ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS SUHRON Pengertian Definisi Osteoporosis berasal
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS SUHRON
Pengertian / Definisi Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total
Osteoporosis adalah penurunan massa tulang yang disebabkan karena meningkatnya resorbsi tulang melebihi pembentukan tulang. Dua penyebab ketidakseimbangan ini yang paling penting adalah fungsi gonad yang menurun dan proses penuaan normal. (Patofisiologi volume 2, 1359).
Dapat disimpulkan bahwa osteoporosis adalah suatu penyakit kelainan yang menyerang organ tulang yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang secara progresif, sehingga kekuatan tulang menjadi sangat berkurang, mudah terjadi patah tulang, tulang menjadi rapuh, dan keropos. Osteoporosis sangat rentan terjadi pada kaum wanita dibandingkan dengan pria.
Klasifikasi Osteoporosis Djuwantoro D (1996), membagi osteoporosis menjadi : 1. Osteoporosis Postmenopause (Tipe I)/ 2. 3. 4. 5. Osteoporosis Primer Osteoporosis involutional (Tipe II) Osteoporosis idiopatik Osteoporosis juvennil Osteoporosis sekunder
Klasifikasi a. Osteoporosis primer - Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause - Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita b. Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit 2 tulang erosif : mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). c. Osteoporosis Idiopatik tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada : - Usia kanak-kanak (juvenile) - Usia remaja (adolesen) - Wanita pra-menopause - Pria usia pertengahan
Epidemiologi/Insiden Kasus Penyakit ini 2 -4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan satu diantara enam pria yang berusia diatas 75 tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini. Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal. Menurut penelitian, 24% dari wanita umur 40 -59 tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62% wanita berumur 60 -70 tahun mengalami osteoporosis. Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18 -36% sedangkan pria 20 -27%, untuk umur diatas 70 tahun untuk wanita 53, 6% sedangkan pria 38%.
Penyebab atau Etiologi Osteoporosis Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. b. Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. a.
1. 2. 3. 4. 5. Faktor resiko : * Yang tidak dapat diubah: Usia, sering pada lansia penuaan Jenis kelamin, 3 x > sering pd wanita. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi Riwayat keluarga/keturunan dengan osteoporosis Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh dengan densitas tulang yang rendah
* Yang dapat diubah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Merokok Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein, kalsium, vit. D) Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan kurang olahraga Gangguan makan (anoreksia nervosa) Kondisi penyakit Minum Berkafein, beralkohol Penggunaan obat-obatan tertentu : diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan, hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.
Patogenesis Osteoporosis Tipe I/Primer setelah menopause hormon estrogen menurunnya pengaturan pengangkutan kalsium ke dalam tulang menopause juga menurunkan absorbsi kalsium diusus maupun ginjal meningkatkan jumlah pengeluaran kalsium lebih cepat melalui ginjal reabsorpsi tulang akan meningkat aktivitas osteoklast > aktivitas osteoblast tulang kortikal akan makin menipis kehilangan elemen trabekula dari tulang yang bersangkutan penurunan densitas tulang dan massa jaringan tulang totak remodelling tulang terganggu penurunan formasi tulang pengeroposan tulang insidensi fraktur dapat terjadi osteoporosis
Gambar 2. Patogenesis Osteoporosis tipe II dan fraktur Usia lanjut Reabsorpsi Ca di ginjal Sekresi GH dan IGF-1 Sekresi estrogen Aktifitas fisik Difeisiensi vitamin D aktifitas 1 -α hidroksilase, resistensi terhadap vit D Absorpsi Ca di usus Gangguan fungsi osteoblas Turn over tulang Osteoporosis Fraktur Hiperparatiroidisme sekunder Resiko terjatuh ( kekuatan otot, aktifitas otot, medikasi gangguan keseimbangan, ganggan penglihatan dll)
Patofisiologi Osteoporosis
Manifestasi Osteoporosis a. b. c. d. Nyeri tulang akut. Terutama pd tulang belakang, nyeri timbul mendadak. • Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur • Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra. Gambaran klinis : - Sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause - Setelah patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, Kecenderungan penurunan tinggi badan postur tubuh memendek
Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, eksresi kalsium urine) 2. Pemeriksaan x-ray 3. Pemeriksaan absorpsiometri 4. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT) 5. Pemeriksaan biopsi tulang 6. Magnetic Resonance Imaging (MRI) 7. Dual-energy X Ray Absorbtiometry (DXA) 8. Pemeriksaan radiologik 9. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)/ BMD (Bone Mineralo Densitometry)
Diagnosis/criteria diagnosis Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan : • Radiology • Pengukuran massa tulang • Pemeriksaan lab kimiawi • Pengukuran densitas tulang • Pemeriksaan marker biokemis • Biospi • Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)
Terapi/penatalaksanaan: Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang. Medical treatment, obat-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung
Cara Pencegahan Osteoporisis Pencegahan dengan menghindari faktor risiko osteoporosis (misalnya merokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas fisik) Olahraga yang teratur sesuai dengan prosedur. Gaya hidup yang sehat. Kurangi faktor pemicu terjadinya osteoporosis. Berikan asupan nutrisi yang benar.
