BAB 16 MEKANISME PENYESUAIAN TINGKAT HARGA DENGAN SISTEM

BAB 16 MEKANISME PENYESUAIAN TINGKAT HARGA DENGAN SISTEM NILAI TUKAR FLEKSIBEL DAN TETAP IR. MALA GANATRI, MM

16. 1 Pendahuluan Pada bab ini, kita akan membahas bagaimana neraca transaksi berjalan suatu negara dapat terpengaruh oleh perubahan harga karena adanya sistem nilai fukar fleksibel dan tetap. Sedangkan, mengenai bagaimana neraca transaksi berjalan suatu negara dapat terpengaruh oleh perubahan pendapatan dalam negeri dan luar negeri akan dibahas pada Bab 17. 16. 2 Mekanisme Penyesuaian Melalui Nilai Tukar Fleksibel Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metode melakukan koreksi defisit pada neraca transaksi berjalan atau neraca pembayaran suatu negara melalui depresiasi atau devaluasi mata uang. Adanya depresiasi menunjukkan sistem tingkat nilai tukar fleksibel.

16. 2 A Penyesuaian Neraca Pembayaran Melalui Perubahan Nilai Tukar Proses melakukan koreksi pada defisit neraca pembayaran dengan instrumen devaiuasi atau depresiasi mata uang ditunjukkan oleh Gambar 16. 1. Dalam gambar diasumsikan bahwa hanya negara Amerika Serikat dan Uni Moneter Eropa (UME) yang berada dalam perekonomian dunia dan tidak terdapat aliran modal, maka dalam hal ini kurva permintaan dan penawaran terhadap euro hanya merefleksikan perdagangan barang dan jasa. 1. 80 1. 60 1. 40 1. 20 c 1. OO t GAMBAR 16. 1. Penyesuaian dalam Neraca Pembayaran melalui Perubahan Tingkat Nilai Tukar. Pada saat R = $1/€ 1. kuantitas euro yang diminta oleh Amerika Serikat adalah € 12 miliar per tahun dan Kuantitas euro yang ditawarkan adalah € 8 miliar per tahun, maka negara Amerika Serikat akan mengalami defnsit sebesar € 4 miliar (AB) dalam neraca pembayarannya. Pada D€ dan Se, depresiasi atau devaluasi dolar sebesar 20 persen akan mampu menghilangkan keseluruhan defisit (titik E). Pada D*€ dan S*€, depresiasi atau devaluasi pada dolar sebesar 100 persen dibutuhkan untuk meneliminasi adanya dehsit (titik E*).

16. 2 B Derivasi Kurva Permintaan Terhadap Nilai Tukar Mata Uang Asing Kurva permintaan Amerika Serikat terhadap mata uang Euro (D, ) ditunjukkan oleh Gambar 16. 1 sebagaimana diderivasikan dari kurva permintaan dan penawaran impor barang Amerika Serikat terhadap mata uang euro (ditunjukkan pada panel sebelah kiri Gambar 16. 2). GAMBAR 16. 2. Derivasi Kurva Penawaran dan Permintaan Amerika Serikat terhadap Kurs Asing. Dengan DM (pada saat R : $1/€ 1 ) dan SM pada panel bagian kiri, nilai PM: € 1 dan nilai QM = 12 miliar unit per tahun, maka kuantitas euro yang diminta oleh Amerika Serikat adalah sebesar € 12 miliar (titik B). Hal ini berhubungan dengan titik B pada Gambar 16. 1. Dengan adanya depresiasi dolar sebesar 20 persen, DM akan bergeser turun ke D’M. P M dan QM berubah menjadi sebesar PM =€O, 9 dan QM = 11 miliar unit, maka kuantitas euro yang diminta oleh Amerika Serikat turun menjadi € 9, 9 miliar (titik E' pada panel bagian kiri). Hal ini berhubungan dengan titik E (dengan nilai € 9, 9 miliar dibulatkan menjadi € 10 miliar) di Gambar 16. 1.

