BAB V PENENTUAN PILIHAN A PILIHAN LANGSUNG Membandingkan
BAB V PENENTUAN PILIHAN
A. PILIHAN LANGSUNG Membandingkan alternatif lalu menentukan berdasarkan intuisi, semakin meningkatnya kompleksitas persoalan, makin sulit menentukan pilihan. Contoh : Berhasil Rp 200 juta 0, 5 Produk A Gagal - Rp 20 juta 0, 5 Berhasil Rp 80 juta 0, 8 Produk B Gagal - Rp 2 juta 0, 2 Tidak membuat produk baru Rp 0 juta Sulit memilih secara langsung, harus secara serempak memproses informasi tentang kemungkinan berhasil & bagaimana hasil yang mungkin diperoleh
A. 1. Dominasi nilai Contoh : Produk A Produk B Berhasil 0, 5 Rp 200 juta Gagal 0, 5 Berhasil 0, 8 - Rp 80 juta Gagal 0, 2 Tidak membuat produk baru Rp 80 juta - Rp 2 juta Rp 0 juta Hasil terjelek A masih sama dengan terbaik B Alternatif A mendoinasi B
A. 2. Dominasi Stokastik/Probabilistik Bentuk lain dari dominasi : Lebih lemah dibandingkan dominasi nilai → berguna untuk menentukan pilihan secara langsung. Contoh : Sebagai seorang manajer produksi tuan Y diharapkan memilih satu diantara 3 jenis produk baru untuk dipasarkan. Produksi pendahuluan untuk ke-3 produk tersebut telah selesai dilakukan demikian pula studi tentang harganya. Hasilnya seperti terlihat dalam tabel I. Selanjutnya dari penelitian pasar dapat pula diketahui distribusi kemungkinan tingkat penjualan yang mungkin dicapai untuk masing-masing produk seperti tampak dalam tabel II. Selain itu, pimpinan perusahaan telah memutuskan bahwa hanya satu jenis produk baru dapat dipasarkan.
TABEL I. Produk yang dapat dihasilkan Produk Harga(unit) Ongkos(unit) A Rp. 2500 Rp. 1500 B Rp. 6000 Rp. 4000 C Rp. 3750 Rp. 2250 Kontribusi(unit) Rp. 1000 Rp. 2000 Rp. 1500 TABEL II. Distribusi Kemungkinan tingkat penjualan Tingkat Kemungkinan penjualan A B C 0 0 0, 1 1000 0 0, 2 0, 3 2000 0, 1 0, 2 0, 3 3000 0, 1 0, 4 0, 2 4000 0, 2 0, 1 5000 0, 6 0 1
DIAGRAM KEPUTUSAN A B C Penjualan 2000 0, 1 3000 0, 1 4000 0, 2 5000 0, 6 Penjualan 0 0, 1 1000 0, 2 2000 0, 2 3000 0, 4 4000 0, 1 Penjualan 0 0, 1 1000 0, 3 2000 0, 3 3000 0, 2 4000 0, 1 Kontribusi (ribu) Rp. 2000 Rp. 3000 Rp. 4000 Rp. 5000 Rp. 2000 Rp. 4000 Rp. 6000 Rp. 8000 Rp. 1500 Rp. 3000 Rp. 4000 Rp. 6000
DIAGRAM KEPUTUSAN
C. 3. TINGKAT ASPIRASI Bila pengambil keputusan mempunyai suatu target yang harus dicapai → tingkat aspirasi → pilihan langsung dilakukan dengan membandingkan tingkat aspirasi Contoh : Misalnya pengambil keputusan merasa bahwa yang terpenting adalah menghasilkan tidak kurang dari Rp. 3000, -. Kemungkinan untuk memperoleh ≥ Rp. 3000, Produk Kemungkinan A 0, 9 → pilih A B 0, 7 C 0, 6 Bila cara pilihan langsung tidak dapat/sukar dilakukan, sering dilakukan/digunakan cara NILAI EKSPEKTASI (EV = expected value)
