ALGORITME PEMROGRAMAN Abdul Kudus SSi MSi Ph D
ALGORITME & PEMROGRAMAN Abdul Kudus, SSi. , MSi. , Ph. D. Senin, 6. 30 – 9. 00 Rabu, 12. 00 – 14. 00
Menghindari Reduksi Dimensi yg Tidak Diinginkan >z [, 1] [, 2] [1, ] 1 5 [2, ] 2 6 [3, ] 3 7 [4, ] 4 8 > r <- z[2, ] >r [1] 2 6 z adalah matriks r adalah vektor (terjadi reduksi dimensi) bukti bhw r adalah vektor Hal ini harus diperhatikan dlm pemrograman > attributes(z) $dim [1] 4 2 > attributes(r) NULL > str(z) int [1: 4, 1: 2] 1 2 3 4 5 6 7 8 > str(r) int [1: 2] 2 6
Agar tidak terjadi reduksi dimensi, gunakan argumen ‘drop’ > r <- z[2, , drop=FALSE] >r [, 1] [, 2] [1, ] 2 6 > dim(r) [1] 1 2 r tetap mrp matriks Vektor bisa dijadikan matriks dengan perintah as. matrix >u [1] 1 2 3 > v <- as. matrix(u) > attributes(u) NULL > attributes(v) $dim [1] 3 1
Memberi Nama kepada Baris dan Kolom Matriks >z [, 1] [, 2] [1, ] 1 3 [2, ] 2 4 > colnames(z) NULL > colnames(z) <- c("a", "b") >z ab [1, ] 1 3 [2, ] 2 4 > colnames(z) [1] "a" "b" > z[, "a"] [1] 1 2 memberi nama kolom merujuk suatu kolom
Array Berdimensi Tinggi Dalam kontek statistika, baris-baris dari matriks adalah pengamatan, misal orang, dan kolom-kolom adalah variabel, seperti berat badan tekanan darah. Maka matriks berupa struktur data berdimensi dua. Misalkan kita mengukur variabel-variabel tsb pada waktu yg berbeda, sehingga setiap angka data kita adalah utk tiap orang tiap variabel tiap waktu. Oleh karena itu waktu menjadi dimensi ketiga. Data tsb dalam R disebut array.
> firsttest [, 1] [, 2] [1, ] 46 30 [2, ] 21 25 [3, ] 50 50 > secondtest [, 1] [, 2] [1, ] 46 43 [2, ] 41 35 [3, ] 50 50 > tests[3, 2, 1] [1] 48 > tests , , 1 [, 1] [, 2] [1, ] 46 30 [2, ] 21 25 [3, ] 50 48 , , 2 [, 1] [, 2] [1, ] 46 43 [2, ] 41 35 [3, ] 50 49 Seperti halnya kita membuat array berdimensi 3 dgn menggabungkan dua matriks, maka kita juga bisa buat array berdimensi 4 dgn menggabungkan dua atau lebih array berdimensi 3. > tests <- array(data=c(firsttest, secondtest), dim=c(3, 2, 2)) > attributes(tests) $dim [1] 3 2 2
Struktur Data LIST Berbeda dengan vektor (dan matriks) dimana semua unsurnya harus mempunyai jenis yang sama (angka saja atau abyad saja), list dapat menggabungkan obyek-obyek yang berbeda jenis. Membuat list Misalkan database pegawai Unisba, dimana tiap pegawai mempunyai data: -Nama -Gaji -Status (TRUE = Dosen, FALSE = Karyawan) Maka bagi seorang pegawai yang bernama Abu kita bisa buat datanya yang mempunyai struktur list > data. pegawai <- list(name="Abu", gaji=300000, status=FALSE) Disebut tag. Sifatnya opsional
Alternatifnya kita bisa buat seperti ini > data. pegawai 2 <- list("Abu", 300000, FALSE) > data. pegawai $name [1] "Abu" > data. pegawai 2 [[1]] [1] "Abu" $gaji [1] 3 e+05 [[2]] [1] 3 e+05 $status [1] FALSE [[3]] [1] FALSE
Meng-indeks (subskrip) list > data. pegawai$gaji [1] 3 e+05 > data. pegawai[["gaji"]] [1] 3 e+05 > data. pegawai[[2]] [1] 3 e+05 Jadi ada 3 cara utk mengakses komponen d dari sebuah list yang bernama daftar, yaitu? Perbedaan mengakses dgn kurung dobel dan kurung tunggal?
Menambah dan menghapus unsur list > z <- list(a="abc", b=12) >z $a [1] "abc" $b [1] 12 > z$c <- "berlayar" # tambah komponen c > # apakah c sudah ditambahkan? >z $a [1] "abc" $b [1] 12 $c [1] "berlayar"
Kita bisa menghapus komponen dari list dengan membuatnya menjadi NULL > z$b <- NULL >z $a [1] "abc" $c [1] "berlayar"
Contoh: Cari kata dari teks carikata <- function(file) { # baca kata-kata dr file ke dlm vektor abyad txt <- scan(file, "") dk <- list() for (i in 1: length(txt)) { kata <- txt[i] # kata ke-i dr file input dk[[kata]] <- c(dk[[kata]], i) } return(dk) } > carikata("c: /batuta. txt")
- Slides: 12