Cidera olahraga jilid 1 CIDERA OLAHRAGA Cidera injury

  • Slides: 34
Download presentation
Cidera olahraga jilid 1

Cidera olahraga jilid 1

CIDERA OLAHRAGA Cidera (injury) adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan pada jaringan baik pada tulang,

CIDERA OLAHRAGA Cidera (injury) adalah suatu keadaan terjadinya kerusakan pada jaringan baik pada tulang, otot, soft tissue, syaraf dan kulit. Cidera ini dapat diakibatkan oleh banyak hal. Cidera yang disebabkan oleh aktifitas olahraga adalah yang disepakati sebaga cidera olahraga

CIDERA OLAHRAGA TRAUMATIC INJURY l REPETITIVE INJURY l

CIDERA OLAHRAGA TRAUMATIC INJURY l REPETITIVE INJURY l

Penekanan Cidera OR Aspek Biomekanik l Kinesiologi terapan l Jenis Cidera Olahraga l

Penekanan Cidera OR Aspek Biomekanik l Kinesiologi terapan l Jenis Cidera Olahraga l

Aspek Biomekanik Beban fisiologis dan adaptability kemampuan tubuh yang dapat menerima beban secara fisiologis

Aspek Biomekanik Beban fisiologis dan adaptability kemampuan tubuh yang dapat menerima beban secara fisiologis dan kemampuan untuk menadaptasi beban tersebut. Semakin sering latihan semakin besar kemampuan adaptasi beban l Gravity force ; Beban berat badan tubuh yang dimiliki akan mendapatkan suatu tenaga bila melompat atau melakukan gerakan kebawah dengan tenaga dari gravitasi. Dengan demikian factor gravitasi ini akan memberikan beban yang lebih apalagi dalam aktifitas olahraga. Bila terjadi cidera maka cidera yang akan muncul pada jaringan peredam beban. Seperti tulang rawan dan meniscus l

Aspek Biomekanik 2 Force of inertia adalah kemampuan tubuh dalam menolak perubahan pada gerakan.

Aspek Biomekanik 2 Force of inertia adalah kemampuan tubuh dalam menolak perubahan pada gerakan. Jaringan yang berfungsi sebagai stabilisasi akan menerima beban yang berat ketika tubuh mengalami perubahan gerakan. Bila terjadi tekanan yang berlebihan maka jaringan tersebut sepeti ligament akan mengalami cidera l Aksi dan reaksi ( bahwa setiap tenaga yang dikeluasrkan akan mendapatkan tekanan yang sama. Hal yang sama juga terjadi pada prinsip aksi dan reaksi. Bila beban yang terima berat maka seluruh tubuh yang menerinma aksi tersebut dapat mengalami cidera seperti otot, tulan, ligament, dll l

Aspek Biomekanik 3 l l l Friction Timbulnya gesekan antara tubuh dengan pemukaan. Bila

Aspek Biomekanik 3 l l l Friction Timbulnya gesekan antara tubuh dengan pemukaan. Bila beban gerseka ini berat maka struktur yang meredam gerusan seperti menicus dapat mengalami cidera Keseimbangan pada tubuh dapat terjadi bila tekanan yang diterima tubuh pada saat diam adalah nol tekanan yangh diterima tubuh pada saat bergerak adalah nol. Keseimbangan dapat diperoleh dengan memperhatikan hokum dari lever Traksi beban yang diterima oleh jaringan karena tarikan atau traksi akan diseimbangkan dengan munculnya tension dari ligament Kompresi, Bending, Twistng, Shear Beban berlebih

Kinesiologi Terapan l Setiap olahraga memiliki gerakan yang spesifik dan dominan. Misalnya seorang pemain

Kinesiologi Terapan l Setiap olahraga memiliki gerakan yang spesifik dan dominan. Misalnya seorang pemain sepakbola memiliki gerakan dominant pada tungkai dan spesifik pada ekstensi lutut. Dari gerakan tersebut dalam penanganan cidera olahraga perlu diperhatikan otot dan sendi apa yang bekerja. Dengan demikian dapat segera diketahui cidera apa yang terjadi

Karateristik Biomekanik jalan l Jalan adalah suatu siklus dimana ada masa melayang dan menumpu

Karateristik Biomekanik jalan l Jalan adalah suatu siklus dimana ada masa melayang dan menumpu l Satu siklus adalah dari heel strike kaki kanan sampai heel strike kaki lainnya l Satu siklus itu dibentuk oleh dua langkah. l Siklus jalan terdiri dari fase melayang (swing phase) dan fase menapak (support phase).