B. NILAI EKSPEKTASI Suatu distibusi kemungkinan dinyatakan dalam harga rata-rata atau nilai ekspektasi (NE) → dipilih berdasarkan nilai ekspektasi yang tertinggi. Contoh : Produk A : NE = (0, 1 x. Rp. 2000, -)+(0, 1 x. Rp. 3000, -)+(0, 2 x. Rp. 4000)+ (0, 6 x. Rp. 5000) = Rp. 4300, Produk B : NE = (0, 1 x. Rp. 0)+(0, 2 x. Rp. 2000, -)+(0, 2 x. Rp. 4000)+ (0, 4 x Rp. 6000, -)+(0, 1 x. Rp. 8000, -) = Rp. 4400, Produk C : NE = (0, 1 x. Rp. 0, -)+(0, 3 x. Rp. 1500, -)+(0, 3 x. Rp. 3000, -)+(0, 2 x Rp. 4500, -)+(0, 1 x. Rp. 6000) = Rp. 2850, → produk B dipilih, karena nilai ekspektasi terbesar
C. NILAI EKSPEKTASI TETAP Nilai ekivalen tetap dari suatu kejadian tak pasti adalah suatu nilai tertentu dimana pengambil keputusan merasa tidak berbeda antara menerima hasil yang dicerminkan dalam ketidakpastian tersebut atau menerima dengan kepastian sesuatu hasil dengan nilai tertentu.
D. UTILITY Menghitung ekivalen tetap tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan dengan melakukan penjajagan terhadap preferensi pengambil keputusan dalam menghadapi resiko terlebih dahulu. Hasil penjajagan dikodekan dalam suatu kurva preferensi atau kurva utility
D. 1. Kurva Utility → berdasarkan penjajagan preferensi pengambil keputusan → menggambarkan bagaimana utility suatu nilai atau keadaan tertentu bagi pengambil keputusan Skala utility : 1 = keadaan atau nilai yang paling disukai 0 = keadaan atau nilai yang paling tidak disukai → tiap orang mempunyai kurva utility sendiri-sendiri, karena tiap orang mempunyai preferensi tersendiri dalam menghadapi resiko. Contoh : lotre mata uang Rupiah utility 0, 5 100. 000 1 0, 5 0 0 Ekspektasi utility = (0, 5 x 1)+(0, 5 x 0) 0, 5 → utility dari lotre → lihat kurva utility = 0, 5 → Rp. 25. 000, - → ET dari lotre
D. 2. Ekspektasi Utility Berdasarkan pada ekspeektasi utility dari alternatif yang ada, pilih ekspektasi utility yang tertinggi Rupiah utility 0, 5 100. 000 1 Alternatif 1 0, 4 40. 000 0, 7 0, 1 0 0 Alternatif 2 0, 7 80. 000 0, 95 0, 3 20. 000 0, 42 Alternatif 1: EU 1=(0, 5 x 1)+(0, 4 x 0, 7)+(0, 1 x 0)=0, 780 Alternatif 2: EU 2=(0, 7 x 0, 95)+(0, 3 x 0, 42)=0, 791 → alternatif terbaik ET 2 = Rp. 49. 000, -
E. ANALISA BERTAHAP Persoalan keputusan terdiri dari beberapa tahapan → persoalan lebih kompleks → pilihan terhadap alternatif awal sukar dilaksanakan secara langsung. Analisa : 1. Dari ujung bergerak mundur tahap demi tahap menuju ke keputusan awal 2. Pada tiap tahap, alternatif yang tidak terpilih tidak akan diperhatikan lagi. 3. Pemilihan alernatif tiap tahap bisa dilakukan dengan cara pilihan langsung, nilai ekspektasi, ekspektasi utility atau nilai ekivalen tetap
Langkah-langkah dalam analisa bertahap 1. 2. 3. 4. Mulai dari ujung kanan diagram keputusan & bergerak mundur sepanjang cabang tersebut hingga mencapai suatu simpul keputusan Pada simpul keputusan ini, dilakukan pemilihan diantara alternatif-alternatif yang ada Hapuskan simpul keputusan ini dengan mencoret seluruh alternatif selain alternatif yang terpilih Teruskan bergerak mundur hingga mencapai simpul keputusan awal & lakukan pemilihan diantara alternatif-alternatif awal.
