BAB II HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU
BAB II HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU Kelas X SMAIT Nurul Fikri
Kompetensi Dasar 1. Memahami esensi berbakti kepada orang tua dan guru 2. Menghayati keutamaan berbakti kepada orang tua dan guru. 3. Menunjukkan sikap hormat, berbakti dan patuh kepada orang tua dan guru. 4. Memiliki adab ( tata krama ) kepada ortu dan guru sesuai tempat dan kondisinya.
Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan keutamaan berbakti kepada ortu dan guru. 2. Menunjukkan nilai-nilai syukur kepada Allah atas kasih sayang diberikan oleh orang tua 3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap amanah dan perintah dari orang tua
Siapakah Orang Tua? Menurut KBBI Kemendikbud makna orang tua ada dua tipe: • Biologis (Ayah ibu kandung) • (Non Biologis) yaitu orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli atau orang-orang yang dihormati (disegani)
Dalil Kewajiban Berbakti Kepada Ortu Di Dalam Al-Qur’an (23) ﻯ ﺍ ﻭﺍ ﺍ ﺍ ﺍﺍ ﺍﺍ ﺍ ﺍ ﺍ ﺍ ﻳﺍ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. ” (Q. S. Al Isrā: 23 )
Siapa Yang Paling Berhak Ditaati Di Dunia ? ، ﺍ ؟ ﺍ ﻙ ، ﺍ ﺍ ﻭ ﺍﻟ ﺍﻟ ﺍ ﺍﻱ؟ ﺍ ، ﺍ ﻯ ﻭ ﺍﻟ ﻯ ﺍﻟ : ﻱ ﺍﻟ ﺍ ﺍ ؟ﺍ ﻭ ، ﺍ ؟ﺍ “Dari Abu Hurairah radhiyalahuanhu menuturkan, “Seorang pria datang kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling patut saya perlakukan dengan baik? ” Tanya pria itu. Beliau menjawab, “Ibumu. " “Siapa lagi? ” Tanyanya kembali. “Ibumu, ” jawab beliau. “Siapa lagi? ” Tanyanya. “Ibumu, ” jawab beliau. “Terus siapa lagi? ” Tanyanya. Beliau pun menjawab, “Ayahmu. ” (HR. Bukhari Muslim)
Kisah-Kisah Legenda Anak Durhaka 1. Malin Kundang Cerita terkenal berasal dari Sumatera Barat yang mengisahkan seorang pemuda bernama Malin Kundang, ia tinggal bersama ibunya, bapaknya sudah lama merantau dan belum kembali. Pada suatu hari, Malin Kundang ingin sekali merantau karena ia melihat seseorang yang telah kembali merantau menjadi orang kaya. Malin berharap dengan merantau ia akan membantu keadaan ekonomi keluarganyayang buruk.
