Benarkah Dokter Spesialis yang Tugas Jaga Pasti Melakukan
Benarkah Dokter Spesialis yang Tugas Jaga Pasti Melakukan Pelanggaran Etik Jika Sekedar Menjawab Konsul per Telepon untuk Pertolongan Kegawatdaruratan? Haniyyah 17 10221 004 Journal Reading
“Seorang dokter spesialis yang tugas jaga, yang tidak bersedia datang untuk memeriksa penderita gawat darurat yang dikonsul kepadanya dan kemudian penderita meninggal dunia, maka dokter bukan saja dianggap telah melakukan malpraktik etik, tetapi juga malpraktik pidana, karena kelalaiannya menyebabkan seseorang meninggal dunia. Instruksi dokter mengenai pemeriksaan dan pengobatan per telepon juga dianggap pelanggaran, karena pelayanannya di bawah standar pelayanan medik. ”
Paparan KODEKI tentang Pertolongan Kegawatdaruratan Medik Pasal 17 “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusian, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya” Pertolongan darurat: segera dilakukan untuk mencegah kematian, kecacatan atau penderitaan berat Rasa yakin dokter akan ada orang lain yang bersedia dan lebih mampu melakukan pertolongan dilakukan secara cermat
Paparan KODEKI tentang Pertolongan Kegawatdaruratan Medik Pasal 17 butir 3 Pasal 17 butir 6 “Kewajiban pada pasal di atas ini mengamanahkan kepada dokter untuk selalu bersedia melakukan pertolongan darurat kapanpun dan dimanapun. Baik di dalam masa dinas ataupun tidak. ” “Setiap dokter yang melakukan pertolongan darurat maka kewajiban etis ini mengalahkan pertimbangan-pertimbangan etika lainnya. Dalam menjalankan kewajiban etis ini, dokter tersebut harus dilindungi dan dibela oleh teman sejawat, mitra bestari dan/atau organisasi profesi, pemerintah dan/atau masyarakat. ”
Analisis Paparan KODEKI tentang Pertolongan Kegawatdaruratan Medik Pasal 17 butir 3 “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusian, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya” “Kewajiban pada pasal di atas ini mengamanahkan kepada dokter untuk selalu bersedia melakukan pertolongan darurat kapanpun dan dimanapun. Baik di dalam masa dinas ataupun tidak. ” Frase kunci pertama Kesadaran tanggung jawab moral yang besar untuk melakukan pertolongan kegawatdaruratan menolak pelanggaran etik
Analisis Paparan KODEKI tentang Pertolongan Kegawatdaruratan Medik Pasal 17 butir 3 “Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusian, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya” “Kewajiban pada pasal di atas ini mengamanahkan kepada dokter untuk selalu bersedia melakukan pertolongan darurat kapanpun dan dimanapun. Baik di dalam masa dinas ataupun tidak. ” Frase kunci kedua Rasa yakin dokter spesialis dilakukan secara cermat sesuai dengan keutamaan profesi “mampu” sejauh mana kewenangan klinisnya “bersedia” keyakinan dokter jaga mengambil tanggungjawab moral
Paparan UU dan Peraturan lainnya tentang Kegawatdaruratan Medik UU No 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran Pasal 51 a “Dokter harus memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. . . ” Standar profesi di Pedoman Praktek Klinik dan standar prosedur operasional di regulasi internal RS perlu menginventarisasi tindakan kegawatdaruratan mana saja yang dapat menjadi kewenangan klinis dokter jaga
Paparan UU dan Peraturan lainnya tentang Kegawatdaruratan Medik Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi Pasal 3 ayat 2 c “mendelegasikan suatu pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut adalah pelanggaran disiplin profesional dokter”
Situasi Lapangan Penanganan Kegawatdaruratan di Rumah Sakit Tujuan penanganan kegawatdaruratan keselamatan pasien dengan mengatasi kondisi kegawatdaruratan yang diketahui Kunci penanganan kegawatdaruratan di RS keputusan klinis yang cepat dan tepat didukung sarana yang memadai
