Analisis InputOutput Prof Wassily Leontief 1930 Harvard University

  • Slides: 30
Download presentation
Analisis Input-Output Prof. Wassily Leontief (1930) Harvard University PDB dan PDRB suatu wilayah tidak

Analisis Input-Output Prof. Wassily Leontief (1930) Harvard University PDB dan PDRB suatu wilayah tidak memperlihatkan interaksi (keterkaitan) antar sektor. Sedangkan para ekonom dan perencana ingin selalu menjaga keseimbangan ekonomi makro, sehingga perlu memahami pentingnya tabel input-output analisis. (I-O)

Kelompok Sektor dan Sektor Usaha Pada PDRB Uraian Kelompok Sektor usaha 1. Primer Pertanian,

Kelompok Sektor dan Sektor Usaha Pada PDRB Uraian Kelompok Sektor usaha 1. Primer Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air bersih PDRB Sekunder 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Lestoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi Tersier 8. Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa

Model I-O mencakup struktur ekonomi : suatu negara, daerah, metropolitan maupun antar daerah. Manfaat

Model I-O mencakup struktur ekonomi : suatu negara, daerah, metropolitan maupun antar daerah. Manfaat I-O : 1. Memberikan gambaran lengkap mengenai aliran barang, jasa dan input antar sektor. 2. Dapat digunakan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan situasi atau kebijakan ekonomi. 3. Utk menganalisis ketergantungan antar industri /sektor dalam suatu perekonomian.

Analisis Tabel I-O disebut juga sebagai analisis keterkaitan antar industri. Dalam Kerangka model I-O

Analisis Tabel I-O disebut juga sebagai analisis keterkaitan antar industri. Dalam Kerangka model I-O Produksi suatu sektor mempunyai dua dampak ekonomi terhadap sektor lain dlm perekonomian. Kaitan Kebelakang (KKB/backward linkage) KENAIKAN PERMINTAAN ------ Bila sektor Y meningkatkan Outputnya. Berarti tambahan jumlah produk Y yg tersedia digunakan sebagai input sektor lain. Dengan kata lain terjadi kenaikan suplai dari sektor lain yg menggunakan produk Y Keterkaitan model sisi penawaran disebut kaitan kedepan (KKD atau forward linkage) karena menunjukan derajat pemancaran penggunaaan hasi produksi suatu sektor sebagai input bagi sektor lain.

Dari I-O terlihat berapa output suatu sektor, berapa bagian output yg dijual kesektor lain

Dari I-O terlihat berapa output suatu sektor, berapa bagian output yg dijual kesektor lain sebagai bahan mentah, dan berapa yg lagsung habis dikonsumsi pengguna akhir. Jalinan Keterkaitan Industri Kendaraan Besi dan baja batu kapur, abu soda, serbuk pemutih Sauda Kaustik, magnesium karbonat, benzol Industri chassis Industri kaca Industri karet Industri Kendaraan

Gambar : Kaitan ke Depan dan ke Belakang Membeli dari KKB x Menjual ke

Gambar : Kaitan ke Depan dan ke Belakang Membeli dari KKB x Menjual ke KKD x SEKTOR X Memebeli dari KKD x SEKTOR Y SEKTOR Z Membeli dari KKB Y KKB Z KKD z Menjual ke

Tabel Transaksi Suatu Perekonomian, 2000 Sektor P Pt Ma J Sub. Total C I

Tabel Transaksi Suatu Perekonomian, 2000 Sektor P Pt Ma J Sub. Total C I G E Total Output Input (P) (Pt) (Ma) (J) Sub Tot Transaksi Antara 5 Permintaan Akhir 19 16 4 10 10 112 74 1395 689 1 1 622 1026 118 79 2046 1741 40 24 2270 1650 3984 Input Primer (nilai tambah) 46 1116 3036 96 22 1392 630 3 14 1083 23 4 22 1553 286 119 5659 6960 4198 2140 1100 1602 13024 Input Primer terhadap permintaan akhir Upah Surplus U Pajak Impor 120 10 81 35 52 2 27 14 999 58 866 1466 3161 101 1560 488 4332 171 2534 2003 Total Input 286 119 5659 6960 13024 469 3 5 987 15 152 7 4332 648 2534 3164 5654 2158 1257 1609 23702 P= Pertanian ; Pt = Pertambangan ; Ma = Manufktur ; J = Jasa ; C = Konsumsi rumah tangga ; l = Pembentukan modal tetap ; G = Konsumsi pemerintah ; E = Ekspor ; Surplus U = Surplus Usaha ; Pajak tak langsung.

