CognitiveAffective Personality System Walter Mischel Latar Belakang1 l
Cognitive-Affective Personality System (Walter Mischel)
Latar Belakang-1 l Mischel lahir tahun 1930 di Wina. Ia tinggal tidak jauh dari kediaman Freud. l Tahun 1938 Nazi memasuki Austria sehingga keluarga Mischel pindah ke Amerika Serikat. l Ketika kuliah S 1 di New York University, lebih tertarik pada seni. Selanjutnya mengikuti program S 2 dibidang Psikologi Klinis di City College of New York. l Mischel mengikuti program doktor di Ohio State University yang ketika itu bidang psikologi amat dipengaruhi oleh pendapat Julian Rotter dan George Kelly
Latar Belakang-2 l Dalam mengembangkan teorinya, Mischel dipengaruhi oleh Rotter (teknik asesmen dan terapi) maupun Kelly (partisipan dalam psikologi eksperimen). l Menjadi staf di Department of Social Relations, Harvard University. Teori kepribadiannya kemudian dipengaruhi pula oleh Allport, Murray, Mc. Clelland, Bandura. l Prestasi terpentingnya adalah Personality and Assessment (1968): tingkah laku lebih dipengaruhi oleh situasi daripada traits.
Consistency Paradox-1 l Orang-orang dan psikolog secara intuitif percaya bahwa tingkah laku manusia cenderung konsisten, padahal bukti-bukti menunjukkan bahwa banyak sekali variasi pada tingkah laku. Hal ini disebut sebagai consistency paradox. l Faktor utama yang dipercaya mengarahkan tingkah laku adalah traits kepribadian global, yang sifatnya konstan pada berbagai situasi. l Menurut Mischel memang ada traits dasar tetapi pengaruhnya tidak sama antara satu situasi dengan situasi lainnya.
Consistency Paradox-2 l Contoh inkonsistensi: sebagian orang menyontek saat ujian tetapi tidak mencuri sesuatu pada pesta. Sebagian lainnya berlaku curang saat lomba atletik tetapi tidak menyontek saat ujian. l Ketika bekerja di Peace Corps, tim seleksi tidak mampu memprediksi performance para guru melalui hasil asesmen kepribadian. l Rendahnya korelasi antara traits dengan tingkah laku bukan disebabkan tidak reliabelnya alat ukur, tetapi karena tingkah laku memang tidak konsisten dalam situasi yang berbeda.
Person-Situation Interaction-1 l Setiap individu memiliki traits kepribadian yang menetap, tetapi situasi memberikan efek yang luar biasa terhadap tingkah laku. l Penolakan Mischel terhadap teori traits bukan pada ketidakstabilan traits, tetapi pada inkosistensi pengaruh traits pada situasi yang berbeda-beda. l Contoh: seseorang dg traits conscientiousness (teratur, disiplin, berfokus pada prestasi, ambisius) menunjukkan prestasi akademik baik tetapi tidak disiplin dalam merawat mobilnya.
Person-Situation Interaction-2 l Mischel percaya bahwa keyakinan, nilai, tujuan, kognisi, dan perasaan seseorang berinteraksi dengan traits dalam membentuk tingkah laku. l Penelitian: wawancara terhadap anak usia 8 dan 12 tahun serta orang dewasa tentang “target group”. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka telah menyadari adanya hubungan antara situasi dengan tingkah laku, terut pd dewasa. “Carlo kadang-kadang memukul temannya” “Carlo akan memukul bila diprovokasi”
Behavior Prediction l Jika kepribadian merupakan sistem yang stabil yang memproses informasi tentang situasi (eksternal dan internal) maka bila individu menhadapi situasi yang berbeda maka tingkah laku mereka juga akan bervariasi. l Variasi tingkah laku bukanlah merupakan kesalahan random melainkan dapat diprediksi karena mencerminkan suatu pola variasi dalam setiap individu. Jadi perubahan tingkah laku mengikuti aturan tertentu.
