ARAH KIBLAT MASJID AGUNG PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI
ARAH KIBLAT MASJID AGUNG PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI JAWA (PERSPEKTIF MITOS DAN ASTRONOMI) Oleh: Fairuz Sabiq Fakultas Syariah IAIN Surakarta Rabu, 31 Juli 2019 / 28 Dzulqa’dah 1440 H
PENDAHULUAN: PERSOALAN ARAH KIBLAT ADALAH PERSOALAN YANG KLASIK TETAPI SELALU AKTUAL Arah Kiblat Satu Syarat Sah Shalat Arah Maqam Pemahaman ‘Ainul Ka’bah Jihatul Ka’bah Persoalan Mitos Astronomi
PEMBATASAN ISTILAH: • Masjid Agung Peninggalan Kerajaan Islam di Jawa dibatasi pada 5 masjid Agung, yakni masjid agung Demak, masjid agung Cirebon, masjid agung Yogyakarta, masjid agung Surakarta, dan masjid agung Yogyakarta. • Istilah “masjid agung” dijelaskan pada KMA nomor 394 tahun 2004. Tipologi masjid, yaitu: Masjid Negara, Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami’. • Masjid agung Yogyakarta saat ini menduduki sebagai masjid Raya tetapi juga sebagai masjid agung.
FAKTA ARAH KIBLAT MASJID AGUNG PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI JAWA Bangunan Masjid Tidak Mengarah Tepat ke Masjidil Haram Arah Kiblat disesuaikan ke Arah Sebenarnya Arah kiblat Masih Sesuai Arah Bangunan Masjid Fakta Pemahaman Kaidah Fikih Perbedaan Pandangan Arah Kiblat Pemahaman Fikih Astronomi Pemahaman Mitos
PERSEPSI TAKMIR DAN ULAMA SAAT INI 1. Masjid agung Yogyakarta meluruskan arah kiblatnya, sesuai konsep ‘ainul Ka’bah dan berpandangan ijtihad boleh dirubah dan disesuaikan dengan kebenaran yang dapat dibuktikan (empiris). Mitos arah kiblat dipahami secara Makna/Pesan mitos, sejak masa abad 20 M yaitu pemerintahan Hamengku Buwana VIII. 2. 4 masjid agung lainnya tidak merubah arah kiblatnya karena berpedoman pada konsep jihatul Ka’bah dan berpedoman al ijtihad la yunqadhu bil ijtihad. Mitos masih dipahami sebagai “Hasil” karya ulama terdahulu dan tidak dipahami makna atau pesan mitos tersebut.
TABEL TAHUN BERDIRI MASJID DAN METODE PENENTUAN ARAH KIBLATNYA No Masjid Tahun Berdiri Pengukur Metode Penentuan 1 Demak - 1466 M - 1399 S atau 1477 M - 1401 S atau 1479 M - Kamis kliwon malam jumat legi, 1 -11 - 1428 S / 1501 M - Kamis legi malam jum’at kliwon 1 -11 -1428 J / 1506 M Sunan Kalijaga Dengan mengangkat tangan kanan memegang Masjidil Haram dan tangan kiri memegang mustoko masjid. 2 Cirebon tahun 1480 M Sunan Kalijaga Dengan mengangkat tangan kanan memegang Masjidil Haram dan tangan kiri memegang mustoko masjid. 3 Banten Dzulhijjah 1566 M/966 H Sultan Maulana Hasanudin Seperti Sunan Kalijaga
SECARA ASTRONOMI: AZIMUTH DAN KOORDINAT MASJID No Masjid Koordinat Azimuth Kiblat Arah Bangunan Akurasi 1 Demak 6˚ 53’ 40. 3˝ LS 110˚ 38’ 15. 3˝ BT 294˚ 25’ 39. 4˝ 282˚ 24’ 39. 4˝ kurang 12˚ 1’ ke utara 2 Cirebon 6˚ 43’ 31. 79˝ LS 108˚ 34’ 3. 21˝ BT 294˚ 52’ 24. 2˝ 289˚ 50’ 34. 8˝ kurang 5˚ 1’ 49. 4˝ ke utara 3 Banten 6˚ 2’ 8. 9˝ LS 106˚ 9’ 14. 2˝ BT 295˚ 16’ 22. 1˝ 279˚ 19’ 38. 7˝ 15˚ 56’ 22. 1˝ kurang ke utara 4 Surakarta 7˚ 34’ 27. 87˝ 294˚ 32’ 45˝ 283˚ 2’ 45˝ kurang 11˚ 30’