Tabel Transakasi I-O terbagi 4 Kuadran Pertama (I) Kuadran Transaksai Antara (intermediate quadrant) Jantungnya

Tabel Transakasi I-O terbagi 4 Kuadran Pertama (I) Kuadran Transaksai Antara (intermediate quadrant) Jantungnya dari O-I Saling ketergantungan antar industri dalam perekonomian, sebagai sumber input ataupun pasar bagi outputnya. Ketergantungan Ekonomi amat penting untuk mengukur dampak perubahan output dari satu sektor terhadap tingkat output, penghasilan dan kesempatan kerja. Kuadran Ke dua (II) Kuadran Permintaan akhir (Final demand quadrant) Secara eksogen ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi diluar perekonomian. Kuadran ini mencatat masing-masing sektor yg lansung digunakan oleh pengguna akhir. Misal ekspor dipengaruhi oleh sutu negara/daerah, pengeluaran pemerintah ditentukan oleh kebijakan fiskal. Kuadaran Ke Tiga (III) Kuadran Input Primer (Primary Input Quadrant) Menunjukan penggunaan input primer suatu daerah/negara. Kuadran ini mencatat input yg masuk kedalam sektor antara yg berasal dari luar sistem produksi dlm arti tidak dibeli dari perusahaan dlm perekonomin lokal (domestik). Tingkat aktifitas input primer cenderung diperlakukan secara endogen, yakni melalui kuadaran antara pd tingkat permintan akhir. Kuadran Ke Empat (IV) Input Primer terhadap permntaan akhir( Primary inputs to final demand) Merupakan transaksi yang tidak secara langsung berkaitan dengan sistem produksi regional

Input-Output dapat melihat leading sector (sektor Kunci) dlm pembangunan daerah. Suatu sektor dapat diditeksi

Input-Output dapat melihat leading sector (sektor Kunci) dlm pembangunan daerah. Suatu sektor dapat diditeksi sebagai sektor kunci jika : 1. Mempunyai kaiatan kebelakang dan kedepan relatif tinggi. 2. Menghasilkan ouput bruto relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yg relatif tinggi pula. 3. Mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi. 4. Mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi. (Arief, 1993)

Keterbatasan Analisis I-O : 1. Tidak mampu mengambarkan aliran antar sektor dilihat dari teori

Keterbatasan Analisis I-O : 1. Tidak mampu mengambarkan aliran antar sektor dilihat dari teori ekonomi produksi yg baku. I-O hanya memiliki dua elemen pokok yg saling berhubungan erat yaitu kosep produktif dan karakteristik struktur input untuk masing-masing sektor. Sehingga setiap produks hanya berasal dari satu sektor sehingga diasumsikan satu cara. Ini berarti tidak diperhitungkan masalah pilihan teknologi. 2. Mengabaikan masalah external economies dan diseconomies dari suatu proses produksi. Kenaikan penggunaaan input berbanding secara proposional dengan kenaikan output. 3. Non Substitution theorem, yaitu dengan koefisien produksi yg tetap tdk ada substitusi antar input dlm produksi komoditi tertentu. 4. Model I-O merupakan model statik dengan penggunaan utamanya dlm jangka pendek yg berarti constan return to scale.