Situasi Lapangan Penanganan Kegawatdaruratan di Rumah Sakit Ketidakmampuan DU untuk melakukan asesmen awal dengan akurat Hambatan komunikasi DU dengan Spesialis
Situasi Lapangan Penanganan Kegawatdaruratan di Rumah Sakit RS dengan jumlah dokter spesialis yang berlimpah Dinas standby Sebagian besar RS di Indonesia: keterbatasan dokter spesialis Dinas jaga on call DU jaga standby
Situasi Lapangan Penanganan Kegawatdaruratan di Rumah Sakit Dokter jaga IGD dibekali kompetensi kegawatdaruratan Penilaian terhadap kasus Tindakan Kegawatdaruratan Keterbatasan Kewenangan Klinis DU meminta saran, pendapat, dan instruksi medis dari spesialis Akad hubungan dokter-pasien telah melibatkan spesialis yang bersangkutan
Klasifikasi Instruksi Medis dari Sisi Kewenangan Klinis Dokter Jaga IGD dan Implikasi Etiknya 1. Dapat dikerjakan sepenuhnya 2. Dapat dikerjakan sepenuhnya dalam supervisi 3. Tidak dapat didelegasikan
Klasifikasi Instruksi Medis dari Sisi Kewenangan Klinis Dokter Jaga IGD dan Implikasi Etiknya 1. Dapat dikerjakan sepenuhnya o Tidak melanggar etik o Tanggungjawab sepenuhnya ada pada dokter jaga di IGD o Kebijakan paling layak dari RS adalah memberi jasa medik sepenuhnya untuk dokter jaga IGD tersebut
Klasifikasi Instruksi Medis dari Sisi Kewenangan Klinis Dokter Jaga IGD dan Implikasi Etiknya 2. Dapat dikerjakan sepenuhnya dalam supervisi o Perlu meninjau kembali apakah supervisi sudah cukup dengan hanya per telepon? o Kelalaian medik menjadi tanggungjawab SMF spesialiasi yang bersangkutan o Rentan menjadi masalah hukum diminimalisasi sejauh mungkin o Minimalisasi memindahkan kategori 2 menjadi kategori 1 atau 3 o Kategori 2 menjadi kategori 1 dokter jaga diberi kewenangan klinis tambahan
Klasifikasi Instruksi Medis dari Sisi Kewenangan Klinis Dokter Jaga IGD dan Implikasi Etiknya 3. Tidak dapat didelegasikan o Lebih relevan pada spesialiasi yang “memegang pisau” Bedah, Ostetri Ginekologi, Mata, THT, dsb o Dokter spesialis harus datang ketidakmauan hadir kelalaian medis dan pelanggaran etik
Waktu Respon dalam Penatalaksanaan Pasien dan Implikasi Etiknya Waktu Respon Sesuai Kondisi Pasien Kritis Semi kritis Tidak kritis 0 - 10 menit Respon: upaya stabilisasi untuk mencegah kematian atau kecacatan yang masih dapat dihindari 30 menit 1 - 2 jam Memiliki dimensi waktu dan kompetensi Ketika dilakukan dengan waktu respon yang benar dan kompentensi yang sesuai maka prognosis pasien akan baik (kasus time sensitive)
Waktu Respon dalam Penatalaksanaan Pasien dan Implikasi Etiknya Situasi Proses Konsultasi Dokter Jaga dengan Dokter Spesialis 1 Pemeriksaan awal sudah, perlu advis untuk menentukan diagnosis 2 3 Pemeriksaan awal dan diagnosis sudah, perlu advis untuk terapi definitif dan perlimpahan DPJP untuk rawat inap Pemeriksaan awal dan diagnosis sudah, perlu advis segera untuk melakukan terapi stabilisasi pasien di IGD
Waktu Respon dalam Penatalaksanaan Pasien dan Implikasi Etiknya Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari permasalahan etika Dokter jaga IGD dibekali kompetensi yang cukup untuk melakukan assessment yang akurat dan tindakan stabilisasi dan tindakan awal yang time sensitive Memastikan jalur komunikasi yang paten antara dr umum IGD dengan spesialis on call Sistem untuk menjamin spesialis memberikan assessment dan saran yang akurat (misalnya PPK, clinical pathway) Sistem untuk memastikan pendelegasian wewenang tidak berlebihan atau kurang (clinical privilege yang jelas)
KESIMPULAN Jawaban dari pertanyaan jurnal ini tidak dapat hitam putih, perlu menganalisis situasional dan kategorisasi tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang dimaksud
TERIMAKASIH
- Slides: 21