MITOS MASJID AGUNG Letak Berada di Barat Alun-Alun Simbol Kerajaan Model Masjid Simbol Agama Diantara alun-alun dan Keraton Arah Konstruksi Joglo Atap Limasan Bertumpang Sunan Kalijaga Cara Hasil
MITOS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI JAWA Mitos Arah kiblat di lakukan oleh Sunan atau Wali dengan Karomah sebagai kebenaran yang tidak boleh dirubah (kecuali Yogyakarta yang berakhir pada abad 20 M) Penentuan arah kiblat meniru cara sunan Kalijaga atau hasilnya (masjid Demak) Arah Kiblat Cara Sunan Kalijaga Hasilnya (Masjid Agung Demak) Mengangkat tangan kanan memegang Kakbah dan tangan kiri memegang mustoko masjid Arah bangunan masjid
MITOS SEHARUSNYA DIPAHAMI MAKNANYA ATAU PESAN MITOS • Masjid sebagai simbol kebesaran kerajaan Islam di Jawa harus dipertahankan (bangunannya) karena merupakan cagar budaya. • Masjid sebagai simbol ibadah harus dipahami sebagaimana pemahaman ulama terhadap nash dan fakta dengan benar, bukan karena mitos, atau cerita kebesaran masa lampau yang tidak boleh dirubah masa kini. 1. Fakta: sunan Kalijaga besar karena ketinggian ilmunya, penyebar agama Islam di tanah Jawa, memadukan budaya dan simbol dengan ajaran Islam. Karomah Sunan Kalijaga dalam penentuan arah kiblat, mengapa Karomah tidak diberikan kepada yang lain, yang notabene lebih tinggi (guru atau mertua)? Sunan Gunung Djati meminta bantuan Sunan Kalijaga, mengapa tidak dilakukan sendiri? 2. Pemahaman Nash: antara ‘ainul ka’bah dan jihatul ka’bah lebih kuat yang mana saat ini? Ketika ayat kauniyah bisa
FAKTA DARI BABAD / CERITA RAKYAT Mempunyai akurasi yang meningkat Mengukur arah kiblat banyak masjid Sunan Kalijaga pandai Ilmu Falak Berbeda pendapat tentang awal bulan puasa dengan sunan Kudus
PENINGKATAN AKURASI ARAH KIBLAT MASJID SUNAN KALIJAGA DALAM BABAD Masjid kadilangu 8˚ Masjid agung Demak 12˚ Masjid agung Cirebon 5˚ 1’ 49. 4˝
MAKNA MITOS SUNAN KALIJAGA “MENGANGKAT TANGAN. . . ” DI MASJID DEMAK DAN CIREBON Perpadua n Simbol dan Ajaran Rashdul Qiblat (penentua n dilakukan pada siang hari) Melihat Rasi Bintang (penentua n dilakukan malam hari)
Perpadua n simbol dan ajaran Rashdul qiblat Melihat rasi bintang Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang kompromistik dalam mengajarkan agama Islam Data bayangan matahari pada hari Jum’at Dzulkangidah tahun 1479 (Demak) 1480 (Cirebon) Penentuan dilakukan pada malam jumat menjelang dilakukan shalat jumat esok harinya Perpaduan budaya masyarakat Jawa dan ajaran Islam tentang penentuan arah kiblat Tangan kanan sebagai benda tegak lurus Tangan kiri memegang ujung bayangan Sesuai tuntunan Rasulullah ketika berada di Madinah “antara timur dan barat adalah kiblat”