16. 2 C Derivasi Kurva Penawaran terhadap Nilai Tukar Mata Uang Asing Pada panel bagian kanan Gambar 16. 2, Dx adalah permintaan UME terhadap ekspor Amerika Serikat dalam satuan euro, dan SX merupakan penawaran ekspor Amerika Serikat ke negara-negara UME pada saat R : $1/ £ 1. Dengan nilai DX dan SX, harga ekspor Amerika Serikat dalam satuan euro adalah sebesar Px = € 2, dan kuantitas ekspor adalah sebesar QX=4 miliar unit, maka kuantitas euro yang didapatkan dari ekspor negara Amerika Serikat adalah sebesar € 8 miliar (titik A' pada panel bagian kanan dalam Gambar 16. 2). Hal ini sama halnya dengan titik A dalam Gambar 16. 1. 16. 3 Dampak Perubahan Tingkat Nilai Tukar Mata Uang terhadap Harga-Harga Domestik Tukar dan Nilai Perdagangan Hingga sejauh ini kita telah mendiskusikan mengenai kurva permintaan dan kurva penawaran ekspor dan impor Amerika Serikat berkenaan dengan mata uang asing (euro) untuk melihat dampak dari adanya devaluasi dan depresiasi mata uang dolar terhadap neraca pembayaran Amerika Serikat. Selain itu, devaluasi dan depresiasi mata uang dolar juga memiliki dampak penting terhadap harga-harga barang di Amerika Serikat berkenaan dengan mata uang dalam negeri (dolar).

16. 4 Stabilitas Pasar Valuta Asing Bagian ini menjelaskan mengenai pengertian dan kondisi untuk menstabilisasi pasar valuta asing. Pasar valuta asing stabil ketika gangguan-gangguan dalam posisi keseimbangan tingkat nilai tukar yang akan memicu tekanan-tekanan otomatis dan mendorong tingkat nilai tukar kembali ke posisi ckuilibrium. Pasar valuta asing tidak stabil adalah ketika gangguan-gangguan posisi ekuilibriym mengakibatkan tingkat nilai tukar semakin menjauh dari posisi ekuilibrium. 16. 4 A Pasar Valuta Asing Stabil dan Tidak Stabil Pasar valuta asing dikatakan stabil ketika kurva penawaran valuta asing memiliki kemiringan positif atau, apabila memiliki kemiringan negatif, elasitisitasnya lebih rendah (kurva lebih curam) daripada kurva permintaan valuta asing. Pasar valuta asing dikatakan tidak stabil apabila kurva penawarannya memiliki kemiringan negatif dan lebih elastis (kurva lebih landai) daripada kurva permintaan valuta asing. Hal tersebut diilustrasikan dalam Gambar 16. 3.

Fl = $/€ Stabil (Miliar) R = $/€ Stabil (Miliar) Tidak Stabil (Miliar) GAMBAR 16. 3 Pasar Valuta Asing Stabil dan Tidak Stabll. Pada tiga panel di atas, posisi ekuilibrium adalah ketika tingkat nilai tukar sebesar R = $1, 20/€ 1, dan kuantitas yang ditawarkan dimlnta adalah sebesar € 10 miliar per tahun. Apablla, disebabkan oleh alasan tertentu, posisi ekuilibrium terganggu dan tingkat nilai tukar euro turun menjadi R = $1/€ 1, kelebihan permintaan pada panel bagian kiri dan bagian tengah akan mendorong tingkat nilai tukar kembali menuju posisi ekuilibrium. tetapi kelebihan penawaran pada panel bagian kanan akan mengakibatkan tingkat nilai tukar semakin jatuh. Sama halnya, pada saat R = $1, 40/€ 1. kelebihan penawaran pada panel bagian kiri dan bagian tengah akan menyebabkan tingkat nilai tukar turun menjadi R=$1, 20/€ 1. tetapi kelebihan permintaan pada panel bagian kanan akan mendorong tingkat nilai tukar menjadi semakin tinggi. Dengan demikian. panel bagian kiri dan tengah dikatakan sebagai pasar valuta asing yang stabil dan panel bagian Kanan dikatakan sebagai pasar valuta asing yang tidak stabil.

16. 4 B Kondisi Marshall-Lerner Kondisi yang menjelaskan apakah pasar valuta asing bersifat stabil atau tidak stabil disebut dengan kondisi Marshall-Lerner. Rumus umum dari kondisi Marshall-Lerner sendiri sangat rumit dan dijelaskan lebih lanjut di Bagian A 16. 2 pada lampiran. Bagian ini akan menjelaskan dan mendiskusikan mengenai versi sederhana dari rumus yang lebih umum digunakan. Hal ini dapat dibenarkan apabila kurva penawaran impor dan ekspor (sebagai contoh, SM dan SX) keduanya memiliki elastisitas sempurna, atau mendatar. Kondisi Marshall -Lerner mengindikasikan pasar valuta asing tersebut stabil ketika penjumlahan elastisitas harga terhadap permintaan impor (DM) dan permintaan ekspor (DX), secara absolut, bernilai lebih besar dari 1. Apabila total penjumlahan elastisitas harga DM dan Dx bernilai lebih kecil dari 1, maka pasar valuta asing bersifat tidak stabil, dan apabila penjumlahan kedua elastisitas permintaan tersebut bernilai 1, hal ini berarti bahwa perubahan tingkat nilai tukar mata uang tidak akan mengakibatkan perubahan dalam neraca pembayaran. A 16. 5 Elasitisitas di Dunia Nyata Pada bagian ini akan dibahas mengenai bagaimana mengukur elastitas harga terhadap permintaan ekspor dan impor dan menunjukkan beberapa estimasi kasus di dunia nyata, diskusi mengenai efek kurva J, dan menganalisis dampak perubahan (pass-through) kurs terhadap harga-harga domestik.

