini 2/23/2021 21

Definisi Delik gabungan ijtimaul ‘uqubah ta’adudul ‘uqubat q Dader melakukan jarimah kedua dan seterusnya

Definisi Delik gabungan ijtimaul ‘uqubah ta’adudul ‘uqubat q Dader melakukan jarimah kedua dan seterusnya q sebelum dijatuhi hukuman Abdul Qadir Audah dalam al -Tasyri’ al-Jinai al –Islami : ﻭﺗﻌﺪﺩ ﺍﻟﺠﺮﺍﺋﻢ ﻛﻠﻤﺎ ﺍﺭﺗﻜﺐ. ﺗﻌﺪﺩ ﺍﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ﻛﻠﻤﺎ ﺗﻌﺪﺩﺕ ﺍﻟﺠﺮﺍﺋﻢ ﺷﺨﺺ ﺟﺮﺍﺋﻢ ﻣﺘﻌﺪﺩﺓ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻬﺎﺋﻴﺎ ﻓﻰ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻣﻨﻬﺎ

TEORI AL-IJTIMA’ ALUQUBAH Sebenarnya dalam hukum pidana islam masalah ini juga menjadi pembahasan. Teori

TEORI AL-IJTIMA’ ALUQUBAH Sebenarnya dalam hukum pidana islam masalah ini juga menjadi pembahasan. Teori tentang bergandanya hukuman sudah dikenal dikalangan fuqaha tetapi teori tersebutt dibatasi dengan dua teori yang lain, yaitu teori saling memasuki (tadakhul) dan teori penyerapan (aljabbu) (hanafi, 1967: 331 -334) Teori Tadakhul ﺍﻟﺘﺪﺍﺧﻞ ﻫﻮ ﺍﻥ ﺍﻟﺠﺮﺍﺋﻢ ﻓﺤﺎﻟﺔ ﺍﻟﺘﻌﺪﺩ ﺗﺘﺪﺍﺧﻞ ﻋﻘﻮﺑﺘﻬﺎ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻓﺒﻌﺾ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﻌﺎﻗﺐ ﻋﻠﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺠﺮﺍﺋﻢ ﺑﻌﻘﻮﺑﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ Dari pengertian di atas, seseorang yang melakukan gabungan jarimah hanya akan mendapatkan satu hukuman sebagaimana halnya ketika ia melakukan satu jarimah, hal ini dikarenakan hukuman dari beberapa jarimah tersebut saling memasuki, sebagian masuk pada sebagaian yang lain, sehingga hanya satu hukuman saja yang dijatuhkan.

Teori tadakhul didasarkan atas dua pertimbangan (topo santoso, 2001: 160) § Pada dasarnya suatu

Teori tadakhul didasarkan atas dua pertimbangan (topo santoso, 2001: 160) § Pada dasarnya suatu hukuman dijatuhkan dengan maksud memberikan pengajaran (ta’dib) dan penjegahan terhadap orang lain, dan kedua tujuan ini dapat dicapai dengan satu hukuman selama cukup membawa hasil § Meski perbuatan-perbuatan yang dilakukan berganda dan berbeda macamnya, hukumannya saling melengkapi dan cukup satu hukuman untuk melindungi kepentingan yang sama atau untukk mewujudkan tujuan yang sana.

Teori Al-Jabbu (penyerapan) Abdul Qadir Audah ﺍﻟﺠﺐ ﻓﻲ ﺍﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻫﻮ ﺍﻻﻛﺘﻔﺎﺀ ﺑﺘﻨﻔﻴﺪ ﺍﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ﺍﻟﺘﻰ

Teori Al-Jabbu (penyerapan) Abdul Qadir Audah ﺍﻟﺠﺐ ﻓﻲ ﺍﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻫﻮ ﺍﻻﻛﺘﻔﺎﺀ ﺑﺘﻨﻔﻴﺪ ﺍﻟﻌﻘﻮﺑﺔ ﺍﻟﺘﻰ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﻣﻊ ﺗﻨﻔﻴﺬﻫﺎ ﺗﻨﻔﻴﺬ ﺍﻟﻌﻮﺑﺎﺕ ﺍﻻﺧﺮﻯ Dalam teori penyerapan ini, seseorang yang melakukan gabungan jarimah akan dijatuhi hukuman, dimana hukuman tersebut sekaligus menggugurkan hukuman yang lainnya atua pelaksanaannya akan menyerap hukuman lainnya. Pengertian penyerapan ialah menjatuhkan suatu hukuman di mana hukuman-hukuman yang lain tidak dapat dijatuhkan. Hukuman tersebut dalam hal ini hukuman mati, dimana pelaksanaan hukumanya dengan sendirinya menyerap hukuman lainnya.