Posisi sendi pada fase Early swing Fleksi hip (9 – 30 ˚), fleksi lutut

Posisi sendi pada fase Early swing Fleksi hip (9 – 30 ˚), fleksi lutut (30 – 60˚), Dorsofleksi ankle l Late swing ekstensi hip, ekstensi lutut, dorsi fleksi ankle l Loading phase fleksi hip, flekso lutut, plantar fleksi ankle l Mid stance ekstensi hip, ekstensi lutut, dorsi fleksi ankle l Drive off ekstensi hip, fleksi lutut, plantar fleksi ankle l

Kerja otot pada fase jalan

Kerja otot pada fase jalan

Biomekanik pada berlari l Pada prinsipnya siklus berlari sama dengan siklus berjalan l Pada

Biomekanik pada berlari l Pada prinsipnya siklus berlari sama dengan siklus berjalan l Pada berlari fase menapak 40 % dan fase melayang 60 % l Kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekwnsi langkah l Fase berjalan dan fase berlari memiliki analisa kinesiologi yang sama

Perbedaan jalan dan lari Pada panggul fleksi panggul ketika kaki lurus lebih besar dari

Perbedaan jalan dan lari Pada panggul fleksi panggul ketika kaki lurus lebih besar dari pada waktu berjalan l Pada lutut diwaktu berlari tidak pernah lurus tetapi dalam posisi fleksi. Fleksi lutut pada waktu ebrlari lebih besar dari waktu berjalan l Plantar fleksi pada waktu toe off lebih besar pada lari daripada jalan l Pada gerakan lari terdapat gerakan pronasi dan supinasi dari pergelangan kaki l

Kerja Otot Pada waktu lari

Kerja Otot Pada waktu lari

Biomekanik dari lompat l Counter movement (ancang) gerakan pertama sampai lutut fleksi l Propulsion

Biomekanik dari lompat l Counter movement (ancang) gerakan pertama sampai lutut fleksi l Propulsion (mendorong) dari lutut fleksi ke take off l Flight (melayang) dari take off ke landing l Landing (mendarat) dari landing ke akhir gerakan

Biomekanik dari melempar l Persiapan dari pertama kali menggerakan lengan kebelakang sampai maksimal ekstensi

Biomekanik dari melempar l Persiapan dari pertama kali menggerakan lengan kebelakang sampai maksimal ekstensi bahu l Fase menarik ada early dan late l Follow through

Biomekanik pada cidera OR l Stress dan Strain, dapat terjadi suatu tension, compresion dan

Biomekanik pada cidera OR l Stress dan Strain, dapat terjadi suatu tension, compresion dan shear l Peningkatan leverage menambah beban tubuh menimbulkan cidera contoh penambahan beban l Perubahan center of gravity unstable

l Kesesuaian antara aksi balistic dan recriprocal kerja agonis powewrfull diikuti stabilisasi agonis dan

l Kesesuaian antara aksi balistic dan recriprocal kerja agonis powewrfull diikuti stabilisasi agonis dan antagonis kontraksi eksentrik mencegah tarikan berlebihan dari agonis (balistic) l Ketika terjadi penguluran maksimal maka terjdai kontraksi yang lebih kuat (recriprocal ) l

Traumatic injuries. Mekanisme terjadinya traumatic injuries dapat dikaitkan dengan cidera penyebabnya dan kejadiannya dapat

Traumatic injuries. Mekanisme terjadinya traumatic injuries dapat dikaitkan dengan cidera penyebabnya dan kejadiannya dapat digambarkan dengan yang jelas misalnya jatuh, dapat berupa Sprain, Subluksasi, Dislokasi. cidera langsung yang berat Cidera olah raga seperti cidera-cidera trauma lainnya merupakan rudapaksa baik langsung maupun tidak langsung yang berlebihan dan melebihi batas sehingga akan terjadi kerusakan pada jaringan lunak ( kulit, syaraf, ligamen, otot), sendi dan tulang

Jenic Cidera a) b) c) d) e) Sprain Contusio Luxation Fracture Fatigue fractur a)

Jenic Cidera a) b) c) d) e) Sprain Contusio Luxation Fracture Fatigue fractur a) b) c) d) e) f) Muscle Injury Muscle Cramp Sore Muscle Myogeloses Injury tendon Strain

Kerusakan pada otot sering disebut strain, yang dapat dibagi dalam : First Degree Strain

Kerusakan pada otot sering disebut strain, yang dapat dibagi dalam : First Degree Strain atau mild strain yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada penguluran unit musculo-tendinous yang ringan. Gejala yang timbul adalah adanya nyeri lokal dan meningkat apabila bergerak atau bila ada beban pada otot. Tanda-tandanya adalah adanya spasme otot ringan, bengkak, empuk (tenderness) dan gangguan kekuatan otot dan fungsi yang sangat ringan. Komplikasi yang dapat timbul adalah strain berulang, tendonitis, periostitis. Perubahan pathologi adalah adanya inflamasi ringan dan mengganggu jaringan otot dan tendon naum tak ada perdarahan yang besar.

