Atomic Absorpsion Spectrophotometer AAS atau Spectrofotometer Serapan Atom
Atomic Absorpsion Spectrophotometer (AAS) atau Spectrofotometer Serapan Atom (SSA) A. PENDAHULUAN • Salah satu metode analisis kimia, baik untuk analisis kuantitatif maupun untuk analisis kualitatif adalah analisis dengan menggunakan alat instrumen fotometer • Pada dasarnya alat instrumen fotometer ini dapat dibedakan menjadi : - Alat Kalorimeter - Alat Spektrofotometer Ni Ketut Sari 1
• Untuk jenis alat kalorimeter digunakan mengukur serapan sinar diskontinyu melalui sampel larutan bahan/senyawa kimia yang berwarna atau dibuat berwarna. • Untuk jenis alat spektrofotometer digunakan mengukur serapan sinar yang kontinyu melalui sampel bahan kimia baik berupa senyawa maupun berupa atom. • Jenis sinar yang dideteksi, dikenal spektrofotometer sinar tunggal yang dipakai untuk kawasan spectrum ultraviolet dan cahaya tampak (uv-visibel), untuk spectrum ultraviolet menggunakan sinar laser, untuk uv spectrum dibawah 300 nm dan visibel spectrum berkisar (300 – 900) nm • Juga dikenal spektrophotometer sinar ganda yang dapat mendeteksi sampai kawasan spektrum inframerah, spectrum diatas 900 nm Ni Ketut Sari 2
• Alat spektrofotometer yang secara khusus mengukur konsentrasi bahan kima berupa atom bukan senyawa) disebut spektrofotometer nyala (flame spectrophotometer) yang memakai obyek nyala api pembakar • Berdasarkan metodenya (emisi atau absorpsi), dikenal dua jenis spektrofotometer nyala yaitu : * Spektrofotometer Emisi Nyala disingkat SEN (Flame Emission Sperctrophotometer ; FES) * Spektrofotometer Serapan Atom disingkat SSA (Atomic Absorpsion Spectrophotometer ; AAS) • Perkembangan FES dimulai sejak tahun 1990, sedangkan AAS diperkenalkan sekitar tahun 1960 • Kedua jenis spektrofotometer nyala ini beroperasi pada suhu nyala pada range (1700 – 3200) 0 C. Ni Ketut Sari 3
B. ABSORPSI DAN HUKUM LAMBERT-BEER d dx Gambar-1 : Absorpsi sinar oleh larutan sampel dalam kuvet Pada alat spektro secara umum, seberkas cahaya monokromatik dengan intensitas Io dilewatkan melalui kuvet dengan diameter dalam d dan berisi larutan sampel dengan konsentrasi C, maka setelah berkas tersebut menempuh jarak x, intensitas cahaya akan turun menjadi I (Gambar-1). Melalui lapisan tipis dx intensitas cahaya turun sebesar d. I, dan akan berbanding lurus dengan I dan jumlah mol C. dx, atau dapat dituliskan: Ni Ketut Sari 4
d. I = -k. C. I. dx dimana k adalah konstanta yang antara lain bergantung pada kemungkinan peralihan antara dua nivo energi potensial molekul dalam larutan. Integrasi persamaan diatas dengan batasan pada x=0 (I=Io) sampai x=x (I=I) sebagai berikut : Hasil integrasi persamaan di atas : ln(I / Io) = -k. C. x atau Atau lebih lazim ditulis : Ni Ketut Sari 5
Di mana disebut koefisien eksitasi dengan satuan lt/mol/cm Transmisi total setebal kuvet (d) adalah : T = It/Io = Id/Io = 10 – z C d Persamaan terakhir ini disebut hukum Lambert-Beer. Atau biasa dinyatakan dalam persen transmisi : % T = T. 100 = 102 -z C d Jadi transmisi berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi sample. Oleh karena penjabaran yang melibatkan fungsi eksponensial sangat rumit, maka digunakan pengertian ekstingsi E yang dapat dituliskan dalam hubungannya dengan transmisi T : E = -log T Sedangkan hubungan E dangan konsentrasi C : E = . C. d Berdasarkan persamaan ini ekstingsi itu berbanding lurus dengan konsentrsi zat yang menyerap cahaya. Untuk T = 1 (atau 100%) maka ekstingsi E = 0, sebaliknya Untuk T = 0 maka ekstingsi E = tak terhingga. Ni Ketut Sari 6
Ni Ketut Sari 7
Ni Ketut Sari 8
- Slides: 8