Teori Percampuran (al Mukhtalath ) ﺍﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺘﻴﻦ ﺍﻻﻭﻟﺘﻴﻦ ﺃﻮ ﺗﻘﻴﺪ ﺇﻃﻼﻗﻬﻤﺎ Teori percampuran

Teori Percampuran (al Mukhtalath ) ﺍﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺘﻴﻦ ﺍﻻﻭﻟﺘﻴﻦ ﺃﻮ ﺗﻘﻴﺪ ﺇﻃﻼﻗﻬﻤﺎ Teori percampuran ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari dua metode sebelumnya yaitu teori al jabbu (penyerapan) dan teori ad tadaahul (saling memasuki), yaitu dengan cara menggabungkan keduanya dan mencari jalan tengahnya.

Bentuk-Bentuk Gabungan Melakukan Tindak Pidana ibnu Qudamah dalam kitabnya al Mughni mengatakan bahwa jika

Bentuk-Bentuk Gabungan Melakukan Tindak Pidana ibnu Qudamah dalam kitabnya al Mughni mengatakan bahwa jika terkumpul jarimah, jarimah hudud dimana hukuman-hukumannya berbeda, maka tidak akan terlepas dari tiga kategori di bawah ini, ketiga kategori tersebut adalah: Pertama : Gabungan beberapa jarimah dimana semua hukumannya itu murni hak Allah

Keterangan Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadillatuhu. Pertama , keadaan dimana terdapat gabungan beberapa jarimah

Keterangan Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Waadillatuhu. Pertama , keadaan dimana terdapat gabungan beberapa jarimah yang semua hukumannya murni hak Allah. Untuk gabungan ini terdapat tiga bentuk gabungan, yaitu: 1. Gabungan beberapa jarimah yang terdapat ancaman pidana mati q Syafi’i mengatakan bahwa seseorang yang melakukan gabungan beberapa tindak pidana baik yang di dalamnya terdapat hukuman mati ataupun tidak maka semua hukuman yang diancamkan harus dilaksanakan. q sebagian fuqaha berpendapat bahwa selain hukuman mati berarti gugus dan hanya hukuman mati saja yang dilaksanakan. Pendapat ini menurut Ibnu Mas’ud, Atha’, as. Sya’bi, an Nakhaiy, al-Auza’iy, Hammad, Malik dan Abu Hanifah. q Golongan Hambaliyah, Hanafiyah dan malikiyah mengatakan bahwa hukuman tersebut saling memasuki (at Tadāhul) yaitu antara hukuman yang satu dengan yang lainnya saling masuk sehingga pelakunya hanya dikenai satu hukuman yaitu hukuman mati saja sebagai hukuman yang terberat.

q Ibrahim al-Nakha’i bahwa hukuman dicukupkan dengan pelaksanaan hukuman mati, sebab adanya kumpulan hak-hak

q Ibrahim al-Nakha’i bahwa hukuman dicukupkan dengan pelaksanaan hukuman mati, sebab adanya kumpulan hak-hak Allah yang murni dan maksud dari hukuman itu sendiri adalah untuk peringatan. Dengan dijatuhkannya hukuman mati maka kebutuhan untuk peringatan tersebut dirasa sudah cukup. q Sementara itu Ibnu Qudamah, mengikuti pendapat Ibnu Mas’ud yang mengatakan ﺍﺫﺍ ﺍﺟﺘﻤﻊ ﺣﺪﺍﻥ ﺃﺤﺪﻫﻤﺎ ﺍﻟﻘﻄﻞ ﺑﺬﺍﻟﻚ

2. Gabungan beberapa jarimah yang tidak terdapat ancaman pidana mati Dalam masalah ini terdapat

2. Gabungan beberapa jarimah yang tidak terdapat ancaman pidana mati Dalam masalah ini terdapat dua pendapat : Pertama , bahwa semua hukuman harus dilaksanakan. Alasannya yaitu sebab dari adanya gabungan melakukan jarimah itu berbeda-beda dan lebih dari satu. Berbilangnya (lebih dari satu) sebab membuat hukuman tidak dapat saling memasuki atau digabung karena sebabnya juga berbeda-beda. Ulama sepakat untuk menjatuhkan semua hukuman, selama tidak saling memasuki. Ulama berbeda pendapat mengenai hukuman mana yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Syafi’iyah dan Hanabilah melaksanakan hukuman yang paling ringan terlebih dahulu. Sementara Malikiyah berpendapat bahwa hukuman potong harus didahulukan daripada hukuman jilid. Hanafiyah menyerahkan pemilihan untuk menentukan hukuman mana yang akan dijatuhkan terlebih dahulu kepada pemerintah. Kedua, pendapat sebagian Malikiyah, bahwa mereka membedakan antara hukuman-hukuman yang sejenis dan yang tidak sejenis.

