ANTENATAL CARE By Setiawandari HAKHAK WANITA HAMIL Varney
ANTENATAL CARE By. Setiawandari
HAK-HAK WANITA HAMIL
Varney, 2007 • Ibu hamil memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang melibatkan kesejahteranany dan anak yang akan dilahirkan kelak, kecuali ada kedaruratan medis yang mencegahnya berperan serta. Selain hak-hak yang ditetapkan pada “deklarasi hak-hak pasien” yang disusun oleh Asosiasi Reumah Sakit Amerika. Adapun hak-hak yang harus dimiliki diantaranya :
• Hak mendapat informasi dari tenaga jkesehatan profesional yang merawatnya tentang efek langsung dan tidak langsung, risiko, bahaya yang mengancam dirinya atau bayi, yang dapat terjadi akibat penggunaan obat atau asuhan selama kehamilan • Hak mendapat informasi sebelum melakukan terapi tidak hanya informasi manfaat, risiko, tanda bahaya terapi tersebut
• Hak mendapat informasi dari tenaga kesehatan profesioanl yang memprogramkan atau memberi obat kepadanya obat apa pupun yang ia terima selama kehamilan • Hak mendapat informasi jika ada indikasi akan dilakukan seksio cesarea • Hak mendapat informasi tentang hal-hal yang tidak pasti jika tidak ada penelitian lanjutan terkendali yang memastikan keamanan obat ataupun lainnya
• Hak mendapat informasi mengenai merk dagang dan nama obat generik obat yang diberikan • Hak untuk membuat keputusan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain • Hak untuk mengetahui nama dan kualifikasi individu yang memberi obat • Hak untuk mengetahui sebelum pelaksanaan prosedur telah sesuia dengan prosedur
• Hak untuk ditemani oleh seorang yang ia sayangi atau orang yang dapat memberi kenyamanan bagi ibu hamil • Hak untuk memilih posisi bersalin dan melahirkannya sesuai keinginan • Hak untuk memilih dan merawat bayinya ditempatkan • Hak untuk mendapat informasi untuk menulis nama orang yang telah membantunya
• Hak untuk diberi informasi mengenai aspek yang diketahui atau yang diindikasikan untuk perawatan • Hak meminta catatan riwayat medis lengkap mengenai dirinya dan bayinya • Hak untuk memiliki akses terhadap catatan riwayat medis lengkapnya
Wanita hamil yang bekerja berhak untuk tidak dikeluarkan dari pekerjaannya • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 39 Peraturan Pemerintah ini mengatur bahwa bagi janda yang perkawinannya putus karena perceraian tetapi masih dalam keadaan hamil, maka waktu tunggu ditetapkan sampai janda tersebut melahirkan. Dengan demikian, meskipun putusan untuk bercerai telah ditetapkan oleh Hakim Pengadilan Agama, namun pengucapan talak dari mantan suaminya hanya boleh diucapkan di depan Hakim ketika mantan istrinya tersebut telah melahirkan. Hal ini semata-mata untuk melindungi perempuan yang sedang hamil antara lain yaitu apabila janin yang dikandungnya lahir maka si anak berhak mendapatkan biaya hidup dari mantan suaminya tersebu
• Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia. Pasal 41 ayat (2) Undang ini mengatur sebagai berikut: “(2) Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus”. adalah pemberian pelayanan jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana demi kelancaran, keamanan, kesehatan, dan keselamatan.
• Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan terkait dengan hak perempuan setelah melahirkan diatur sebagai berikut: Pasal 82 (1) “Pekerja/ buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1, 5 bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1, 5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan “ pasal 82 (1) “Pekerja /buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1, 5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.
• ”Pasal 83“Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. ”Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin agar pekerja perempuan dapat memenuhi kewajibannya sebagai ibu untuk memberi ASI walaupun harus bekerja untuk membantu mencari nafkah bagi keluarganya. • Pasal 153 ayat (1) butir f“Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan atau menyusui bayinya
• Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang ini mengatur sebagai berikut: “Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan : a. Bayi dan balita b. Remaja, perempuan dan c. Ibu hamil dan menyusui
Hak yang harus diberikan oleh suami, keluarga dan masyarakat. • Secara umum, hak ini sudah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita, yaitu memberikan perhatian yang lebih, daripada ketika si istri atau perempuan tersebut tidak sedang hamil. Suami misalnya, harus membantu meringankan pekerjaan secara fisik • Masyarakat memberikan prioritas kepada perempuan hamil dan menyusui dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah harus memberikan fasilitas khusus kepada perempuan hamil dan meyusui, misalnya memberikan tempat khusus di dalam transportasi umum atau di tempat-tempat umum
Berhak ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kesehatan diri dan bayinya • Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat membuat suatu keputusan. Kita harus menjelaskan informasi yang akurat tentang resiko dan keuntungan semua prosedur, obat-obatan dan tes. Kita juga harus membantu ibu dalam membuat suatu pilihan tentang apa yang terbaik untuk diri dan bayinya berdasarkan nilai dan kepercayaannya (termasuk kepercayaan-kepercayaan budaya dan agama)
Berhak mendapatkan Prosedur yang dilaksanakan didalam lingkungan dan mendapatkan privasi • Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali terdapat indikasi-indikasi yang spesifik. Pengobatan pada kehamilan, kelahiran atau periode pasca persalinan dengan tes-tes ”rutin”, obat atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya. Misalnya prosedur-prosedur yang keuntungannya tidak mempunyai bukti termasuk episiotomi rutin pada primipara, enema dan pengisapan pada semua bayi baru lahir.