Klasifikasi Agroindustri Menurut Subsektor Dalam I-O No Klasifikasi Kode I-O Sektor/Komoditi 1 Tanaman Pangan

Klasifikasi Agroindustri Menurut Subsektor Dalam I-O No Klasifikasi Kode I-O Sektor/Komoditi 1 Tanaman Pangan 01 02 03 04 05 06 Padi Beras tumbuk Jagung Tanaman Umbi-umbin dan pati Sayuran-sayuran dan buah-buahan Tanaman Bahan makanan lainya. 2 Tanaman Perkebunan 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 Karet Tebu dan Gula merah Kelapa Minyak kelapa rakyat dan sawi Tembakau Kopi The Cengkeh Pala dan Lada Tanaman Perkebunan lainya Tanaman Lainya 3 Peternakan 18 19 20 Peternakan Pemotongan hewan Unggas dan hasil-hasilnya.

4 Kehutanan 21 22 Kayu Hasil hutan lainya 5 Perikanan 23 Perikanan 6 Industri

4 Kehutanan 21 22 Kayu Hasil hutan lainya 5 Perikanan 23 Perikanan 6 Industri pengolah hasil pertanian 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 42 Industri pengolahan &pengawetan Industri minyak& lemak Ind. Penggilingan padi-padian Ind. Tepung segala jenis Ind. Gula Ind. Makanan Lainya Ind. minuman Ind. Rokok Ind. Pemintalan Ind. Tekstil, pakaian dan kulit Ind. Kayu, Bambu dan Rotan Ind. Kertas & Karton. Ind. karet dan Plastik 7 Industri penyedia input pertanian 39 47 Ind. Pupuk dan Pestisida Ind. Barang dan logam.

ANALISIS STRUKTUR AGROINDUSTRI KAITAN KE BELAKANG Tinggi K T A i I n T

ANALISIS STRUKTUR AGROINDUSTRI KAITAN KE BELAKANG Tinggi K T A i I n T g A g N i K E D E R P e A n N d a h Rendah 7. Karet 35. Ind. Pintal 37. Ind. Rotan kayu 38. Ind. Kertas 39. Ind. Pupuk 42. Ind. Barang Karet 47. Ind. Barang Logam 1. Padi 6. Tan. Makanan lainya 8. Tebu 9. Kelapa 11. Tembakau 14. Cengkeh 17. Tanaman Lainya 18 Ternak 22. Hasil Hutan 2. Kacang 19 Pemotogan Hewan 27. Ind Pengalengan 28. Ind. Minyak 29. Ind. Rice mill 30. Ind. Tepung 31. Ind. Gula 32. Ind. Makanan lainya 33. Ind. Minuman 34. Ind. Rokok 36. Ind. Tektil 3. Jagung 4. Umbi 5. Sayuran 10. Sawit 12. Kopi 13. The 15. Serat 16. Tanaman Kebun lainya 20. Unggas 21. Kayu 23. Periklanan

1. Industri yg memiliki kaitan ke depan dan kebelakang tinggi, pada peningkatan investasi pada

1. Industri yg memiliki kaitan ke depan dan kebelakang tinggi, pada peningkatan investasi pada sektor ini akan berdampak luas tidak hanya sektor input juga outputnya. Output di sektor ini akan berdampak kaitannya degan sektor lainya yang lebih hilir. 2. Industri kaitan ke depan tinggi namun kebelakang rendah. Pada sektor ini pada umumnya sektor primer yang masih perlu lebih lanjut diolah sektor industri manufaktur, khususnya industri pengolahan hasil pertanian. Dengan demikian subsub sektor ini sangat peka terhadap perubahan sektor lainya, sebagai akibat perubahan permintaan akhir terhadap masing-masing subsektor Sementara perubahan permintaaan akhir terhadap subsektor ini tidak banyak berdampak terhadap subsektor lainya, karena kaitan kebelakang rendah. 3. Industri yang memiliki kaitan kebelakang tinggi namun kaitan ke depannya rendah. Kaitan ke depan rendah pada industri ini mengingat industri-industri tersebut terletak pada sektor hilir dalam proses input-output. Kaitan ke belakang tinggi inilah alasan utama industri pengolahan hasil pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan pertanian dan pertumbuhan ekonomi pedesaan. Investasi di sektor ini akan menumbuhkan subsektor hulu khususnya Pertanian. 4. Industri yang memiliki kaitan kedepan dan kebelang rendah. Industri-Industri ini tidak peka terhadap perubahan sub sektor lainya, namun juga tidak dapat diandalkan untuk menumbuhkan subsektor lainya, bila ditingkatkan investasinya di Industri ini.