ANALISA RASHDUL QIBLAT MASJID AGUNG DEMAK DAN MASJID AGUNG CIREBON Masjid Agung Demak, Hari Jum’at Bulan Dzulkangidah (Dzul Qa’dah) 1479 M No Tanggal Perhitungan RHI Simtul Qiblat 1 29 Januari 09 : 55 : 21 09 : 54 : 19 09 : 54 2 5 Pebruari 10 : 20 : 32 10 : 19 : 21 10 : 19 3 12 Pebruari 10 : 45 : 11 10 : 44 : 01 10 : 43 4 19 Pebruari 11 : 09 : 07 11 : 08 : 05 11 : 07 Masjid Agung Cirebon, Hari Jum’at Bulan Dzulkangidah (Dzul Qa’dah) 1480 M No Tanggal Perhitungan RHI Simtul Qiblat 1 18 Pebruari 11 : 13 : 27 11 : 44 11 : 11 2 25 Pebruari 11 : 36 : 14 11 : 34 : 47 11 : 33 3 3 Maret 11 : 55 : 14 11 : 57 : 14 11 : 52 4 10 Maret 12 : 16 : 56 12 : 19 : 12 12 : 14
• Masjid agung Banten didirikan pada 1566 M. Pengukuran dilakukan oleh Sultan Maulana Hasanudin putra sunan Gunung Djati dengan model seperti yang dilakukan oleh sunan Kalijaga. 1. Tidak ada keterangan Sultan Hasanudin pandai ilmu Falak sebagaimana sunan Kalijaga. Ia merupakan ahli fikih dan seorang panglima. 2. Data rashdul qiblat hari Jum’at bulan Dzulhijjah tahun 1566 Tanggal Hasil Rashdul Qiblat Win MNo jatuh pada bulan Juni dan Juli terjadi pada sore hari. Hisab 1 2 3 4 20 Juni 1566 16: 55: 26 WIB 27 Juni 1566 16: 45: 46 WIB 04 Juli 1566 16: 28: 51 WIB 11 Juli 1566 16: 10: 35 WIB Hasil perhitungan rashdul qiblat pada hari Jum’at bulan Dzulhijjah tahun 1566 M.
Penguasa kasunanan Surakarta dan kesultanan Yogyakarta masih terhubung dengan kerajaan Demak MASJID SURAKARTA DAN YOGYAKARTA MENIRU MASJID DEMAK Tata letak Masjid Berada di barat Alun-alun dengan 2 pohon besar di tengah dan dipangku oleh Kerajaan Bentuk masjid Atap bersusun, saka tatal, dikelilingi parit Arah bangunan Ketiganya hampir sama berada pada 282˚ - 283˚ Kerajaan Demak sudah tidak ada sejak mangkurat III di Kartasura diasingkan ke Sri Langka oleh kompeni Parit di Demak sudah tidak ada sejak abad 20 Arah kiblat masjid Surakarta masih mengikuti Demak dengan perubahannya Arah kiblat masjid Yogyakarta tidak lagi mengikuti Demak sejak abad 20 M
SIMBOL KEBESARAN KERAJAAN DAN IBADAH Masjid Cirebon meniru model dan letak saja, arah ditentukan Sunan Kalijaga (5˚ 1’ 49. 4˝) Masjid Surakarta meniru model, letak dan arah Demak (11˚ 30’) Masjid Demak 12˚ 1’ Masjid Banten meniru model dan letak saja, arah ditentukan Maulana Hasanudin (15˚ 56’ 22. 1˝) Masjid Yogyakarta meniru model, letak dan arah Demak (11˚ 46’ 12˝)
• Masjid agung Demak, masjid agung Surakarta dan masjid agung Yogyakarta memiliki akurasi yang hampir sama. Simbol masjid agung Demak sebagai kebesaran kerajaan Islam ditiru persis oleh masjid agung Yogyakarta dan Surakarta, baik modelnya (saka guru, di kelilingi parit dan atap bersusun), letaknya (sebelah barat alun-alun yang di tengahnya ada dua pohon besar, dan alun-alun dipangku oleh keraton) ataupun arah bangunanya. • Masjid agung Cirebon memiliki akurasi yang lebih tinggi dari masjid agung Demak. Secara simbol kebesaran kerajaan, sunan Gunung Djati memerintahkan untuk membangun masjid seperti masjid Demak. Model (saka tatal dan atap) dan letaknya (sebelah barat alun-alun yang dipangku oleh keraton) hampir sama dengan masjid agung Demak, tetapi arahnya berbeda karena ditentukan oleh sunan Kalijaga yang semakin akurat metode penentuan arah kiblatnya, mulai dari masjid agung Demak, masjid Kadilangu, hingga masjid agung
