Askep Trauma Mata Oleh Erwin Saesaryono Pratiwi Novita

  • Slides: 24
Download presentation
Askep Trauma Mata Oleh : Erwin Saesaryono Pratiwi Novita M. Vivi Andria Febiona 1

Askep Trauma Mata Oleh : Erwin Saesaryono Pratiwi Novita M. Vivi Andria Febiona 1

Anatomi Dan Fisiologi Mata. . 1. Palpebra Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit,

Anatomi Dan Fisiologi Mata. . 1. Palpebra Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringanotot, tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata. 2. Rongga mata Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah 2

Cont. . . 3. Bola mata Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi: •

Cont. . . 3. Bola mata Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi: • Otot-otot penggerak bola mata • Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar. • Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing 4. Sistem kelenjar bola mata Terbagi menjadi dua bagian: • Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata • Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung 3

DEFINISI. . . Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.

DEFINISI. . . Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Macam-macam bentuk trauma: Fisik atau Mekanik 1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat ketapel. 2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan. 3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet. 4

Cont. . Khemis 1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,

Cont. . Khemis 1. Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem (perekat). 2. cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata. Fisis 1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. 2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi 5

ETIOLOGI. . . Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma.

ETIOLOGI. . . Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan kebutaan menetap. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan. 6

 Trauma Mekanik 1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel.

Trauma Mekanik 1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel. 2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. • Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya. 7

Tanda Dan Gejala. . 1. Tajam penglihatan yang menurun 2. Tekanan bola mata rendah

Tanda Dan Gejala. . 1. Tajam penglihatan yang menurun 2. Tekanan bola mata rendah 3. Bilik mata dangkal 4. Bentuk dan letak pupil berubah 5. Terlihat adanya ruptur pada cornea atau sclera 6. Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina 7. Kunjungtiva kemotis 8

PHATOFISIOLOGI. . 1) Palpebra Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan

PHATOFISIOLOGI. . 1) Palpebra Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen 2) Saluran Lakrimalis Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata. 3) Congjungtiva Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub konjungtiva 4) Sklera Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury. 9

5) Kornea Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai

5) Kornea Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus 6) Lensa Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tisak adekuat. 7) Iris Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis. 8) Pupil Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis 9) Retina Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal 10 ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri oblaina retina.

KOMPLIKASI. . . a) Galukoma sekunder b) Imhibisi kornea 11

KOMPLIKASI. . . a) Galukoma sekunder b) Imhibisi kornea 11

MANIFESTASI KLINIS. . Hematoma palpebra Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan,

MANIFESTASI KLINIS. . Hematoma palpebra Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii. Penanganan : Kompres dingin 3 kali sehari. Ruptura kornea Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera. Ruptura membran descement Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit menjadi jernih kembali. Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan dan tetes mata kortisol Hifema Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius. 12

Cont. . . Penanganan : Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang

Cont. . . Penanganan : Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus, kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband. Iridoparese-iridoplegia Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis. Penanganan : Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel. Iridodialisis Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan pseudopupil. Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas. Irideremia Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan. Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk mengurangi silau. Glaukoma Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos humour. 13

PEMERIKSAAN PENUNJANG. . . Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT) Pengukuran tekanan IOL dengan

PEMERIKSAAN PENUNJANG. . . Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan “Computed Tomography” (CT) Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12 -25 mm. Hg). Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi. Pemeriksaan Laboratorium, seperti : SDP, leukosit , kemungkinan adanya infeksi sekunder. Pemeriksaan kultur : Untuk mengetahui jenis kumannya. 14

PENATALAKSANAAN. . Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata,

PENATALAKSANAAN. . Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adanya perforasi bola mata, maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topical, mata ditutup, dan segera dikirim kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotik sistemik atau intravena dan pasien dikuasakan untuk kegiatan pembdahan. Pasien juga diberi antitetanus provilaksis, dan kalau perlu penenang. Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Benda asing didalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan dan segera dikirim ke dokter mata. Benda asing yang bersifat magnetic dapat dikeluarkan dengan mengunakan magnet raksasa. Benda yang tidak magnetic dikeluarkan dengan vitrektomi. Penyulit yang dapat timbul karena terdapatnya benda asing intraokular adalah indoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ftisis bulbi. 15

Asuhan Keperawatan. . . . ” 16

Asuhan Keperawatan. . . . ” 16

PENGKAJIAN. . • Aktivitas dan istirahat Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari/ hobi di karenakan