16. 5 A Estimasi Elastisitas Kondisi Marshall-Lerner merumuskan bahwa kondisi pasar valuta asing disebut stabil apabila penjumlahan dari elastisitas harga-harga permintaan impor dan permintaan ekspor bemilai lebih dari 1 dalam besaran absolut. Penjumlahan dari kedua jenis elastisitas ini secara substansi haruslah bernilai lebih besar dari 1 dalam kurva permintaan dan penawaran dari nilai tukar luar negeri agar bernilai cukup elastis dan layak untuk dilakukan devaluasi dan depresiasi (misalnya, tidak terjadi inflasi berlebihan) sebagai suatu metode untuk melakukan koreksi defisit dalam neraca pembayaran suatu negara. Dengan demikian, hal ini menjadi sangat penting untuk menentukan elastisitas harga terhadap pemintaan ekspor dan impor di dunia nyata.

GAMBAR 16. 4. Masalah Identifikasi. Titik keseimbangan E dan E* yang diamati bersifat konsisten dengan tidak bergesernya kurva DX atau bergesernya kurva D’x ke D'’x Teknik estimasi yang digunakan pada dekade 1940 -an menggunakan pengukuran elastisitas dari kurva permintaan DX yang bersifat inelastis walaupun pada kenyatannya kurva permintaan yang relevan adalah kurva D'X yang bersifat elastis. 16. 5 B Efek Kurva J dan Revisi dalam Estimasi Elastisitas Tidak hanya elastisitas jangka pendek pada perdagangan internasional yang cenderung lebih kecil dibandingkan elastisitas jangka panjangnya, tetapi neraca perdagangan juga akan segera memburuk setelah adanya devaluasi atau depresiasi, sebelum kondisinya membaik kemudian. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan harga-harga impor dalam kurs domestik yang meningkat lebih cepat dibandingkan harga ekspor setelah adanya depresiasi atau devaluasi, dengan kuantitas yang pada awalnya tidak terlalu berubah. Selanjutnya, kuantitas ekspor akan meningkat dan kuantitas impor akan turun, harga ekspor mengejar ketertinggalannya dari harga impor, maka keterpurukan neraca pembayaran pada awalnya akan terhenti dan kemudian statusnya berbalik.

GAMBAR 16. 5. Kurva J. Dimulai dari titik awal dan neraca perdagangan yang diberikan. devaluasi atau depresiasi mata uang suatu negara pada awalnya akan menyebabkan memburuknya neraca pembayaran negara tersebut sebelum menunjukkan kenaikan bersih dalam neraca (setelah waktu A). 16. 5 C Dampak Perubahan Kurs Tidak hanya keberadaan kelambanan terhadap respons neraca pembayaran dan neraca transaksi berjalan suatu negara sebagai akibat dari adanya depresiasi mata uang negara tersebut (dan terdapat kemungkinan adanya efek kurva J untuk beberapa waktu), tetapi juga kenaikan harga-harga domestik terhadap komoditas yang diimpor mungkin bernilai lebih kecil daripada jumlah depresiasi yang terjadi bahkan setelah kelambanan tersebut berakhir. Hal ini menunjukkan bahwa dampak perubahan depresiasi terhadap harga-harga domestik mungkin kurang sempurna.