• Dengan berat hati si Ibu mengizinkan Malin pergi. Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelah beberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekarang menjadi orang kaya yang bahkan mempunyai banyak kapal dagang. Malin pun sudah menikah dengan anak seorang saudagar kaya juga. Suatu hari • Malin Kundang kembali ke kampung halamannya. Dia pun berangkat bersama istrinya. Kedatangan Malin disambut dengan rindu oleh ibunya, tetapi Malin malah menolak ibunya karena malu ibunya terlihat tua dan miskin. Ibu Malin menjadi murka dan mengutuk Malin yang durhaka menjadi batu. Batu Malin Kundang ini terletak di daerah Air Manis di Suatera Barat
2. Legenda Batu Menangis Cerita ini berasal dari daerah Kalimantan Barat, tinggallah seorang gadis dan ibunya. Gadis itu cantik, tapi sayangnya ia sangat malas. Selain malas, gadis itu juga manja. Apa pun yang dimintanya harus selalu dikabulkan. Tentu saja keadaan ini membuat ibunya sangat sedih. Suatu hari, ibunya meminta anak gadisnya menemaninya ke pasar. “Boleh saja, tapi aku tak mau berjalan bersama dengan Ibu harus berjalan di belakangku, ” katanya. Walaupun sedih, ibunya mengiyakan
• Maka berjalanlah mereka berdua menuruni bukit beriringan. Walaupun mereka ibu dan anak, mereka kelihatan berbeda. Seolah-olah mereka bukan berasal dari keluarga yang sama. Bagaimana tidak? Anaknya yang cantik berpakaian sangat bagus. Sedang ibunya kelihatan tua dan berpakaian sangat sederhana. Di perjalanan, ada orang menyapa mereka. “Hai gadis cantik, apakah orang yang di belakangmu ibumu? ” tanya orang itu. “Tentu saja bukan. Dia adalah pembantuku, ” kata gadis itu. Betapa sedihnya ibunya mendengarnya. Tapi dia hanya diam. Hatinya menangis. Begitulah terus-menerus. Setiap ada orang yang menyapa dan menanyakan siapa wanita tua yang bersamanya, si gadis selalu menjawab itu pembantunya. • Lama-lama sang ibu sakit hatinya. Ia pun berdoa, “Ya, Tuhan, hukumlah anak yang tak tahu berterima kasih ini, ” katanya. Doa ibu itu pun didengarnya. Pelan-pelan, kaki gadis itu berubah menjadi batu. Perubahan itu terjadi dari kaki ke atas. “Ibu, ibu! Ampuni saya!” serunya panik. Gadis itu terus menangis dan menangis. Namun semuanya terlambat. Seluruh tubuhnya akhirnya menjadi batu. Walaupun begitu, orang masih bisa melihatnya menitikkan air mata. Karena itu, batu tersebut diberi nama 'Batu Menangis'.
3. Kisah Al-Qamah Pada zaman Rasulullah ada seorang pemuda yang bernama Al-Qamah. Dia seorang pemuda yang rajin beribadah dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirimkan utusan kepada Rasulullah SAW, lalu beliau mengutuskan Ammar bin Yasir, Shuhaib Ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya.
• Berangkatlah mereka berdua ke rumah Alqamah yang sudah dalam keadaan sekarat, maka segeralah mereka mentalqinnya. Namun Alqamah tidak dapat mengucapkan "La Ilaha Illallah". Lalu merekapun melaporkannya kepada Rasulullah S. A. W. Kemudian Rasulullah S. A. W bertanya, "Apakah Alqamah masih memiliki orang tua? “ Salah seorang diantara mereka menjawab "Dia mempunyai seorang ibu yang sangat tua. Hikmah: Al Qamah pelit kepada ibunya lebih mementingkan istrinya, hingga ia sulit dalam sakaratul maut, sampai nabi akan membakarnya jika ibunya tidak memaafkannya.