Situation Variables-1 l Kita dapat mengetahui pengaruh dari situasi dan kualitas kepribadian dg cara mengobservasi persamaan dan perbedaan respon orang-orang pada situasi tertentu. l Mana yang lebih berpengaruh? a. Menonton film horor b. Kalah dalam pemilihan miss Indonesia c. Diberhentikan dari pekerjaan d. Mengikuti upacara bendera di sekolah
Situation Variables-2 Studi tentang kaitan antara situasi dengan harapan terhadap kesuksesan (hal 525) a) Murid kelas 8 ditanya ttg sejauh mana harapan mereka unt berhasil dalam tes b) Mengerjakan tes c) Feedback: sukses/gagal/tanpa informasi d) Diminta memilih reward: segera tetapi kurang berharga atau ditunda tapi lebih berharga e) Hasil: terdapat interaksi antara situational feedback dengan expectancy for success yang kemudian mempengaruhi pemilihan reward
Cognitive-Affective Units Pada tahun 1973 Mischel memperkenalkan 5 variabel personal yang relatif stabil, yang bila berinteraksi dengan situasi dapat menentukan tingkah laku: 1. Encoding Strategies 2. Competencies and Self-Regulatory Strategies 3. Expectancies and Beliefs 4. Goals and Values 5. Affective Responses
1. Encoding Strategies § § Adalah cara-cara yg digunakan unt membuat kategori dari informasi yang diperoleh dari stimuli eksternal. Setiap orang melakukan cara-cara yang berbeda, yang menunjukkan adanya perbedaan dalam konstruk personal. Seseorang akan mengubah input dari luar bdsk apa yang diperhatikan, bagaimana ia menginterpretasikan pengalaman, dan cara melakukan kategorisasi. Eksperimen: anak diperlihatkan gambar reward vs diminta membayangkan reward yang sebenarnya.
2. Competencies and Self-Regulatory Strategies § § Competencies = sejumlah besar informasi yang kita peroleh tentang dunia dan hubungan kita dengan dunia. Cognitive competencies umumnya lebih stabil dan sama dalam berbagai situasi dibandingkan cognitive-affective units lainnya. Kita menggunakan self-regulatory strategies (sama dgn pendapat Bandura) untuk mengontrol tingkah laku. Manusia tidak membutuhkan rewards dan hukuman dari luar untuk membentuk tingkah laku, mereka dapat menetapkan tujuan pribadi dan memperoleh reward dari pencapaiannya.
2. Competencies and Self-Regulatory Strategies § § Manusia tetap dapat membuat perencanaan, melakukan inisiatif, dan mempertahankan tingkah laku walaupun dukungan dari lingkungan amat minim. Contoh: Para pejuang kemerdekaan dan tokoh politik tetap berusaha keras untuk mencapai tujuan walaupun menghadapi lingkungan yang sangat sulit. Sepasang kekasih yang hubungannya ditentang orangtua tetap bertekad sehidup semati
3. Expectancies and Beliefs § § § Bdsk pengalaman masa lalu & observasi, sso belajar untuk melakukan tingkah laku yang diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang secara subjektif paling bernilai. Behavior-outcome expectancy: “if…. then…” (Jika saya mengatakan yang sebenarnya, maka ia pasti akan marah). Stimulus-outcome expectancy (seorang anak langsung menangis ketika melihat perawat membawa suntikan). Hal ini penting dalam menjelaskan CC.
4. Goals and Values § § § Kita tdk bereaksi berdasarkan stimuli, tapi aktif merancang tujuan, berusaha mencapainya dan merancang situasi. Dua orang dengan kemampuan dan harapan yang sama, dapat memilih karir yang berbeda tergantung pada tujuan dan nilai yang dianut. Nilai, tujuan, minat, dan kompetensi merupakan cognitive-affective units yang paling stabil.
5. Affective Responses § § § Awalnya teori Mischel murni kognitif, tapi kemudian ia menambahkan respon afektif sebagai bagian penting dalam cognitive-affective units. Mencakup emosi, perasaan, reaksi fisiologis. Tidak dapat dipisahkan dari kognisi dan keduanya saling mempengaruhi. Contoh: penilaian diri biasanya mencakup perasaan positif dan negatif.
Tugas kelompok l Diskusikan gambar di sebelah ini berdasarkan 5 variabel dalam affective-cognitive units. l Tingkah laku apa yang akan dilakukan?
- Slides: 19