Ragam Industri : 1. Industri Primer 2. Indutri Sekunder --- (Pertambangan dan penggalian, serta

Ragam Industri : 1. Industri Primer 2. Indutri Sekunder --- (Pertambangan dan penggalian, serta bahan setengah jadi) 3. Indutri tertier --- Perdagangan dan Jasa 4. Industri Quarternary----- berlandaskan informasi.

Teori Basis Ekonomi • Teori multiplier Regional – saling hubungan antar sektor dan perambatan

Teori Basis Ekonomi • Teori multiplier Regional – saling hubungan antar sektor dan perambatan kekuatan-kekuatan pendorong dari satu sektor kesemua sektor lainya. Teori basis ekonomi dapat menjelaskan perubahan regional dan memprediksi implikasi dari keputusan-keputusan ekonomi.

Konsep Basis Ekonomi • A. Kegitan Basis/basic activities adalah kegitan yang mengeksport barang dan

Konsep Basis Ekonomi • A. Kegitan Basis/basic activities adalah kegitan yang mengeksport barang dan jasa ke tempat diluar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

 • B. Kegiatan Bukan basis (non basic activities) adalah kegiatan yang menyediakan barang

• B. Kegiatan Bukan basis (non basic activities) adalah kegiatan yang menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bertempat tinggal didalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. • Implikasi keduanya menyebabkan hubungan sebab-akibat yang membentuk teori basis.

Multiplier basis ekonomi = Jumlah TK dlm kegiatan basis dan bukan basis : Jumlah

Multiplier basis ekonomi = Jumlah TK dlm kegiatan basis dan bukan basis : Jumlah TK dlm kegiatan basis K = Basis + Non Basis Keterbatasan Teori Basis; 1. Employment sebagai satuan ukuran pada kenyataaanya ada dua industri basis yang membayar tingkat upah yang sangat berbeda, sehingga dpt menyebabkan efekmultiplier yang berbeda. 2. Sulit menentukan kegiatan basis dan non basis, pada kenyataaanya ada industri basis, non basis dan industri campuran. Penentu multiplier : a. tabungan K = Injeksi permulaaan Jumlah kebocoran b. pajak c. Import

1. Bila sektor pertanian di kabupaten merupakan sektor basis, sedangkan sektor industri termasuk sektor

1. Bila sektor pertanian di kabupaten merupakan sektor basis, sedangkan sektor industri termasuk sektor non basis denganperbandingan 2 : 3 , pertanyaaanya ; a. Berapa multiplier basenya? b. Bila sektor pertanian di kab tsb. Mampu menyerap 120. 000 tenaga kerja. Berapa jumlah tenaga kerja yang dapat diserap seluruhnya. 2. Bila terhadap suatu wilayah terdapat suntukan (injection) investasi sebesat $ 500. 000, tetapi dalam kenyataanya terdapat kebocoran/leankage karena ditabungkan sebesar $ 80. 000, dibayarkan untuk pajak sebesar $ 20. 000 dan digunkan untuk membayar input yang diimpor sebesar $ 150. 000, berapa multiplier perdagangan inter –regional untuk wilayah tersebut?

LOCATION QUATION (LQ) Ad. - Cara untuk mengetahui suatu daerah dlm sektor kegiatan tertentu.