Batasan Berbakti Kepada Orang Tua Yaitu selama tidak bermaksiat kepada Allah, seperti dalam firman Allah: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman: 15)
Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua
1. Merupakan Amalan Paling Utama Hadits Nabi bersumber dari Ibnu Mas’ud, ؟ﺍ : . ﺍﻟ ﻻ ﻯ ﺍ : ﺍ ﺇﻯ ﺍﻟ ؟ ﺍ : – ﺍﻟ – ﻯ ﺍﻟ : ﺍﻟ ﻭ – ﺍﻟ – ﺍ ﺍﺍ ﻱ ﻳ ﺍﻟ : ؟ ﺍ : , ﺍﺍ : “Aku bertanya tentang amalan yang paling utama dan dicintai Allah? Nabi Menjawab, ” Shalat tepat waktu, berbakti kepada orang tua, dan jihad dijalan Allah ( HR. Bukhari, 1/134, Muslim, no. 85)
2. Akan Mendapat Ridha Allah Rasulullah bersabda: ﺍﻟ ﻱ ﺍﺍ ، ﻯ ﺍﻟ ﻱ ﻯ ﺍﻟﺍ “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua”. (HR. Tirmizi no. 1899)
3. Akan Dipanjangkan Umur Hadits Nabi bersumber dari Sahl bin Mu’adz: "Berbahagialah orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, karena Allah akan menambah panjang umurnya. ”(HR. Al Hakim)
4. Dimudahkan Masuk Syurga Rasulullah bersabda, “Pintu Syurga terbuka untuk orang yang birrul walidain (berbakti kepada ortu) barangsiapa yang berbakti kepada ibu bapaknya, akan terbukalah pintu itu, dan siapa yang durhaka kepada keduanya, tertutuplah pintu itu baginya. ” (Kitab At Targhib dan ad-Dailami )
5. Keturunan Yang Sama berbakti Sabda Nabi, ” Dan berbaktilah kepada ibu bapak kalian, agar anak-anakmu kelak berbakti kepadamu (HR. Al Hakim )
6. Penghapus Dosa Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ada seorang laki -laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Saya telah melakukan suatu dosa besar. Apakah mungkin dosa itu diampuni? ” Rasulullah saw. bertanya, “Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup? ” Lelaki itu dengan sedih menjawab, “Keduanya telah meninggal dunia. ” Rasulullah saw. bertanya lagi, “Apakah kaupunya khallah (saudara ibu)? ” “Ya punya. ” Jawab lelaki itu. Maka Rasulullah kembali bersabda, “Baktikanlah dirimu kepadanya. ” (H. R. Tirmizi, Ibnu Hibban, dan Hakim)
Bagaimana Cara Berbakti Kepada Orang Tua?
Saat Ortu Masih Hidup Mengucapkan salam saat akan meninggalkan atau menemuinya. Mendengarkan segala perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati. Tidak memotong pembicaraannya karena itu akan menyakiti hati keduanya. Berpamitan atau meminta izin ketika akan pergi ke luar rumah, baik untuk bersekolah atau keperluan laiinya. Mencium tangan kedua orang tua jika akan pergi dan kembali dari bepergian. Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang akan meringankan beban orang tua
• Berbakti dengan melaksanakan nasihat dan perintah yang baik dari keduanya. • Merawat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduannya sudah tua dan pikun. • Merendahkan diri, kasih sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan keduanya. • Menyambung silaturahim meskipun hanya melalui telepon ketika jarak sangat jauh. • Memberikan sebagian rezeki yang kita miliki meskipun mereka tidak membutuhkan. • Selalu meminta doa restu orang tua dalam menghadapi suatu permasalahan.
Saat Ortu Telah Tiada • Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak orang lain yang ditinggalkannya (utang atau perjanjian dengan orang lain yang masih hidup). • Menyambung tali silaturahim kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau memuliakan teman-teman kedua orang tua. • Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu bapak. • Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah Swt. • Beramal shalih yang diniatkan untuk mereka, seperti berkurban, infak dan sedekah serta haji dan umrah.
Adab Kepada Guru • Hendaklah merendahkan diri di hadapan guru • Tidak keluar dari tempat belajar sebelum mendapat izin dari guru. • Hendaklah memandang guru dengan penuh rasa hormat • Duduk dan berbicara di hadapan guru dengan sopan, tenang, dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. • Meminta izin kepada guru, jika ada keperluan • Patuh terhadap perkataan dan perintahnya. • Mengucapkan salam dan mencium tangannya jika bertemu. • Mendengarkan pelajaran yang sedang diberikannya dengan penuh hormat. • Jujur dan terbuka dalam berbicara kepadanya.
• Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain. • Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru. • Mencontoh sifat guru yang baik akhlak, keilmuan dan keahliannya • Menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. • Sopan ketika berhadapan dengan guru, misalnya; duduk dengan tawadhu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, menyimak perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. • Tidak dibenarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
- Slides: 26