PENGKAJIAN. . • Aktivitas dan istirahat Perubahan dalam pola aktivitas sehari-hari/ hobi di karenakan adanya penurunan daya/ kemampuan penglihatan. • Makan dan minum Mungkin juga terjadi mual dan muntah kibat dari peningkatan tekanan intraokuler. • Neurosensori Adanya distorsi penglihatan, silau bila terkena cahaya, kesulitan dalam melakukan adaptasi (dari terang ke gelap/ memfokuskan penglihatan). • Pandangan kabur, kalau, penggunaan kacamata tidak membantu penglihatan. • Peningkatan pengeluaran air mata. • Nyeri dan kenyamanan Rasa tidak nyaman pada mata, kelelahan mata. Tiba-tiba dan nyeri yang menetap di sekitar mata, nyeri kepala. • Keamanan 17 Penyakit mata, trauma, diabetes, tumor, kesulitan/ penglihatan menurun.

PEMERIKSAAN PENUNJANG. . Kartu snellen pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat

PEMERIKSAAN PENUNJANG. . Kartu snellen pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina. Luas lapang pandang mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma. 18

Diagnosa Keperawatan. . . . ” 19

Diagnosa Keperawatan. . . . ” 19

No 1. Diagnosa Nyeri akut Tujuan Intervensi Nyeri berkurang Melaporkan Lakukan tindakan penghilangan nyeri

No 1. Diagnosa Nyeri akut Tujuan Intervensi Nyeri berkurang Melaporkan Lakukan tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan non farmakologi, seperti berikut : 1. Posisi : Tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak sakit. penurunan 2. Distraksi nyeri 3. Latihan relaksasi progresif dan • berhubungan atau hilang. dengan Kriteria hasil : imflamasi Klien akan : pada kornea • atau peningkatan tekanan intraokular. penghilangan nyeri setelah intervensi. • • Klien tidak gelisah. • Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif. Rasionalisasi Tindakan penghilangan nyeri yang non invasif dan nonfarmakologi memungkinkan klien untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri. Klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang nyerinya dan tindakan penghilangan nyeri yang efektif. Untuk beberapa klien terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan penghilangan nyeri yang efektif. Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intraokular atau komplikasi lain. Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan. Beritahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah 1/2 jam pemberian obat, jika nyeri bertambah. 20

No 2. Diagnosa Tujuan Risiko Tidak terjadi tinggi infeksi Kriteria hasil : berhubunga Klien

No 2. Diagnosa Tujuan Risiko Tidak terjadi tinggi infeksi Kriteria hasil : berhubunga Klien akan : n dengan peningkatan kerentanan tubuh. Tingkatkan penyembuhan luka : Raionalisasi Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meningkatkan penyembuhan dengan menurunkan kekuatan iritasi. Tehnik aseptik meminimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi. Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi. Mengurangi reaksi radang, dengan steroid dan menghalangi hidupnya bakteri, dengan antibiotika. 21 1. Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan cairan yang adekuat. Menunjukkan 2. Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai diberitahukan untuk dilepas. penyembuhan Gunakan tehnik aseptik untuk meneteskan tetes mata : infeksi. Cuci tangan sebelum memulai. Nilai 1. Pegang alat penetes agak jauh dari mata. terhadap permukaan tanpa gejala sekunder interupsi Intervensi Labotratorium 2. Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, tetesan dan : SDP normal, alat penetes. kultur negatif. 3. Ajarkan tehnik ini kepada klien dan anggota keluarganya. Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.

No. Diagnosa Tujuan 3. Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang perawatan. Kurangnya

No. Diagnosa Tujuan 3. Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang memadai tentang perawatan. Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasab informasi. Intervensi Rasionalisasi Jelaskan kembali tentang keadaan pasien, rencana perawatan dan prosedur tindakan yang akan di lakukan. Jelaskan pada pasien agar tidak menggunakan obat tets mata secara senbarangan. Anjurkan pada pasien gara tidak membaca terlebih dahulu, “mengedan”, “buang ingus”, bersin atau merokok. - Anjurkan pada pasien untuk tidur dengan meunggunakan punggung, mengtur cahaya lampu tidur. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan tindakan sesuai dengan anjuran petugas. 22

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L. J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L. J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : EGC Doengoes, Marylin E. , 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F. A Davis Company. Darling, V. H. & Thorpe, M. R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media. Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta. Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta 23

s k an Th Thank s k n a h T s Many thanks

s k an Th Thank s k n a h T s Many thanks To You. . . 24