16. 6 Penyesuaian Berdasarkan Standar Emas Pada bagian terakhir pada Bab 16 ini kita akan mengananalisis bagaimana monoter internasional yang di kenal sebagai standar emas beropersi. Standar emas mengandalkan mekanisme harga otomastis untuk penyesua fleksibel. ian, tetapi dengan kategori yang berbedadari operasi sistem tingkat nilai tukar fleksibel. 16. 6 A Standar Emas Standar emas mulai beroperasi sekitar tahun 1880 hingga meletusnya Perang Dunia pada tahun 1914. Upaya untuk membangun kembali standar emas pun dilakukan setelah perang, akan tetapi menemui kegagalan pada tahun 1931 sepanjang Depresi Besar. Hal ini sangat memungkinkan untuk mengoperasikan kembali standar emas dalam jangka cepat-jika hal tersebut dilakukan. Walaupun demikian, sangatlah penting untuk memahami keuntungan dan kerugian yang terdapat dalam pengoperasian sistem standar emas, tidak hanya untuk kepentingan beberapa pihak, tetapi juga, keunggulan dan kerugian tersebut (hingga batas tertentu) berlaku pula dalam penerapan sistem nilai tukar tetap (sistem Bretton Woods atau standar nilai tukar emas) yang dioperasikan sejak akhir Perang Dunia II hingga akhirnya runtuh pada tahun 1971

16. 6 B Mekanisme Aliran Harga dan Logam Mulia Mekanisme penyesuain otomatis berdasarkan standar emas disebut sebagai mekanisme aliran harga dan logam mulia. Mekanisme di lakukan sebagai upaya melakukan koreksi terhadap ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran. Pada mekanisme ini, fungsi penawaran uang berdasarkan standar emas baik nilai emas itu sendiri maupun mata uang kertas yang ditopang oleh emas menyebabkan penawaran uang tidak akan turun ketika ada defisit pada neraca dan tidak akan bertambah ketika neraca mengalam surplus. Hal ini menyebabkab harga-harga internal negara akan jatuh ketika terjadi desifit dan melambung naik ketika terjadi surplus. Maka dari itu, ekspor akan digalakkan padac saat defisit dan impor a dalamkan ditekan hingga defisit dalam negri tersebut sudah tidak terjadi lagi. Sebagaimana dijelaskan pada Bagian 16. 3 bahwa adanya deprisiasi dan evaluasi mata uang dolar dapat menstimulasi produksi dari substitusi impor dan ekspor di Amerika Serikat, dan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga-harga dalam satuan dolar di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat pada gambar 16. 7 Pada panel bagian kiri Gambar 16. 7, S'M merupakan kurva penawaran impor negara-negaru UME (Uni Moneter Eropa) ke Amerika Serikat dalam mata uang dolar dan tingkat nilai tukar sebesar R = $1/€ 1, dan D'M adalah kurva permintaan impor negara Amerika dalam mata uang dolar. Ekuilibrium D'M dan S'M adalah titik B’ dengan PM = $1 dan QM = 12 miliar unit per tahun. Ketika dolar tcrdevaluasi atau diperbolehkan untuk terdepresiasi sebesar 20 persen,

P* dalam S Pasar Ekspor Amerika Serikat JUIMIII $ 2, 5 C 1, 40 2. 20 1, C 0 1, 90 (Unit dalam Miliar) GAMBAR 16. 7 Dampak adanya Depresiasi dan Devaluasi pada Harga-Harga Domestik. Pada panel bagian kiri, D'M merupakan kurva permintaan impor Amerika Serikat dalam satuan dolar, dan S'M merupakan kurva penawaran impor UME ke AS pada saat R = $1/€ 1. Dengan D'M dan S'M, PM-$1 dan QM = 12. miliar unitper tahun. Ketika dolar terdepresiasi atau mengalami devaluasi sebesar 20 persen, S'M bergeser ke kiri atas ke S”M, akan tetapi DM tetap. Dengan D'M dan S"M, maka P M = $1, 125 dan QM = 11 miliar unit per tahun.

A 16. 2 Devirasi Kondisi Marshall-Lerner Kita sekarang akan melakukan devirasi secara matematis pada kondisi. Marshall-Lerner yang mensyaratkan bahwa penjumlahan elastisitas permintaan impor dan permintaan ekspor harus bernilai lebih dari l agar pasar valuta asing stabil. Kondisi ini juga mensyaratkan kurva penawaran impor dan ekspor haruslah elastis sempurna atau mendatar. A 16. 3 Stabilitas Pasar Valuta Asing Sekali Lagi Pada bagian ini, akan dibahas bagaimana kondisi pasar valuta asing yang tidak stabil pada akhirnya dapat menjadi stabil kembali karena adanya perubahan tingkat nilai tukar yang cukup besar. Gambar 16. 8 menunjukkan bahwa pasar valuta asing tidak stabil di sekitar titik ekuilibrium E 2 karena S€ (memiliki kemiringan negatif dan lebih landai, atau semakin elastis, dibandingkan dengan D€ Walaupun demikian, pasar valuta asing akan menjadi stabil pada titik kesetimbangan E„dan E 1 (sebagai contoh, karena adanya perubahan tingkat nilai tukar yang cukup besar, sebagaimana dari RZ 2, ke R 3, atau R, ).