TENAGA PROFESIONAL ASUHAN KEHAMILAN 1. Bidan/ midwives 2. Dokter umum 3. SPOG/ dokter spesialis obstetric dan ginekology 4. Team/ antara dokter dan bida
Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan Peran bidan dalam asuhan kehamilan : a. Peran sebagai pelaksana 1. Tugas mandiri 2. Tugas kolaborasi 3. Tugas merujuk
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup: a) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan. b) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi. c) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu. d) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
e). Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. f). Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui. g). Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah h). Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya. i). Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
b. Peran sebagai pengelola • Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup: 1) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat. 2) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya. 3) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan. 4) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan 5) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
c. Peran sebagai pendidik • Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup: a) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana. b) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan. c) Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat. d) Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
d. Peran sebagai peneliti • Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup: 1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan. 2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana. 3) Tanggungjawab bidan dalam asuhan kehamilan yang meliputi : Memberi pelayanan berdasarkan kebutuhan klien Menjaga kerahasiaan klien Memberi asuhan kehamilan berdasarkan wewenang bidan.
Issue Terkini Dalam Asuhan Kehamilan
Praktek asuhan yang bermanfaat 1) Sedikitnya harus 4 kali datang berkunjung 2) Mengadakan hubungan atas dasar kepercayaan 3) Persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi 4) Screening penyakit yang ada 5) Pendeteksian secara dini serta penatalakasanaan komplikasi 6) Konseling terpusat pada klien 7) Meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit
Praktek asuhan bermanfaaat § § § § yang tidak mungkin Penimbangan rutin Penilaian letak janin sebelum minggu ke 36 Opname dan istirahat untuk kehamilan kembar Membatasi kegiatan seksual selama kehamilan Aspirin untuk mencegah eklampsia Suplemen kalcium untuk kaki yang kram Istirahat adanya ancaman keguguran
Bentuk-bentuk ANC yang kemungkinan tidak efektif atau merugikan § Pembatasan gizi untuk mecegah preeklampsia atau eklampsia § Diuretika untuk tekanan darah tinggi karena kehamilan § Mengurangi makan garam untuk mencegah tekanan darah tinggi karena kehamilan.
Evidence based dalam praktik kehamilan
EVIDENCE BASED PRACTICE PADA PELAYANAN KEHAMILAN • Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (Bidan) dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan(Gray, 1997). • Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
BUKTI KLINIS PADA PELAYANAN KEHAMILAN Fokus lama ANC : 1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus. 2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu. 3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi
Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) di Kasango, Zaire menunjukkan bahwa :
PENDEKATAN RESIKO • Mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. • Digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, tetapi sebaliknya
Sementara, bagi Bu. Mil kelompok Resiko Rendah : • Tidak diberi pengetahuan tentang Res. Ti • Tidak di persiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetri • Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko • Bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi • Bumil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. • Fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.
Isi refocusing ANC : 1. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan 2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi 3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb).
4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb). 5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. 6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat. • Tablet yang mengandung Fe. SO 4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya
8. Untuk populasi tertentu: a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat, b) Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemic c) Suplementasi yodium d) Suplementasi vitamin A
TREND & ISSUE TERKINI DALAM ANC 1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care) 2. ANC pada usia kehamilan lebih dini 3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
KUNJUNGAN ANC pada usia kehamilan lebih dini a. Kunjungan ANC • Trimester I (Sebelum 14 minggu ) Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa. • Trimester II (14 – 28 minggu) Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria) • Trimester III (28 – 36 minggu) Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda. (Setelah 36 minggu) Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS. b. Suplemen dan imunisasi
Evidence Based Tentang Tradisi Masa Kehamilan • Seorang dukun yang ketika ada masyarakat hamil periksa dan ketika diperiksa diprediksi oleh si dukun letak janinnya sungsang. Kemudian si dukun melakukan tindakan pemutaran janin dengan manual. Tindakan ini dilakukan karena diyakini akan merubah posisi janin. Fakta: Tindakan merubah posisi dengan memutar tidak efektif dilakukan dan berpotensi besar terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan, karena hal ini erat kaitannya dengan letak plasenta yang tidak diketahui dukun tersebut. Jika nanti proses pemutarannya salah atau tidak sesuai dengan keadaan di intra uteri maka akan mengakibatkan perdarahan, rupture plasenta, solutio plasenta.
• Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu • Fakta: Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres, pingsan).
• Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam. • Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil • dst. . . . .
Ada AQUA. . . . !!!!
Referensi • Varney H. 1997. Varney’s Midwifery. Chapter 18 Jones. Bartlet publistion. Sudbury Masschuset hal 249 • JHPIEGO : PUSDIKNAKES WHO. 2003. panduan Pengajaran asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan. Buku 2 asuhan antenatal topik I. Jakarta, hal 2 • Depkes RI. 2003. Dasar-dasar asuhan kebidanan. Direktorat keperawatan dan keteknisian medik. Direktorat perawatan medik. Depkes RI • Depkes RI 2001, Standar Pelayanan Kebidanan • PP IBI 2003. 30 tahun IBI BIdan Menyongsong Masa depan Jakarta.
TERIMA KASIH PERHATIANNYA
- Slides: 46