LOCATION QUATION (LQ) Ad. - Cara untuk mengetahui suatu daerah dlm sektor kegiatan tertentu. - untuk mengukur konsentrasi pd suatu kegiatan industri disuatu daerah dg jalan membandingkan peranannya dlm perekonomian daerah tsb, dengan peranan industri yang sama dlm perekonomian yg lebih luas. LQ Si S Ni N = Si/ Ni = Si/S S/N Ni/N = Jml buruh di daerah yg diselidiki = jumlah buruh seluruh industri = jml industri diseluruh negara/ daerah yg lebih luas, dimana daerah yg diselidiki menjadi bagiannnya. = jml seluruh buruh diseluruh Kept. LQ > 1 ---- Sub. Daerah tsb potensi ekspor (basis) LQ = 1 ----- Swasembada LQ < 1 ----- Kecenderungan impor ( non basis)

Koefisien Lokalisasi untuk mengidentifikasikan apakah suatu industri terkonsentrasi atau tersebar disuatu wilayah. a= Si

Koefisien Lokalisasi untuk mengidentifikasikan apakah suatu industri terkonsentrasi atau tersebar disuatu wilayah. a= Si /Ni x 100% - S/N x 100% Si/ Ni = jumlahkan yg bernilai positif. a= 1 terkonsentrasi a < 1 tersebar Koefisien Spesialisasi untuk mengidentifikasikan apakah suatu daerah terdapat spesialisasi kegiatan industrii tertentu. . = Si /S x 100% - S/N x 100% Si/ S = jumlahkan yg bernilai positif. = 1 Terdapat spesialisasi < 1 tdk terdapat spesialisasi

TIPOLOGI KLASSEN Besaran PDRBklassen Rasio PDRB Pertanian Per Kapita kecamatan Tabel tipologi Pertanian Pertumbuhan

TIPOLOGI KLASSEN Besaran PDRBklassen Rasio PDRB Pertanian Per Kapita kecamatan Tabel tipologi Pertanian Pertumbuhan PDRB Pertanian Tinggi (>1) Rendah (<1) Rasio Pertumbuhan PDRB Pertanian Kecamatan Terhadap Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tinggi (>1) Wilayah Maju Wilayah Berkembang Rendah (<1) Wilayah Lamban Wilayah Kurang berkembang

Wilayah Maju : Di kota-kota besar dimana terdapat batas pertumbuhan atau polarisasi dalam menghadapi

Wilayah Maju : Di kota-kota besar dimana terdapat batas pertumbuhan atau polarisasi dalam menghadapi diseconomic of scale Wilayah Berkembang: Dicirikan dengan lampiran pola distribusi pendapatan dan kesempatan kerja, dimana masih terdapat pengangguran dan kelompok masyarakat miskin. Wilayah Lamban : dicirikan dengan industri modern tidak pernah dapat berkembang dalam berbagai skala. Umumnya ditandai dg daerah pertanian, yg subsstem penduduk jarang dan tersebar tdk terdapat kota atau konsentrasi pemukiman. Wilayah kurang berkembang : Wilayah yang tingkat pertumbuhannya juh dibawah tingkat pertumbuhan nasional dan tdk ada tanda untuk mengejar pertumbuhan nasional.

Wilayah Maju : Daerah kecamatan dg rata-rata pertumbuhan PDRB pertanian perkapita dan rata-rata PDRB

Wilayah Maju : Daerah kecamatan dg rata-rata pertumbuhan PDRB pertanian perkapita dan rata-rata PDRB pertanian perkapita lebih tinggi atau sama dengan rata-rata kabupaten. Wilayah Berkembang : Daerah kecamatan dg rata-rata pertumbuhan PDRB pertanian perkapita dan rata-rata PDRB pertanian perkapita lebih rendah dari rata-rata kabupaten. Wilayah Lamban : Meliputi daerah-daerah kecamatan dengan rata-rata pertumbuhan PDRB Pertanian perkapita lebih rendah dari rata-rata kabupaten , tetapi rata-rata PDRB pertanian pertnian perkapita lebih tinggi dari rata-rata kabupaten Wilayah kurang berkembang : Daerah kecamatan dg rata-rata pertumbuhan PDRB pertanian perkapita dan rata-rata PDRB pertanian perkapita lebih rendah kabupaten.

