Bab 2 Penalaran Reasoning 9102021 Suwardjono 1 Bab
Bab 2 Penalaran (Reasoning) 9/10/2021 Suwardjono 1
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Tujuan Pembelajaran Mencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk: • • • 9/10/2021 Menjelaskan pengertian penalaran. Menyebut dan menjelaskan komponen penalaran. Menyatakan asersi secara makna dan diagram. Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan. Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen. Membedakan antara argumen dan strategem. Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar. Mengevaluasi validitas argumen. Menjelaskan aspek manusia yang menghambat argumen yang sehat. Suwardjono 2
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Penalaran Proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi. Menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut. Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses, dan keluaran. 9/10/2021 Suwardjono 3
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Unsur atau Komponen Penalaran • Pernyataan atau asersi (assertion) • Keyakinan (belief) • Argumen (argument) 9/10/2021 Suwardjono 4
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Proses dan Struktur Penalaran Masukan Proses Asersi sebagi elemen Argumen Asersi Keluaran Keyakinan bahwa asersi konklusi benar/valid Asersi inferensi Asersi konklusi Asersi 9/10/2021 Suwardjono 5
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Arti Penting Argumen Serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat di dalamnya. Simpulan dinyatakan pulan dalam bentuk asersi. Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan. Argumen membentuk, memelihara, atau mengubah keyakinan. 9/10/2021 Suwardjono 6
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Asersi Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan. Pengkuatifikasi asersi Untuk membatasi asersi universal/umum menjadi spesifik dan menentukan hubungan inklusi, eksklusi, saling-isi. Pengkuantifikasi: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua. 9/10/2021 Suwardjono 7
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Penyajian Asersi Makna atau arti Semua badan usaha milik negara adalah perusahaan pencari laba. Struktur atau bentuk Semua A adalah B. Diagram B A 9/10/2021 Suwardjono 8
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Penyajian Asersi Hubungan eksklusi: B Tidak satupun A adalah B = Tidak satupun B adalah A A Hubungan inklusif: B Semua A adalah B A 9/10/2021 dapat bermakna Tidak semua B adalah A Suwardjono 9
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Penyajian Asersi Hubungan saling isi A B 9/10/2021 Suwardjono 10
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Penyajian Asersi “Beberapa B adalah A” Tanpa diagram tidak diketahui apakah: • • • Ada sebagian A yang bukan B. Semua A adalah B. B sama dengan A Asersi menyangkal “Semua B adalah A” Asersi menegaskan “Tidak semua B adalah A” “Beberapa B adalah A” tidak selalu sama dengan “Tidak semua B adalah A” 9/10/2021 Suwardjono 11
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Penyajian Asersi Interpretasi: Beberapa B adalah A. B A Umumnya ini yang dimaksud. 9/10/2021 atau B A Menyangkal Semua B adalah A. Menegaskan Tidak semua B adalah A Suwardjono 12
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Asersi untuk Evaluasi Istilah Interpretasi: meja bundar biru (blue round tables) meja biru bundar (round blue tables) certified public accountant (CPA) = bersertifikat akuntan publik (BAP)? 9/10/2021 Suwardjono 13
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Jenis dan Fungsi. Asersi Jenis: • Asumsi (assumption) • Hipotesis (hypothesis) • Pernyataan fakta (statement of facts) Fungsi: Sebagai pernyataan premis dan konklusi Kaidah/prinsip: 9/10/2021 Kredibilitas konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah premis-premis yang diajukan dalam argumen. Suwardjono 14
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Keyakinan Kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak. Properitas Keyakinan 9/10/2021 • • Keadabenaran Bukan pendapat Bertingkat Berbias Bermuatan nilai Berkekuatan Veridikal Berketertempaan Suwardjono 15
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Anatomi Argumen Premis 1 Asersi inferensi Premis 3 inferensi Asersi inferensi Premis 2 Asersi Konklusi 9/10/2021 Suwardjono 16
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Indikator Argumen Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi. Indikator premis: oleh karena, mengingat, dengan asumsi bahwa, jika Indikator konklusi: oleh karena itu, dengan demikian, maka, sehingga, sebagai akibatnya Cara mengenali: 9/10/2021 Prinsip/kaidah interpretasi terdukung (principle of charitable interpretation) Suwardjono 17
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Jenis Argumen • Deduktif • Nondeduktif: Induktif Analogi Sebab-akibat 9/10/2021 Suwardjono 18
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Argumen Deduktif Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor). Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument). Premis major: Premis minor: Semua binatang menyusui berparu-paru. Kucing adalah binatang menyusui. Konklusi: Kucing berparu-paru. Lihat contoh penalaran deduktif dalam akuntansi pada Gambar 2. 8 9/10/2021 Suwardjono 19
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Kriteria Kebenaran Argumen Deduktif • • Kelengkapan Kejelasan Kesahihan Keterpercayaian Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas). Kriteria kebenaran logis: 1. 2. 3. 9/10/2021 Semua premis benar Konklusi mengikuti semua premis Semua premis dapat diterima Suwardjono 20