A 16. 4 Derivasi Poin Emas dan Aliran Emas Berdasarkan Standar Emas Gambar 16. 9 menunjukkan secara grafik bagaimana penentuan poin emas dan aliran emas internasional berdasarkan standar emas. Dalam gambar, paritas mint adalah sebesar $4, 87 = £ 1 (sama dengan Bagian 16. 6 A). Kurva penawaran Amerika Serikat terhadap mata uang poundsterling (SE) ditunjukkan cleh REABCF dan bersifat elastis sempurna, atau mendatar, pada saat poin ekspor emas Amerika Serikat sebesar $4, 90 = £ 1 (penjumlahan paritas mint dengan biaya pengiriman sebesar 3 senilai £ 1 dalam besaran emas dari New York ke London). Kurva permintaan poundsterling mata uang Amerika Serikat (D£) ditunjukkan “oleh TEGJIK dan bersifat elastis sempurna, atau mendatar, pada saat poin impor emas Amerika Serikat sebesar $4, 84= £ 1 (paritas mint dikurangi dengan biaya pengiriman sebesar 3 senilai £ 1 dalam besaran emas dari London ke New York). Oleh karena perpotongan S£ dan D£ pada poin E dalam poin emas, tingkat ekuilibrium nilai tukar adalah sebesar R = $4, 88/£l tanpa adanya aliran emas internasional (misalnya, pada saat neraca pembayaran Amerika Serikat berada dalam ekuilibrium).

F» = S/C GAMBAR 16. 8. Pasar Valuta Asing Tidak Stabil yang Menjadi Stabil Disebabkan Adanya Perubahan Tingkat Ni. Iai Tukar yang Besar. Pada titik kesetimbangan E 2, pasar valuta asing dikatakan tidak stabil karena S€. memiliki kemiringan negatif dan lebih landai, atau lebih elastis, dibandingkan dengan D€. Walaupun demikian, dengan adanya depresiasi yang besar pada mata uang dolar dari R 2 ke R 3, pasar valuta asing menjadi stabil pada titik E 3 dikarenakan Df menjadi semakin landai, atau lebih elastis, dibandingkan SE. Sama halnya ketika terdapat apresiasi yang besar terhadap mata uang dolar dari R: ke R, , pasar valuta asing menjadi Stabil di titik El dikarenakan $6 menjadi semakin curam, atau semakin tidak elastis, dibandingkan DG.

R = S/£ D/ 4, 94 Emas Amerika Serikat titik X 4, 90 4, 88 4, 87 4, 86 Emas Amerika Serikat titik M 4, 84 V-----'----- 1 ---'------: ------'------<------1 ---L______ I. 8 1 O 12 14 16 18 20 22 24 25 GAMBAR 16. 9. Poin Emas dar. Aliran Emas. Pada saat D£ dan S£, tingkat ekuilibrium nilai tukar adalah sebesar R= $4, 88/£ 1 (titik E) tanpa adanya aliran emas internasional, dan neraca pembayaran Amerika Serikat berada dalam kondisi ekuilibrium. Melalui D'£ dan S£, tingkat nilai tukar akan menjadi sebesar R: $4. 94 berdasarkan sistem tingkat nilai tukar mata uang fleksibel, akan tetapi hal im akan dicegah melalui standar emas untuk tidak meieblhi R = $4, 90 (poin ekspor emas Amerika Serikat) melaiui ekspor emas milik Amerika Serikat sebesar £ 6 juta (AB). Hal ini menunjukkan bahwa neraca pembayaran Amerika Serikat berada dalam kondisi deflsit berdasarkan standar emas. Melalui D£ dan S'£, tingkat nilai tukar adalah saat R = $4, 80 berdasarkan sistem tingkat nilai tukar fleksibel secara bebas, tetapl nllal tersebut dicegah untuk turun melebihi R = $4, 84/£ 1 (poin impor emas Amerika Serikat) melalui impor emas oleh negara Amerika Serikat sebesar £ 6 juta (HG). Hal ini menunjukkan bahwa neraca pembayaran Amerika Serikat berada dalam kondisi surplus berdasarkan standar emas.
- Slides: 18