Kedua, Keadaan dimana terdapat gabungan beberapa jarimah yang hukumannya merupakan hak Allah dan sekaligus

Kedua, Keadaan dimana terdapat gabungan beberapa jarimah yang hukumannya merupakan hak Allah dan sekaligus hak hamba. Dalam hal ini terdapat tiga hal, yaitu: 1) Di antara hukuman-hukuman tersebut tidak terdapat ancaman pidana mati. (dicontohkan hukuman untuk jarimah minum khamr dan jarimah qodhaf. ) Hanabilah, Syafi’iyah dan Hanafiyah mengatakan bahwa seluruh hukuman harus dilaksanakan karena berbilangnya (lebih dari satu) sebab jika sebabnya lebih dari satu jenis maka musababnya tidak diragukan lagi pasti lebih dari satu juga atau berbilang. Sebagian Malikiyah berpendapat bahwa hudud yang hukumannya sejenis, yaitu hukuman cambuk, bisa saling memasuki atau digabungkan, alasannya yaitu ketika seseorang mabuk maka ia dapat mengeluarkan kata yang dapat menimbulkan fitnah. Adapun hukuman selain itu tidak bisa digabungkan.

2). Di antara hukuman-hukuman tersebut terdapat ancaman pidana mati Jumhur ulama yang mengatakan bahwa

2). Di antara hukuman-hukuman tersebut terdapat ancaman pidana mati Jumhur ulama yang mengatakan bahwa jarimah yang di dalamnya terdapat hak-hak Allah, maka hak Allah tersebut masuk ke dalam hukuman mati. Adapun yang terdapat di dalamnya hak-hak Adami maka harus dijatuhkan seluruhnya. Hukuman mati disini kedudukannya sebagai hukuman had ataupun karena qisas. Apabila di dalam gabungan tersebut terdapat hukuman mati dan hukuman-hukuman yang lain, maka hukuman lain harus didahulukan daripada hukuman mati. Dalam hal ini hak Adam didahulukan daripada hak Allah. 3) Bertemunya dua hak pada satu ancaman yang akan dikenai hukuman Sebagai contoh, terdapat dua hukuman yaitu qisas dan rajam, dalam hal ini jumhur sepakat untuk mendahulukan qisas daripada rajam. Alasannya yaitu hukuman qisas dapat dijadikan sebagai penguat hukuman terhadap pemenuhan hak adami

Ketiga, Keadaan dimana terdapat beberapa jarimah yang di dalamnya terdapat hak adami atau hamba

Ketiga, Keadaan dimana terdapat beberapa jarimah yang di dalamnya terdapat hak adami atau hamba saja. Dalam hal ini terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) Keadaan pertama dimana terdapat hukuman mati karena qisas Menurut Hanafiyah adanya hukuman mati ini tidak menafikan hukuman selainnya, jika dalam hukuman tersebut terdapat hukuman qisas. Kedua sahabat Abu Hanifah yaitu Muhammad Syaibani dan Abu Yusuf berkata bahwa hukuman mati tidak meniadakan hukuman selainnya, karena keduanya berhubungan, bisa jadi hukuman yang pertama adalah pendahuluan bagi yang kedua. 2) Keadaan kedua dimana di antara hukuman tersebut tidak terdapat hukuman mati. Dalam hal ini qisas harus diterapkan pada tiap-tiap perbuatan karena berbilangnya sebab berimplikasi pada berbilangnya musabab.

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa apa-apa yang berhubungan dengan hal Allah dapat digabungkan

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa apa-apa yang berhubungan dengan hal Allah dapat digabungkan sedangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan hak-hak manusia (anak Adam) maka tidak boleh digabungkan. Menurut Imam Malik bahwa hukuman itu dapat digabungkan apabila terdapat dua hal, yaitu: Pertama , apabila satu penyebabnya yaitu jika sama kadang antara diwajibkannya hukuman dari masing jarimah itu. Seperti pencurian dan pemotongan tangan orang. Dalam masalah ini pencurian hukumannya adalah potong tangan, sedangkan memotong tangan orang (pada kriminal yang kedua) hukumannya adalah qisas (yaitu potong tangan juga). Maka jika telah dilaksanakan salah satu dari dua kejahatan atau lebih yang penyebabnya sama (satu) maka hukuman yang kedua menjadi gugur. Kedua, jika penyebabnya satu, jarimahnya dilakukan berulangkali, seperti pencurian berulangkali sebelum dilaksanakan hukuman potong tangan.

SEKIAN, TERIMAKASIH. . . SEMOGA BERMAMFAAT SEBAGAI BAHAN PERBANDINGAN

SEKIAN, TERIMAKASIH. . . SEMOGA BERMAMFAAT SEBAGAI BAHAN PERBANDINGAN