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Hubungan Premis dan Konklusi (Gambar 2. 9) Bila konklusi mengikuti premis secara logis, kebenaran logis konklusi bergantung pada kebenaran semua premis. Premis 1: B Premis 2: B Premis 3: B Premis 1: S Premis 2: S Premis 3: S Konklusi: B Konklusi: S Pasti/harus Tak mungkin Mungkin B = Benar, S = Salah 9/10/2021 Suwardjono 21
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Argumen Induktif Argumen yang simpulannya merupakan perampatan atau generalisasi dari keadaan atau pengamatan khusus sebagai premis. Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument). Premis: Satu biji jeruk dari karung A manis rasanya. Beberapa biji berikutnya manis rasanya. Konklusi: Semua jeruk dari karung A manis rasanya. Ada benarnya tetapi dapat salah. Tidak pasti benar. 9/10/2021 Suwardjono 22
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Perbedaan Argumen Deduktif dan Induktif Argumen deduktif Argumen induktif Premis 1: Semua burung berbulu. Premis 2: Bebek berbulu. Premis 1: Beberapa burung dapat terbang. Premis 2: Bebek adalah burung. Konklusi: Bebek dapat terbang. Pasti benar (necessarily true) Boleh jadi benar/ada benarnya (not necessarily true) Untuk meyakinkan perlu dilekatkan tingkat keyakinan (confidence level), misalnya 90% atau 95%. Lihat contoh penalaran induktif dalam akuntansi pada Gambar 2. 11 9/10/2021 Suwardjono 23
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Argumen Sebab-Akibat (Causal Generalization) Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain. Kriteria Penyebaban: 1. 2. 3. Faktor sebab bervariasi dengan faktor akibat (efek). Faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat. Tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi. Lihat kaidah penyebaban Mill pada Gambar 2. 10 9/10/2021 Suwardjono 24
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Kecohan (Fallacy) Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid. Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid. Orang dapat mengecoh atau terkecoh lantaran: • Strategem • Salah nalar (reasoning fallacy) • Aspek manusia dalam berargumen 9/10/2021 Suwardjono 25
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Kecohan lantaran Strategem • • • 9/10/2021 Persuasi taklangsung Membidik orangnya Menyampingkan masalah Misrepresentasi Imbauan cacah Imbauan autoritas Imbauan tradisi Dilema semu Imbauan emosi Suwardjono 26
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Kecohan lantaran Salah Nalar • • • Menyangkal anteseden Pentaksaan Perampatan-lebih Parsialitas Pembuktian dengan analogi Merancukan urutan kejadian dengan penyebaban • Menarik simpulan pasangan Ketegaran ilmiah (scientific rigor) dan prinsip ketersalahan (principles of falsifiability) bukan salah nalar. 9/10/2021 Suwardjono 27
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Kecohan lantaran Aspek Manusia • • 9/10/2021 Puas dengan penjelasan sederhana Kepentingan mengalahkan nalar Sindroma tes klinis Mentalitas Djoko Tingkir Merasionalkan daripada menalar Persistensi Fiksasi fungsional Suwardjono 28
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Kutipan Penting • Hirshleifer (1988) di halaman 90. • Nickerson (1986) di halaman 92. • Thomas Kuhn (1970) di halaman 93. 9/10/2021 Suwardjono 29
Bab 2 Penalaran (Reasoning) All sciences advance through disagreement. In astronomy the geocentric model of Ptolemy was opposed by the new heliocentric model of Copernicus; in chemistry Priestley supported the phlogiston theory of combustion while Lavoisier propounded the oxidation theory; and in biology the creationism of earlier naturalists was countered by Darwin’s theory of evolution. It is not universal agreement but rather the willingness to consider evidence that signals the scientific approach. For Galileo’s opponents to disagree with him about Jupiter’s moons was not unscientific of itself; what was unscientific was their refusal to look through his telescope and see. Jack Hirshleifer, Price Theory and Applications (1988), hlm. 4. 9/10/2021 Suwardjono 30
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The difficulties of conversion have often been noted by scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive passage at the end of his Origin of Species, wrote: “Although I am fully convinced of the truth of the views given in this volume. . . , I by no means expect to convince experienced naturalists whose mind are stocked with a multitude of facts all viewed, during a long course of years, from a point of view directly opposite to mine. . [B]ut I look with confidence to the future, —to young and rising naturalists, who will be able to view both sides of the question with impartiality. ” Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151. 9/10/2021 Suwardjono 31
Bab 2 Penalaran (Reasoning) And Max Planck, . . . , sadly remarked that “a new scientific truth does not triumph by convincing its opponents and making them see the light, but rather because its opponents eventually die, and a new generation grows up that is familiar with it”. . . scientists, being only human, cannot always admit their errors, even when confronted with strick proof. I would argue, rather, that in these matters neither proof nor error is at issue. The transfer of allegience from paradigm to paradigm is a conversion experience that cannot be forced. Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151. 9/10/2021 Suwardjono 32
Bab 2 Penalaran (Reasoning) Bila orang merasakan belajar sebagai kenikmatan, maka dia akhirya akan mengenyam kenikmatan ganda. 9/10/2021 Suwardjono 33
- Slides: 33