Second Degree Strain atau moderate strain yaitu adanya cidera pada unit musculotendinous akibat kontraksi

Second Degree Strain atau moderate strain yaitu adanya cidera pada unit musculotendinous akibat kontraksi atau penguluran yang berlebihan. Gejala dan tanda-tanda yang timbul adalah adanya nyeri lokal dan meningkat apabila bergerak atau bila ada beban pada otot. Spasme otot sedang, bengkak, empuk (tenderness) dan gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang. Komplikasi yang dapat timbul adalah strain berulang, tendonitis, periostitis. Perubahan pathologi adalah adanya robekan serabut otot.

Third Degree Strain atau severe strain (strain berat) yaitu adanya tarikan/penguluran mendadak yang cukup

Third Degree Strain atau severe strain (strain berat) yaitu adanya tarikan/penguluran mendadak yang cukup berat. Gejala dan tanda-tanda yang timbul adalah adanya nyeri yang hebat dan adanya disabilitas, spasme kuat, bengkak, haematoma, empuk (tenderness) dan gangguan fungsi otot. Komplikasi yang dapat timbul adalah disabilitas yang lama. Perubahan pathologi adalah adanya robekan otot atau tendon dengan terpisahnya otot jaringan otot dengan jaringan otot, jaringan otot dengan tendon atau jaringan tendon / aoat dengan tulang.

Kerusakan jaringan tendon. Tendon merupakan jaringan yang relative sangat sedikit peredaran darahnya, sehingga bila

Kerusakan jaringan tendon. Tendon merupakan jaringan yang relative sangat sedikit peredaran darahnya, sehingga bila terjadi kerusakan memakan waktu yang cukup lama untuk dapat sembuh kembali. Pada prinsipnya kerobekan tendon harus dijahit dengan baik sehingga tidak menimbulkan ‘trigering’. Komplikasi yang timbul akibat immobilisasi yang lama dapat berupa atrophy otot, kekakuan sendi akibat perlengketan dan lain sebagainya.

Kerusakan pada Ligament Kerusakan ligament sering disebut sprain dimana terjadi kelebihan gerakan sendi secara

Kerusakan pada Ligament Kerusakan ligament sering disebut sprain dimana terjadi kelebihan gerakan sendi secara fisiologis, sehingga menyebabkan ligament yang berfungsi sebagai jaringan pengilat sendi terulur

Proses patologi Jaringan l Fase inflamasi respon (0 – 4 hari) ditandai adanya tanda

Proses patologi Jaringan l Fase inflamasi respon (0 – 4 hari) ditandai adanya tanda inflamasi, respon sel berupa pelepasan leukosit dan sel phagocytic lainnya, reaksi vaskular terjadi pembekuan darah dan peningkatan jaringan fibrin, pada fase ini mulai terjadi penutupan luka

Proses Clothing Trombhoplastine released Prothrombin Thrombin Fibrinogen Jar Fibrin

Proses Clothing Trombhoplastine released Prothrombin Thrombin Fibrinogen Jar Fibrin

l Fase fibroplactic repair (2 hari – 6 minggu) terjadi proses proliferasi dan regenerasi

l Fase fibroplactic repair (2 hari – 6 minggu) terjadi proses proliferasi dan regenerasi secara aktif dimulai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang kemudian menjadi kolagen. Terjadi proses profilerasi dimana kolagen menjadi lebih solid dan kuat. Pada fase ini jaringan sudah mulai berfungsi

l Fase maturasi dan remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau

l Fase maturasi dan remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodeling dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat, elastis, dan tanpa perdarahan sudah terjadi.

Faktor mempengaruhi luka Bagian dari cidera Microtears dari jaringan lunak dimana hanya terjadi kerusakan

Faktor mempengaruhi luka Bagian dari cidera Microtears dari jaringan lunak dimana hanya terjadi kerusakan minor dan biasanya terjadi karena oveuse. Marcrotears terjadi kerusakan besar dari jaringan dan biasanya terjadi karena trauma akut l Oedema Peningkatan tekanan terjadi karena bengkak akan menimbulkan terpisahnya jaringan, perubahan proses neurolic (nyeri) dan gangguan nutrisi l

Hemorrhage Perdarahan terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah kapiler. Perdarahan ini memberikan efek

Hemorrhage Perdarahan terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah kapiler. Perdarahan ini memberikan efek negatif seperti bengkak, dan menambah kerusakan jaringan l Peredaran darah yang jelek akibat perdarahan menimbulkan perdaran darah yang jelek. Keadaan ini berhubungan dengan kegagalan suply phagocytic sel dan jaringan ikat yang penting bagi pembentukan jaringan l

Jaringan yang terpisah Mekanisme terpisahnya jaringan secara significant terjadi karena proses luka. Pemisahan jaringan

Jaringan yang terpisah Mekanisme terpisahnya jaringan secara significant terjadi karena proses luka. Pemisahan jaringan ini terjadi untuk terbentuknya granulasi dan jaringan baru l Spasme otot spasme terjadi karena tarikan dari robekan jaringan. Selain itu ischemic lokal maupun general menyebakan spasme l Atropi Kehilangan jaringan otot segera muncul setelah cidera. Kekuatan dan imobilisasi awal memunculkan atropi l