Case Report Vertigo Perifer Raka Wibawa Putra 1620221159
Case Report Vertigo Perifer Raka Wibawa Putra 1620221159
Identitas Pasien • • • Nama : Ny. S Usia : 51 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Krajan Bawah Pekerjaan : Swasta Status : Menikah Agama : Islam Ruang Rawat : Bangsal Mawar Datang ke Rumah Sakit : 23 Maret 2018 ke IGD RSU Ambarawa • Anamnesis dilakukan secara : Anamnesis dengan pasien tanggal 23 maret 2018 di Ruang 205. 1 Bangsal Mawar RSU Ambarawa
Subjektif • • Keluhan Utama Pusing berputar Keluhan Tambahan Mual muntah, sulit berdiri, telinga kiri berdenging
Riwayat Penyakit Sekarang • Pasien mengaku sejak 2 hari SMRS telinga kirinya terasa berdenging dan agak kurang jelas. • Keluhan telinga berdenging tersebut muncul secara mendadak dan dirasakan tidak begitu mengganggu. • Denging di telinga hanya muncul di sebelah kiri, telinga kanan tidak terasa adanya denging. • Denging dirasakan terus menerus sejak 2 hari yang lalu dan tidak pernah hilang. • Pasien menyangkal adanya riwayat jatuh atau terbentur di daerah dekat telinga. • Pasien menyangkal adanya rasa penuh di telinga, nyeri, ataupun adanya cairan keluar dari lubang telinganya.
• Pasien mengaku mengalami pusing berputar sejak 12 jam SMRS, pusing berputar dirasakan mendadak saat pasien berdiri dari keadaan jongkok, saat itu pasien langsung menunduk dan merasa kamarnya berputar cepat disusul dengan rasa mual dan muntah. • Pasien merasa sulit berdiri disebabkan rasa pusingnya tersebut. Pasien juga merasa sulit membuka mata dan berjalan karena saat membuka mata dan berjalan, akan langsung mual dan muntah dikarenakan pusing yang berputar. • Pasien mengaku lebih nyaman saat keadaan berbaring sambil menutup mata. • Pasien menyangkal adanya nyeri leher, demam, kejang, sesak napas, pingsan, ataupun penurunan kesadaran.
• 9 jam SMRS, pasien berobat ke klinik dokter keluarga dengan keluhan pusing berputarnya tersebut. • Di klinik, pasien diberikan obat tensi dan obat pusing tablet untuk diminum dan pasien pulang ke rumahnya. • Di rumah, pasien merasa pusingnya makin berat dan oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD Ambarawa. • Saat sampai di IGD, pasien mampu merespontan dan menjawab pertanyaan dengan jelas. • Pasien tidak mau membuka matanya karena mengeluh pusing berputar bila membuka mata. • Pasien masih mengeluhkan pusing berputar dan mual, tapi tidak muntah dan tidak ada penurunan kesadaran.
Riwayat Penyakit Dahulu • Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi sejak lama (>5 tahun) tapi jarang kontrol dan jarang minum obat antihipertensi. • Pasien mengaku pernah merasakan keluhan serupa 1 tahun yang lalu, 1 tahun yang lalu pusing berputar muncul setelah pasien bangun dari tidurnya dan merasa kamarnya berputar, pasien pergi ke dokter keluarga dan diberi obat pusing lalu keluhan hilang sampai saat ini. • Pasien menyangkal adanya riwayat cedera kepala atau benturan di daerah telinga setahun belakangan ini. Rasa penuh pada telinga, gangguan pendengaran, keluar cairan dari telinga, dan infeksi pada telinga sebelumnya disangkal. • Pasien menyangkal adanya kelemahan anggota gerak atau bicara pelo. Pasien menyangkal adanya riwayat keluhan nyeri atau pun trauma daerah leher. • Riwayat DM disangkal. • Riwayat keganasan atau tumor disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga • • • Riwayat Alergi : Disangkal Riwayat Hipertensi : Disangkal Riwayat Kegasan : Disangkal Riwayat DM : Disangkal Riwayat Keluhan Serupa: Disangkal
Riwayat Pengobatan • Sudah mengkonsumsi obat dari dokter keluarga yaitu betahistin dan amlodipin untuk pusing dan darah tingginya. • Pasien menyangkal minum obat lain atau jamu-jamuan. • Pasien mengaku tidak rutin meminum obat antihipertensinya karena merasa badannya baik-baik saja. • Untuk keluhan satu tahun lalu, pasien mengaku lupa nama obatnya
Riwayat Sosial Ekonomi • Pasien adalah ibu rumah tangga, suami pensiunan. • Datang dengan status pasien umum, kesan ekonomi cukup. • Pasien menyangkal pernah minuman keras atau merokok, • Pasien menyangkal memakai obat-obatan terlarang dan menyangkal meminum obat atau jamuan rutin. • Pasien mengaku suka makanan gorengan dan minum teh manis.