Kalsium: Rekomendasi asupan kalsium adalah 1200 mg/hari pada orang dewasa di atas 50 tahun Wanita membutuhkan suplemen kalsium 500 -700 mg/ hari Vitamin D: Rekomendasi asupan vitamin D adalah 400 -800 IU per hari Kebutuhan vitamin D lebih tinggi pada mereka di atas usia 70 tahun Latihan: Latihan menggunakan beban (termasuk beban tubuh sendiri) atau dikenal sebagai Weight-bearing exercise. Jika memungkinkan: berjalan kaki selama 40 menit/ kali dan dilakukan 4 kali dalam seminggu Latihan penguatan otot-otot. Termasuk otot tulang belakang, otot paha dan betis, sehingga tidak gampang jatuh. Hindari: Rokok, alkohol dan minuman bersoda yang berlebihan. Faktor-faktor yang memungkinkan jatuh: cahaya yang kurang, lantai yang licin dll
Komplikasi : Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan fraktur colles pada pergelangan tangan
A. PENGKAJIAN Riwayat kesehatan. Keluhan utama Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada area punggung, nyeri abdomen akibat kifosis, susah untuk bergerak, dan beberapa ada yang mengalami gangguan pernapasan Riwayat penyakit dahulu Dalam pengkajian merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelum diagnosis osteoporosis muncul seperti reumatik, Diabetes Mellitus, hiperparatiroid, hipogonade, gagal ginjal dan lain sebagainya.
Riwayat penyakit sekarang Merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien sehingga dibawa ke Rumah Sakit, seperti nyeri pada punggung, nyeri abdomen. Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi : 1. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang 2. Berat badan menurun 3. Biasanya diatas 45 tahun 4. Jenis kelamin sering pada wanita 5. Pola latihan dan aktivitas Riwayat penyakit keluarga Dalam pengkajian, perlu mengkaji riwayat penyakit keluarga pasien, yaitu apakah sebelumnya ada salah satu keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien seperti osteoporosis, diabetes melitus, maupun penyakit terkait genetik lainnya yang berhubungan dengan sistem skeletal.
B 1 (Breathing). Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang akibat kifosis. biasanya pada beberapa pasien yang menderita osteoporosis cenderung akan mengalami kifosis (bungkuk) yang dapat mengakibatkan ekspansi paru tidak maksimal sehingga pasien terkadang mengalami gangguan pernapasan seperti sesak napas maupun dispneu akibat keterbatasan kebutuhan oksigen yang didukung oleh usia lanjut B 2 ( Blood). Pengisian kapiler (CRT) kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin/basah dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek penggunan obat.
B 3 ( Brain). Kesadaran biasanya komposmentis/sadar penuh. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah. Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra B 4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan
B 5 ( Bowel). Untuk kasus osteoporosis, apabila menyerang struktur tulang dan fungsi dari tulang belakang maka perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses karena pasien dengan kompresi saraf pencernaan vertebrae akibat osteoporosis dapat mengalami konstipasi. B 6 ( Bone). Pada Inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis dan penurunan tinggi badan berat badan. Ada gaya berjalan, deformitas tulang, leglength inequality, dan nyeri spinal. Lokasi fraktur sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur traumatic vertebra dan kompresi saraf vertebrae ditandai dengan adanya nyeri tulang belakang dan spasme otot. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan perubahan postur tubuh, deformitas tulang belakang: Terdapat lengkung vertebrae abnormal, dan ketidakoptimalan ekspansi paru akibat dampak kifosis yang menekan diafragma ditandai dengan dispneu, sesak napas Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi dan deformitas akibat perubahan struktural skeletal (kifosis), nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan penurunan kemampuan gerak cepat, badan terasa lemas, pola aktivitas terbatas, dan terdapat penurunan tinggi badan Gangguan eliminasi alvi yang berhubungan dengan adanya kompresi saraf pencernaan vertebrae dan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus)/ileus paralitik ditandai dengan kesulitan buang air besar (konstipasi)
Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan postural tubuh/image tubuh dan ketergantungan fisik akibat proses penyakit yang ditandai dengan keterbatasan aktivitas dan pemendekkan tulang belakang Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, prognosa penyakit, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen. Risiko cedera terhadap cidera fraktur berhubungan dengan osteoporotik dan dampak sekunder terhadap perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk
INTERVENSI Keperawatan
VIDEO 1
TERIMA KASIH
- Slides: 31