Contoh soal Pada bulan Juni 2004, Sutomo, manager operasi suatu perusahaan pembuat suku cadang industri mobil, mendapat tawaran untuk menyediakan beberapa suku cadang khusus. Jumlah yang akan dipesan pada saat ini belum pasti, mungkin 20 atau 40 unit, kepastiannya akan diberikan pada bulan januari 2005, yaitu tujuh bulan kemudian. Harga per unit adalah Rp. 1 juta. Berkenaan dengan itu, Sutomo diharapkan untuk memberikan jawaban minggu depan & bila sanggup, pengiriman akan dilakukan bulan Maret 2005. Sutomo & stafnya kemudian menentukan bahwa ada tiga cara untuk memproduksi suku cadang tersebut. Proses 1 akan merupakan yang termurah, apabila bisa berjalan dengan baik. Mereka baru akan mengetahui apakah proses 1 dapat berjalan dengan baik setelah melakukan percobaabn pendahuluan yang akan selesai bulan September 2004. Bila tidak, mereka masih mempunyai waktu untuk menggunakan proses 2, tetapi investasi yang tertanam pada proses 1 akan hilang Proses 2 merupakan proses yang lebih mutakhir, jauh lebih mahal tetapi pasti berhasil. Kemungkinan yang keiga adalah dengan cara subkontrak. Mereka telah mempunyai subkontrak yang dapat dipercaya. Bila pesanan diberikan saat ini, subkontrak akan memberikan harga yang layak.
Mengenai jumlahnya, mereka dapat menunggu hingga ada kepastian. Tetapi bila pesanan kepala subkontraktor dilakukan setelah bulan Juli, harganya akan lebih tinggi. Berkenaan dengan ini, subkontraktor sanggup memenuhi pesanan tersebut kapan saja, asalkan pesanan dilakukan tidak lebih dari bulan Januari 2004. Para teknisi yang nantinya akan terlibat memperkirakan bahwa kemungkinan berhasilnya proses 1 adalah 0, 5. Dan Sutomo, setelah berbicara dengan pihak perusahaan mobil menetapkan bahwa kemungkinan jumlah pesanan 40 unit adalah 0, 4. Ongkos -ongkos yang perlu dipikul ditentukan oleh para teknisi & staf bagian keuangan berdasarkan disain produk & prosesnya & besarnya adalah sebagai berikut: Proses 1 Biaya percobaan Ongkos produksi/unit (bila berhasil) Proses 2 : Ongkos produksi/unit Subkontrak (harga/unit) Pesanan sebelum 1 Agustus 2004 Pesanan setelah 1 Agustus 2004 Rp. 2. 000, Rp. 400. 000, Rp. 600. 000, Rp. 700. 000, Rp. 900. 000, -
Selanjutnya, Sutomo & stafnya memperhatikan pula bahwa : 1. Bila yang diproduksi adalah 20 unit, tetapi ternyata pesanannya adalah sebesar 40 unit, maka sisanya dapat diperoleh dengan cara subkontrak dengan harga Rp. 900. 000, -/unit. 2. Bila diproduksi 40 unit & ternyata pesanan hanya 20 unit, kelebihannya dapat dijual tetapi hanya dengan harga Rp. 200. 000, -/unit. Gambar diagram keputusan : Berhasil I. Proses 1 gagal II. Proses 2 III. subkontrak produksi 40 Produksi 20 subkontrak Proses 2 produksi 40 Produksi 20