Anamnesis Sistem • • Sistem serebrospinal Sistem kardiovaskuler Sistem respirasi Sistem gastrointestinal Sistem muskuloskeletal Sistem urogenital Sistem integumentum : pusing berputar (+), : tidak ada keluhan : mual (+), muntah (+) : tidak ada keluhan
Resume Anamnesis • Seorang perempuan berusia 51 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar sejak 6 jam SMRS. • Pusing berputar dirasakan bertambah jika pasien membuka mata dan bangun dari tempat tidur. • Keluhan disertai mual, muntah dan telinga berdenging. • Telinga berdenging dirasakan sejak 2 hari SMRS. • Mual muntah apabila membuka mata atau bergerak mendadak. • Infeksi telinga (-), kelemahan anggota gerak (-), bicara pelo (-). Riwayat hipertensi (+), keluhan serupa (-), DM (-). Riwayat HT (+) tidak terkontrol >5 tahun
Pembahasan Anamnesa • Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar. • Berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar. • Termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Sistematis Manajemen Vertigo • Memastikan Keluhan • Pastikan bahwa keluhan yang dirasakan pasien benar-benar pusing berputar. Bukan nyeri kepala atau bingung • Memastikan Jenis dan Letak Lesi • Informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan • Vertigo dapat timbul bila ada gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga sistem tersebut pada tingkat resepsi, integrasi, maupun persepsi. • Vertigo dibagi menjadi dua, • vertigo vestibular bila kelainan pada vestibular, • vertigo non-vestibular apabila terjadi pada visual dan proprioseptif. • Vertigo juga dibagi menjadi: • vertigo yang terjadi dengan letak lesi di perifer (labirin dan n. Vestibularis) • vertigo yang terjadi dengan letak lesi di sentral (batang otak hingga korteks).
Vertigo Vestibuler & Non-Vestibuler Sifat vertigo VERTIGO NON- VESTIBULAR Rasa berputar (true Melayang, hilang vertigo) keseimbangan Serangan Episodik Kontinyu Mual/muntah + – Gangguan + / – – Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek visual Situasi pencetus – Orang ramai, lalu lintas pendengaran dan/atau tinnitus macet
Vertigo Perifer & Sentral VERTIGO PERIFER VERTIGO SENTRAL Letak lesi Labirin dan N. Batang otak hingga Vestibularis korteks Bangkitan vertigo Mendadak Lebih lambat Derajat vertigo Berat Lebih ringan Gerakan kepala Berpengaruh Tidak Gangguan + – – + (diplopia, parestesi, pendengaran (tinitus) Gejala gangguan SSP gejala fokal serebral) Gejala Otonom + ++ ± Tanda fokal otak – +
Sistematis Manajemen Vertigo • Mencari penyebab • Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. • Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik. • Reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Penyebab Vertigo Perifer Vertigo Sentral · BPPV · Vascular · Labirinitis · Demyelinating · Vestibular neuritis · Neoplasm · Meniere’s Disease · Labyrinthie Ischemia · Trauma · Toxin
Mekanisme Vertigo • Teori rangsang berlebihan (overstimulation). • Rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual, dan muntah. • Teori konflik sensorik. • Terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer • Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus, ataksia, rasa melayang, berputar. • Teori neural mismatch. • Otak mempunyai memori tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. • Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi, sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