• Masjid agung Banten memiliki akurasi yang lebih rendah dari masjid agung Demak. Secara simbol kebesaran kerajaan, masjid ini meniru sebagian dari masjid Demak. Model (saka tatal dan atap) dan letaknya (sebelah barat alun-alun yang dipangku oleh keraton), tetapi arahnya berbeda karena ditentukan oleh sultan Maulana Hasanudin. Sultan Maulana Hasanudin tidak diketahui tentang kepandaian ilmu falaknya, hanya diketahui cara penentuannya yang meniru sunan Kalijaga.
‘AINUL KA’BAH DAN JIHATUL KA’BAH Para wali adalah pengikut Syafi’iyyah Kemajuan teknologi dengan data dan fakta empiris ‘Ainul Ka’ba h
AL IJTIHAD LA YUNQADHU BI AL IJTIHAD PADA 4 MASJID AGUNG PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI JAWA 1. Penerapan kaidah tersebut salah dalam penentuan arah kiblat, harus diterapkan pada hukum shalatnya. 2. Secara keilmuan, ijtihad tidak boleh tertutup. Dalam filsafat Ilmu, sebuah teori dapat berubah karena teori yang lain. Sebuah teori tidak mapan, kecuali ia menjadi ideologi atau dogma.
RESPON MASYARAKAT TERKAIT PELURUSAN ARAH KIBLAT Respon Masyarakat Setuju Tidak Setuju Diam
KARAKTERISTIK MASYARAKAT JAWA TERHADAP PENGUASA Bahasa berstrat a Sifat Ngaje ni Sikap andhap ashor Feodalis tik Cenderung diam atau tidak membantah jika berbeda Menghindari pertikaian Memelihara keharmonis an
• Karakteristik masyarakat Jawa terkait dengan penguasa adalah feodalistik, yaitu orang Jawa memiliki sikap/sifat ngajeni orang yang lebih tua, andap asor terhadap yang lebih dituakan, bahasa Jawa adalah bahasa yang berstrata, memiliki berbagai tingkatan sesuai dengan objek yang diajak berbicara, memelihara keharmonisan dan menghindari pertikaian, cenderung diam dan tidak membantah apabila muncul perbedaan.
Perspektif Mitos Arah Kiblat Masjid Agung Peninggalan Kerajaan Islam di Jawa Perspektif Astronomis Pemakaian Simbol dalam penentuan arah kiblat Perpaduan budaya dan ajaran Islam Peniruan metode penentuan (Sunan Kalijaga) Simbol Gaya Dakwah Peniruan Masjid Simbol Kebesaran Kerajaan 1 Masjid arah kiblatnya tepat ke masjidil Haram, 4 masjid lainnya tidak tepat Uji akurasi dengan rashdul qiblat, google earth dan kompas Peningkatan akurasi arah kiblat oleh sunan Kalijaga Perkembangan ilmu Perbedaan penentuan awal puasa Ramadhan Kepandaian sunan Kalijaga dalam ilmu falak Analisa Rashdul qiblat atau melihat rasi bintang Adanya metode penentuan arah kiblat
TERIMA KASIH …. Mohon saran dan masukannya …
- Slides: 27