Alternatif I I. 1. Proses 1 Berhasil Biaya percobaan Harga produksi/unit Harga jual/unit a. Produksi 40 Biaya produksi 40 x Rp. 400. 000, Biaya percobaan a. 1. pesanan 40 Yang diterima 40 x. Rp. 1. 000, Biaya produk & percobaab Keuntungan a. 2. pesanan 20 Yang diterima 20 x. Rp. 1. 000, Sisa produksi 20 x. Rp. 200. 000, Biaya produksi Keuntungan Rp. 2. 000, Rp. 400. 000, Rp. 16. 000, Rp. 2. 000, Rp. 18. 000, Rp. 40. 000, Rp. 18. 000, Rp. 22. 000, Rp. 20. 000, Rp. 4. 000, Rp. 24. 000, Rp. 10. 000, Rp. 6. 000, -
b. Pesanan 20 Biaya produksi 20 x. Rp. 400. 000, Biaya percobaan b. 1. pesanan 40 Yang diterima : 40 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Rp. 8. 000, Rp. 2. 000, Rp. 10. 000, - Rp. 40. 000, Rp. 10. 000, Rp. 30. 000, Pembelian dari subkontraktor 20 x. Rp. 900. 000, - Rp. 18. 000, Keuntungan Rp. 12. 000, b. 2. pesanan 20 Yang diterima 20 x. Rp. 1. 000, Rp. 20. 000, Biaya produksi Rp. 10. 000, Keuntungan Rp. 10. 000, -
I. 2. proses 1 gagal a. Subkontrak a. 1. pesanan 40 Penerimaan 40 x. Rp. 1. 000, Pembelian 40 x. Rp. 900. 000, Biaya percobaan proses 1 Keuntungan a. 2. pesanan 20 Penerimaan 20 x. Rp. 1. 000, Pembelian 20 x. Rp. 900. 000, Biaya percobaan proses 1 Keuntungan b. Proses 2 Ongkos produksi/unit b. 1. produksi 40 Produksi 40 x. Rp. 600. 000, - Rp 40. 000, Rp. 36. 000, Rp. 4. 000, Rp. 20. 000, Rp. 18. 000, Rp. 2. 000, Rp. 600. 000, Rp. 24. 000, -
b. 1. 1. pesanan 40 Terima 40 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Biaya percobaan proses 2 Keuntungan b. 1. 2. pesanan 20 Terima 20 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Sisa 20 unit, dijual 20 x. Rp. 200. 000, Biaya percobaan 1 Keuntungan b. 2. produksi 20 unit Biaya produksi 20 x. Rp. 600. 000, Biaya percobaan proses 1 Rp. 40. 000, Rp. 24. 000, Rp. 16. 000, Rp. 2. 000, Rp. 14. 000, Rp. 20. 000, Rp. 24. 000, -Rp. 4. 000, Rp. 2. 000, –Rp. 2. 000, Rp. 12. 000, Rp. 14. 000, -
b. 2. 1. pesanan 40 unit Penerimaan 40 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi & percobaan Rp. 40. 000, Rp. 14. 000, Rp. 26. 000, Beli dari subkontraktor 20 x. Rp. 900. 000, - Rp. 18. 000, Keuntungan Rp. 8. 000, b. 2. 2. pesanan 20 unit Penerimaan 20 x. Rp. 1. 000, Rp. 20. 000, Biaya produksi & percobaan Rp. 14. 000, Keuntungan Rp. 6. 000, Alternatif II II. Memakai proses II a. Produksi 40 unit Biaya produksi 40 x. Rp. 600. 000, a. 1. pesanan 40 unit Penerimaan 40 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Keuntungan Rp. 24. 000, Rp. 40. 000, Rp. 24. 000, Rp. 16. 000, -