• Teori otonomik. • Perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi perubahan posisi. • Gejala klinis timbul jika sistem simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan. • Teori neurohumoral. • Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl), dan teori serotonin (Lucat), • masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo. • Teori sinaps. • Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (Corticotropin Releasing Factor). • Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. • Gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis • Muntah, dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan Jenis Vertigo Berdasarkan Awitan Serangan Vertigo paroksismal Disertai Keluhan Telinga Tidak Disertai Keluhan Telinga Timbul Karena Perubahan Posisi Penyakit Meniere, tumor fossa cranii posterior, transient ischemic attack (TIA) arteri vertebralis TIA arteri vertebrobasilaris, epilepsi, vertigo akibat lesi lambung Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) Vertigo kronis Otitis media kronis, meningitis tuberkulosa, tumor serebelo-pontine, lesi labirin akibat zat ototoksik Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirinitis akuta, perdarahan labirin Kontusio serebri, Hipotensi ortostatik, sindroma paska vertigo servikalis komosio, multiple sklerosis, intoksikasi obat-obatan Vertigo akut Neuronitis – vestibularis, ensefalitis vestibularis, multipel sclerosis
Nistagmus No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer 1. Arah Berubah-ubah Horizontal / horizontal rotatoar 2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral 3. Test Posisional – Latensi Singkat Lebih lama – Durasi Lama Singkat – Intensitas Sedang Larut/sedang – Sifat Susah ditimbulkan Mudah ditimbulkan 4. 5. Test dengan rangsang (kursi Dominasi arah jarang Dominasi arah sering putar, irigasi telinga) ditemukan Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat
Tinnitus • Definisi • Tinitus adalah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. • Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. • Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.
Klasifikasi • Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objek • a. Tinitus Objektif • Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. • Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. • Tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. • Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. • Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. • Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.
• b. Tinitus Subjektif • Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja. • Jenis ini sering sekali terjadi. • tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran. • Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.
• Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil. • a. Tinitus Pulsatil • Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jantung. • Tinitus pulsatil jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari. • Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. • Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. • Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. • Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop.
• b. Tinitus Nonpulsatil • Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. • Suara yang dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya. • Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.
Diagnosis Sementara • Diagnosis klinis : pusing berputar, mual, muntah, telinga kiri berdenging • Diagnosa topik : organ vestibuler, non vestibuler • Diagnosa etiologik : perifer: otogenik • central: vaskulogenik, servikogenik
Pemeriksaan Fisik • • • Keadaan Umum : Sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis / E 4 M 6 V 5 (GCS : 15) BB/TB : 68 kg/ 157 cm BMI : 27, 64 (overweight) Vital Sign : • • • Tekanan Darah Nadi Respirasi Temperatur Saturasi : 160 / 90 mm. Hg : 92 x / menit : 24 x / menit : 36, 70 C : 98%
