Akuntansi Untuk Persediaan Penilaian berdasarkan Metode Harga Pokok
Akuntansi Untuk Persediaan (Penilaian berdasarkan Metode Harga Pokok) Akuntansi Keuangan Menengah 1 Dosen : Nadya Chaerunnisa, SE. , MM.
Persediaan/ Inventory adalah semua barang yang dimiliki Perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi (diolah dalam proses produksi) dalam satu siklus operasi normal perusahaan. KLASIFIKASI PERSEDIAAN Ø Pada perusahaan dagang, barang yang menjadi objek pokok dalam persediaan adalah barang-barang yang diadakan (dibeli) untuk dijual kembali, atau biasa disebut Persediaan Barang Dagangan (merchandise inventory) Ø Pada perusahaan industri (manufacture), dimana aktivitas utama perusahaan adalah meningkatkan nilai guna suatu barang melalui proses produksi – proses untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi, terdapat 3 macam barang yang menjadi objek pokok aktivitas perusahaan : a) Persediaan bahan baku (raw materials inventory) b) Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) c) Persediaan barang jadi (finished good inventory) Ø Pada perusahaan jasa, tidak dapat persediaan, segala sesuatu yang digunakan dalam memberikan layanan jasa tidak dapat diklasifikasikan sebagai persediaan, melainkan sebagai pelengkap kerja (supplies), kecuali perusahaan jasa tersebut juga melakukan aktivitas perdagangan. 2
PENGENDALIAN PERSEDIAAN Dari sudut pandang manajemen, persediaan merupakan aktiva yang penting. Investasi dalam persediaan kemungkinan merupakan bagian aktiva lancar yang paling besar khususnya dalam perusahaan manufaktur & perusahaan retail. Persediaan lebih sensitif dibandingkan dengan aktiva lainnya. Pada periode tingkat penjualan tinggi, persediaan berkurang secara cepat sehingga kuantitas barang yang ada dalam perusahaan jumlahnya relatif sedikit. Akan tetapi jika terjadi penurunan perputaran usaha perusahaan , maka menyebabkan persediaan barang menumpuk dalam gudang, dan kemungkinan dapat menyebabkan persediaan barang menjadi ketinggalam zaman. Alasan ini menyebabkan manajemen berkepentingan untuk merencanakan dan mengendalikan persediaan barang yang dimilikinya. Salah satu alat pengendalian persediaan yang penting adalah SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN. Hal ini dimaksudkan agar catatan akuntansi persediaan menjadi akurat dan dapat memberikan informasi yang mutakhir untuk kepentingan manajemen. Ada 2 sistem untuk menentukan kuantitas persediaan : 1. Sistem periodik / sistem fisik (periodic inventory system) 2. Sistem perpetual (perpetual inventory system) 3
SISTEM PERIODIK/ SISTEM FISIK Ditentukan dengan melakukan penghitungan fisik terhadap persediaan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi (pergerakan) persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. SISTEM PERPETUAL Kuantitas persediaan dapat diketahui dari catatan akuntansi persediaan. Pencatatan terhadap mutasi (pergerakan) persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan. Penghitungan fisik dilaksanakan hanya untuk menguji ketelitian kuantitas persediaan yang disajikan dalam catatan. Jika terjadi perbedaan antara hasil penghitungan fisik persediaan dengan hasil menurut catatan, maka diperlukan penyesuaian agar jumlah persediaan menurut catatan sama dengan persediaan yang sesungguhnya. Sistem perpetual digunakan dengan tujuan mengamankan persediaan & mempermudah penyusunan laporan keuangan. 4
Perbedaan Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Metode Periodik Metode Perpetual Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian & biaya angkut pembelian. Tidak terdapat hal disamping. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian, & biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing. Hal disamping dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagangan. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP dihitung pada akhir periode secara agregat. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan HPP. Lebih sesuai digunakan pada Perusahaan eceran/ retail yang mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan & sulit untuk ditentukan HPP setiap terjadinya penjualan. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagangkan & mudah untuk menentukan besarnya HPP setiap terjadi penjualan secara tepat. 5