REGIONAL IN EQUALITY Faktor-faktor penyebab : 1. Migrasi Penduduk 2. Investasi terpusat 3. Kebijakan

REGIONAL IN EQUALITY Faktor-faktor penyebab : 1. Migrasi Penduduk 2. Investasi terpusat 3. Kebijakan Pemerintah terkonsentrasi 4. Tidak ada kaitan (linkage) spread effect dan income multiplier tak terjadi. Penanggulangan : 1. Mendirikan dan membangun investasi, sarana dan prasarana perdagangan, komunikasi. 2. Subsidi barang dan jasa RE nilainya membesar pada daerah terjadi perkembangan.

PERENCANAAN Adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

PERENCANAAN Adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. PERLUNYA PERENCANAAN WILAYAH ; 1. Banyak potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin diperbanyak/diperbaharui. 2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia. 3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi sering tidak dpt diubah/diperbaiki kembali. 4. Kebutuhan lahan terbatas, padahal setiap manusia butuh akan lahan. Dan keterbatasan barang publik. 5. Potensi wilayah harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Amanah UUD.

MANFAAT PERENCANAAN WILAYAH 1. Mampu menggambarkan proyeksi kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan diwilayah tersebut

MANFAAT PERENCANAAN WILAYAH 1. Mampu menggambarkan proyeksi kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan diwilayah tersebut pada masa mendatang. 2. Dpt membantu dan memandu pelaku kegiatan ekonomi untuk memilih kegiatan apa yang dilaksanakan dikembangkan pada masa datang sesuai dengan yang diizinkan. 3. Acuan bagi pemerintah dlam pengendalian dan pengawasan pertumbuhan kegiatan ekonomi dan arah penggunaan lahan. 4. Sebagai landasan bagi perencaan lainya. 5. Lokasi itu sendiri, dapat memberikan nilai tambah, manfaat optimal dari lokasi tsb. Unsur Ruang : 1. Jarak 2. Lokasi 3. Bentuk 4. Ukuran Wilayah : Sebutan permukaan bumi yang berkaitan dg pengertian kesatuan geografis. mis wilayah aliran sungai, wilayah hutan. Daerah : Sebutan permukaan bumi dalam batas kewenangan pemda dg batas administratif. Daerah kota, Kabupaten, propinsi. Kawasan : Sebutan utk wilayah dlm batas yg ditetapkan berdasarkan fungsi tertentu. Mis Kawasan industri, perumahan, perdagangan.

Konsep Daerah : 1. Daerah dilihat dari pandangan subjektif q Daerah sbg alat yg

Konsep Daerah : 1. Daerah dilihat dari pandangan subjektif q Daerah sbg alat yg deskriptif yg didefinisikan menurut kritria tertentu untuk tujuan tertentu. q Daerah adalah suatu metode klasifikasi untuk memisah-misahkan areal. 2. Daerah dilihat dari pandangan Objektif Daerah sbg tujuan tertentu suatu kebulatan riil, suatu orgnisme yg dpt didefinisikan, diidentifikasikan ditetapkan. Secara objektif terdiri dari 2 pendekatan : q Pendekatan analitik : membagi dunia menjadi daerah 2 alamiah berdasarkan kriteria ttt : konfigurasi tanah, iklim, vegeasi, kepadatan penduduk, tetapi iklim sbg komponen yang dominan. q Pendekatan sintetik : Menyusun suatu rangkaian daerah berdasarkan rangkaian faktor fisik dari pusat ke daerah, yang dilandasi dg determinisme geografis dan faktor-faktor fisik yg menentukan lingkungan manusia.

Ada 4 Jenis Wilayah : 1. Wilayah Homogen : wilayah yg memiliki sifat-sifat atau

Ada 4 Jenis Wilayah : 1. Wilayah Homogen : wilayah yg memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri relatif sama, tingkat pendapatan, geografi (topografi, iklim) 2. Wilayah Nodal : Wilayah yg secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat dg daerah belakangnya (hinterland) Ketergantungan dilihat dari : arus penduduk, faktor produksi, arus barang, komuniksi pelayan dan transpotasi. 3. Wilayah Administratif : Wilayah dg batas-batas berdasarkan kepentingan administratif pemerintah. 4. Wilayah Perencanaan : Wilayah yg memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.