Head 2 Toe • • • Kepala : Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut Wajah : Simetris, tidak tampak edema, Mata: • OS: • pupil bulat, ø 3 mm, refleks cahaya langsung (+), • reflek kornea (+), Ptosis (-), Eksoftalmus (-), • OD: • pupil bulat, ø 3 mm, refleks cahaya langsung (+), • reflek kornea (+) Ptosis (-), Eksoftalmus (-), • Telinga : • AS: rhinorea (-), otorhea (-), tinnitus (+) • AD: rhinorea (-), otorhea (-)
• Hidung • • : Nafas cuping hidung (-) Deviasi septum (-) Mukosa hiperemis -/Sekret -/- • Mulut : • Mukosa normal • Faring hiperemis (-), Tonsil T 1/T 1 • Leher : Pembesaran KGB (-)
• Pulmo Pemeriksaan Pulmo Dekstra Pulmo Sinistra Inspeksi Pergerakkan dada simetris, (-) retraksi, (-) kelainan bentuk dada Palpasi Vocal fremitus normal pada kedua lapang paru Perkusi Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
• Cor • Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak • Palpasi : Ictus cordis tidak teraba • Perkusi : • Batas kanan atas jantung di parasternal kanan ICS II • Batas kanan bawah jantung di linea parasternal kanan ICS IV • Batas kiri bawah jantung linea midclavicula sinistra ICS VI • Auskultasi : Bunyi jantung I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : • Inspeksi : Perut Cembung • Auskultasi : BU (+) • Palpasi : Supel(+), hepar dan lien sulit dinilai, ballottement (-), nyeri ketok CVA (-) • Perkusi : Timpani di seluruh lapang, nyeri tekan (-) • Extremitas • • : Akral hangat ext. superior +/+ ext. inferior +/+ Sianosis ext superior -/- ext. inferior -/Edema ext. superior -/- edema ext. inferior -/CRT < 2 detik
Status Neurologis • Sikap : Simetris dan lurus • Gerakan abnormal : Tidak ada gerakan abnormal • Kognitif : Tidak ada gangguan komunikasi • Pemeriksaan Saraf Kranial:
Status Neurologis
Status Neurologis
Status Neurologis
Badan anggota gerak • 1) Sensibilitas • Taktil • Nyeri • Thermi + • Lokalisasi kanan + + + kiri + + + +
Pemeriksaan Motorik Ekstremitas superior Ekstremitas inferior (D/S) Gerakan Bebas/bebas Kekuatan 5/5 Tonus N/N Trofi Eutrofi Refleks fisiologis +/+ Refleks patologis -/- Pemeriksaan
Tes Vertigo • Romberg Test : (-) ket: dilakukan hari perawatan ke-3 karena keadaan pasien • Tandem gait : (-) ket: dilakukan hari perawatan ke-3 karena keadaan pasien • Stepping Test : (-) ket: dilakukan hari perawatan ke-3 karena keadaan pasien • Nistagmus : (+) • Tes telunjuk hidung : (+) • Tes telunjuk : (+)
Pemeriksaan Penunjang Kimia Klinik GDS 74 – 106 mg/d. L Ureum 21. 5 mg/dl 10 – 50 mg/dl Kreatinin 0. 55 mg/dl 0. 45 – 0. 75 mg/dl Kolesterol <200 dianjurkan; 200 – 239 risiko sedang; ≥ 240 risiko tinggi
Radiologi • X-Foto cervival AP/Lat/Oblique (23/3/2018) • Tak tampak kompresi ataupun lithiasis • Tak tampak penyempitan diskus
Pembahasan Pemeriksaan Fisik • Tekanan darah 160/90 mm. Hg yang merupakan kriteria hipertensi. • Hipertensi jika terjadi secara kronis dapat menjadi faktor resiko gangguan vaskular pada sistem vestibular sehingga dapat menyebabkan vertigo. • Hipertensi kronis akan mengakibatkan iskemia yang disebabkan spasme pembuluh darah atau karena proses arteriosklerosis sehingga lumen dari pembuluh darah menjadi sempit. • Penyempitan lumen pembuluh darah ini menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan penurunan kemampuan sel untuk beraktivitas.
• Pemeriksaan neurologis saraf kranialis ditemukan adanya penurunan pendengaran pada telinga kiri. • Hal ini memperkuat kemungkinan adanya gangguan pada daerah vestibular yang menyebabkan munculnya vertigo • Hasil pemeriksaan radiologi didapatkan kesan gambaran cervical normal. • Hal ini memperlemah adanya verigo yang dikarenakan adanya penjepitan arteri di cervical.