a. 2. pesanan 20 unit Penerimaan 20 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Sisa produksi dijual 20 x. Rp. 200. 000, Keuntungan b. Produksi 20 unit Biaya produksi 20 x. Rp. 600. 000, b. 1. pesanan 40 unit Penerimaan 40 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Beli subkontraktor 20 x. Rp. 900. 000, Keuntungan b. 2. pesanan 20 unit Penerimaan 20 x. Rp. 1. 000, Biaya produksi Keuntungan Rp. 20. 000, Rp. 24. 000, -Rp. 4. 000, Rp. 12. 000, Rp. 40. 000, Rp. 12. 000, Rp. 28. 000, Rp. 10. 000, Rp. 20. 000, Rp. 12. 000, Rp. 8. 000, -
Alternatif III Langsung pakai subkontraktor, harga beli Rp. 700. 000, -/unit a. Pesanan 40 unit Penerimaan 40 x. Rp. 1. 000, Rp. 40. 000, Beli kontrak 40 x. Rp. 700. 000, Rp. 28. 000, Keuntungan Rp. 12. 000, b. Pesanan 20 unit Penerimaan 20 x. Rp. 1. 000, Rp. 20. 000, Beli kontrak 20 x. Rp. 700. 000, Rp. 14. 000, Keuntungan Rp. 6. 000, Nilai Ekspektasi/ “Expected value” 1. Simpul G NE = (0, 4 x. Rp. 22 juta) + (0, 6 x. Rp. 6 juta) = Rp. 12. 400. 000, 2. Simpul H NE = (0, 4 x. Rp. 12 juta) + (0, 6 x. Rp. 10 juta) = Rp. 10. 800. 000, 3. Simpul I NE = (0, 4 x. Rp. 2 juta) + (0, 6 x. Rp. 0) = Rp. 800. 000, 4. Simpul J NE = (0, 4 x. Rp. 14 juta) + (0, 6 x-Rp. 2 juta) = Rp. 4. 400. 000, -
Berhasil C 0, 5 12. 400. 000 I. Proses 1 B 9. 600. 000 Gagal D 0, 5 6. 800. 000 Produksi 40 12. 400. 000 G produksi 20 10. 800. 000 H Subkontrak 800. 000 Proses 2 E 6. 800. 000 A. II. Proses II F 8. 800. 000 Produksi 40 J 4. 400. 000 Produksi 20 K 6. 800. 000 Produksi 40 6. 400. 000 L Produksi 20 8. 800. 000 M III. Subkontrak sekarang 8. 400. 000 Tidak pesan I N Pesan 40 0, 4 Pesan 20 0, 6 Pesan 40 0, 4 Pesan 20 0, 6 22 juta 6 juta 12 juta 10 juta 2 juta 0 juta 14 juta – 2 juta 8 juta 6 juta 16 juta 0 juta 10 juta 8 juta 12 juta 6 juta 0 juta
4. Simpul J NE = (0, 4 x 14. 000)+(0, 6 x-2. 000)=Rp. 4. 400. 000, - 5. Simpul K NE = (0, 4 x 8. 000)+(0, 6 x 6. 000)=Rp. 6. 800. 000, 6. Simpul L NE = (0, 4 x 16. 000)+(0, 6 x 0) = Rp. 6. 400. 000, 7. Simpul M NE = (0, 4 x 10. 000)+(0, 6 x 8. 000) = Rp. 8. 800. 000, - 8. Simpul N NE = (0, 4 x 12. 000)+(0, 6 x 6. 000) = Rp. 8. 400. 000, - 9. Simpul C melihat NE G & H G produksi 40 : NE = 12. 400. 000 H produksi 20 : NE = 10. 800. 000 pilih produksi 40 NE = 12. 400. 000
10. Simpul D lihat NE I & E Simpul E lihat J & K J produksi 40, NE = 4. 400. 000 simpul E, pilih produksi 20 K produksi 20, NE = 6. 800. 000 simpul I, NE = 800. 000 pilih simpul E, NE = 6. 800. 000 11. Simpul B, proses 1 NE = (0, 5 x. C)+(0, 5 x. D) = (0, 5 x 12. 400. 000)+(0, 5 x 6. 800. 000) = Rp. 9. 600. 000, 12. Simpul F, proses 2 simpul L, NE = 6. 400. 000 pilih simpul M, NE = 8. 800. 000 13. Simpul N, subkontrak sekarang, NE = 8. 400. 000 Kesimpulan : pilih proses I pilih alternatif I : - bila proses 1 berhasil, produksi 40 unit - bila proses 1 gagal, pakai proses 2 : produksi 20 unit
- Slides: 28