Tabel Perbandingan Gejala Pasien Tanda dan Gejala Vertigo Perifer Pasien Vertigo Sentral 1. Serangan Intermiten intermiten Konstan 2. Pusing berputar Hebat hebat Tidak terlalu hebat 3. Mual muntah Hebat hebat Ringan 4. Nistagmus Selalu ada Ada/tidak ada 5. Ciri Nistagmus tidak pernah vertikal horisontal sering vertikal 6. Kurang pendengaran / tinitus Sering ada Ada Jarang ada 7. Tanda Lesi batang otak Tidak ada Ada 8. Disartria Tidak ada Ada 9. Defek Visual Tidak ada Ada 10. Diplopia Tidak ada Ada 11. Drop attack Tidak ada Ada 12. Ataksia Tidak ada Ada Lambat, tegak dan berhati. Bergerak menyimpang
Labirintitis Meniere Disease Onset akut paroksismal Etiologi Infeksi telinga dalam Idiopatik � oleh bakteri/virus ketidakseimba ngan cairan telinga BPPV Neuronitis paroksismal (+) Debris dalam kanalis semisirkularis Durasi Cervicogeni c kronik Kompresi vascular, abnormalita s input proprioseptif leher Beberapa menit – 24 jam detik + + Beberapa detik + akut Infeksi n. - vestibularis (sering karena reaktivasi HSV) > 24 jam >24 jam Nistagmus spontan (+), membran timpani intak Dipengaruhi oleh perubahan posisi kepala > 24 jam Mual, + muntah Gejala Perforasi membran timpani, otorrhea Demam Gangg uan penden garan (-) (+) tuli sensorineural, tinnitus Dipengaruhi oleh perubahan posisi leher, otalgia, nistagmus spontan (-) (-) (+) tuli (-) sensorineural, tinnitus, rasa penuh (-) Pasien + + Nistagmus spontan horizontal, truncal ataxia, mastoid tenderness, membran timpani hiperemis (+) (-) Dipengaruhi oleh perubahan posisi kepala (-) (+) tuli sensorineural, tinnitus pada telinga sebelah kiri, rasa penuh (-
Diagnosis • DIAGNOSIS AKHIR • Diagnosis klinik : Pusing berputar, mual, muntah • Diagnosis topik : Organ vestibularis, organ nonvestibularis • Diagnosis etiologi : Vertigo perifer (otogenik) dd vertigo sentral (servikogenik)
Planning • Terapi • Peroral • • Betahistin 3 x 6 mg Unalium 2 x 5 mg Clobazam 2 x 5 mg Lameson 2 x 8 mg • Injeksi • • Ondancentron 3 x 1 amp k/p Ranitidin 2 x 1 amp Piracetam 2 x 3 mg Mecobalamin 1 x 1 • Pemeriksaan penunjang • Cek darah lengkap, kolesterol, GDS • X-Foto cervival AP/Lateral/Oblique • Monitoring • Keadaan umum dan tanda vital • Perbaikan gejala
Pembahasan Terapi • Mecobalamin • Vitamin B 12 dengan gugus metil aktif yang berperan dalam reaksi transmetilasi dan Mecobalamin bekerja sebagai koenzim dalam sintesa metionin. • Mecobalamin terlibat dalam sintesis timidin pada deoksiuridin dan mempercepat sintesis DNA dan RNA. • Mecobalamin mempercepat sintesis Lesitin, suatu komponen utama dari selubung mielin. Mecobalamin diperlukan untuk kerja normal sel saraf. • Ondansentron • Obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah. • Gejala tersebut disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang bernama serotonin. • Seretonin akan bereaksi terhadap reseptor 5 HT 3 yang berada di usus kecil dan otak, dan membuat kita merasa mual. • Ondansetron akan menghambat serotonin bereaksi pada receptor 5 HT 3 sehingga membuat kita tidak mual dan berhenti muntah.
• Ranitidin • Gastroprotektor dan mencegah efek samping dan interaksi dari obat lain. • Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H 2 yang menghambat kerja histamin pada reseptor H 2 di lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. • Betahistin • Mengurangi vertigo dengan memperlebar sphincter prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah pada telinga bagian dalam. • Memperbaiki sirkulasi serebral dan meningkatkan aliran darah arteri karotis interna. • Diindikasikan untuk mengurang vertigo yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah atau sindroma meniere dan vertigo perifer.
• Clobazam • Golongan benzodiazepin yang bekerja berdasarkan potensial inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediator. • Clobazam memiliki efek antikonvulsi, ansiolitik, sedatif, dan relaksasi otot. • Unalium • Mengandung komposisi aktif berupa flunarizine. • Bekerja dengan cara memblokir kanal kalsium. • Digunakan untuk memperbaiki kelainan vestibular juga meringankan gejala vertigo.
• Lameson • Mengandung bahan aktif metilprednisolon, kortikosteroid dengan kerja intermediate yang memiliki efek glukokortikoid. • Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi. • Metilprednisolon menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. • Piracetam (2 -oxo-1 pyrolidine-acetamid) merupakan golongan nootropic agents yang berbentuk bubuk kristal putih dan tidak berbau. • Piracetam bekerja dengan cara meningkatkan efektifitas dari fungsi telensefalon otak melalui peningkatan fungsi neurotransmiter kolinergik. • Menstimulasi glikolisis oksidatif, meningkatkan konsumsi oksigen pada otak, serta mempengaruhi pengaturan cerebrovaskular dan juga mempunyai efek antitrombotik.
Prognosis • Ad sanam • Ad functionam • Ad vitam : ad bonam
Follow Up Tanggal 23/3/2018 S O A Vertigo mixed type dd otogenik P Nyeri kepala KU : Sakit sedang berputar (+) Kes: E 4 M 6 V 5 (CM) Sulit berdiri Tanda Vital: dan berjalan - Tensi : 160/90 o Unalium 2 x 5 mg o Clobazam 2 x 5 karena - Nadi : 92 x/m pusing - RR : 24 x/m Mual - Suhu : 36, 7˚C muntah bila - Peroral o mg mg o Sp. O 2 : 98% bergerak Px. Fisik : mendadak - Telinga: Tinnitus (-/+) Lameson 2 x 8 mg Injeksi o karena pusing. Betahistin 3 x 6 Ondancentron 3 x 1 amp k/p o Ranitidin 2 x 1 amp o Piracetam 2 x 3 mg o Mecobalamin 1 x 1
Follow Up Tanggal 24/3/2018 S O Nyeri kepala KU : Sakit sedang berputar agak Kes: E 4 M 6 V 5 (CM) P Peroral o Betahistin 3 x 6 mg o Unalium 2 x 5 mg berkurang Tanda Vital: Sudah bisa - Tensi : 160/90 o Clobazam 2 x 5 mg berjalan - Nadi : 91 x/m o Lameson 2 x 8 mg sedikit meski - A Vertigo mixed type dd otogenik RR : 27 x/m Injeksi masih agak - Suhu : 36, 6˚C pusing - Sp. O 2 : 98% Muntah (-) Px. Fisik : o Ranitidin 2 x 1 amp - Telinga: Tinnitus (-/+) o Piracetam o Ondancentron 3 x 1 amp k/p 2 x 3 mg o Mecobalamin 1 x 1 Ket: infus aff, stasioner besok BLPL
Follow Up Tanggal 25/1/201 8 S Pusing sudah jauh berkurang O Sudah bisa berjalan - Kes: E 4 M 6 V 5 (CM) Tanda Vital: Tensi : 160/90 Peroral (obat pulang) o Betahistin 3 x 1 o Opivas 1 x 10 o Diltiazam 2 x 30 RR : 23 x/m o Ranitidin 2 x 1 Suhu : 36, 6˚C o Etigobal 2 x 500 Denging di - Sp. O 2 : 98% o Clobazam 2 x 5 telinga kiri Px. Fisik : o Lameson 2 x 8 berkurang - Telinga: Tinnitus (-/+) mual tapi masih - Ket: BLPL ada P Nadi : 94 x/m tanpa rasa - KU : Sakit ringan A Vertigo mixed type dd otogenik
- Slides: 58