Persediaan awal barang dagangan Pembelian barang dagangan Penjualan Persediaan akhir barang dagangan 100 unit 1. 000 unit 500 unit 600 unit @Rp 5 @Rp 10 @Rp 5 =Rp 500 =Rp 5. 000 =Rp 3. 000 Jurnal yang harus disiapkan berdasarkan 2 sistem : Metode Periodik Metode Perpetual Mencatat transaksi pembelian persediaan barang Pembelian 5. 000 Hutang Dagang 5. 000 Mencatat transaksi penjualan Piutang Dagang Penjualan 5. 000 Mencatat HPP - Tidak ada jurnal - Penyesuaian/ Jurnal Penutup HPP 500 Persediaan barang dagangan awal (mencatat HPP) Mencatat transaksi penjualan Persediaan barang dagangan Hutang dagang 5. 000 Piutang Dagang Penjualan 5. 000 HPP Persediaan barang dagangan 2. 500 5. 000 2. 500 - Tidak ada jurnal 500 Persediaan barang dagangan akhir 3. 000 HPP 3. 000 (mencatat persediaan barang akhir) HPP Pembelian (menutup rekening pembelian) 6. 000 (Sistem Perpetual) Jika ada perbedaan antara jumlah persediaan dengan penghitungan fisik, misal catatan saldo persediaan Rp 10. 000, tetapi penghitungan fisiknya Rp 9. 500. maka pencatatan yang diperlukan : Selisih lebih persediaan Persediaan barang dagangan 500 6
3 Masalah Mendasar Dalam Penilaian Persediaan Barang Dagangan 1. Penentuan Fisik Persediaan a. Barang dalam perjalanan (goods in transit) ialah proses perpindahan barang dari gudang penjual ke gudang pembeli. Ø Free On Board (FOB) Shipping Point Apabila menggunakan syarat pengiriman ini, maka : - Hak kepemilikan barang berpindah kepada pihak pembeli pada saat barang-barang tersebut diserahkan kepada perusahaan pengangkutan yang ditunjuk (loco / kurir gudang penjual). - Segala biaya dan risiko kerugian yang mungkin timbul sampai barang diserahkan kepada perusahaan pengangkutan (kurir) merupakan tanggungan pihak penjual, sedangkan biaya & risiko kerugian yang timbul sejak barang-barang diterima oleh perusahaan pengangkutan (kurir) hingga barang-barang dikirimkan pada tempat yang telah ditetapkan menjadi tanggungan pihak pembeli. Ø Free On Board (FOB) Destination Apabila menggunakan syarat pengiriman ini, maka : -Hak kepemilikan barang berpindah kepada pihak pembeli pada saat barang-barang tersebut diterima oleh pihak pembeli - Segala biaya & risiko kerugian yang terjadi hingga barang sampai ditempat yang ditetapkan oleh pihak pembeli menjadi tanggungan pihak penjual. 7
b. Barang Konsinyasi (consignment goods) ialah barang dagangan yang dititipkan kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan harga tertentu. Hak kepemilikan tetap berada pihak yang menitipkan barang (consignor), sehingga apabila sampai dengan tanggal penyusunan laporan keuangan masih terdapat barang-barang konsinyasi, maka barang-barang tersebut dilaporkan sebagai bagian persediaan pihak yang menitipkan. Pihak yang menerima titipan (consignee) tersebut tidak mempunyai hak atas barang titipan tersebut. c. Perjanjian Penjualan Khusus (special sale agreements) Kemungkinan terjadi hak kepemilikan telah berpindah kepada pembeli, tetap substansi ekonomik dari transaksi tetap berada di pihak penjual. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan masalah ini, yaitu : perjanjian menjual & membeli kembali, penjualan dengan tingkat return tinggi, penjualan angsuran. 2. Penentuan Cost Persediaan a. Cost Produk ialah jumlah pengorbanan sumber ekonomik yang bertujuan untuk memperoleh persediaan tertentu sampai dengan siap dijual. Jumlah ini merupakan bagian pokok dari total nilai persediaan. b. Cost Periode ialah biaya penjualan, biaya administrasi & umum, tidak dipertimbangkan secara langsung terhadap perolehan atau produksi barang. Oleh karena itu, tidak perlu dipertimbangkan sebagai bagian nilai persediaan. 8
c. Cost Produksi Persediaan dalam perusahaan pabrikasi meliputi seluruh biaya dari persediaan bahan, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. d. Variable Costing & Absorption Costing Ada 2 konsep yang dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan : - Penentuan cost produk variabel (variable costing/ direct costing) : semua cost harus diklasifikasikan sebagai variabel atau tetap. Variabel cost adalah semua cost yang berfluktuasi secara langsung dan proporsional dengan perubahan pengeluaran, misalnya semua pengeluaran yang dimasukkan ke dalam cost produk (produk dalam proses & produk barang jadi) yaitu bahan baku, cost tenaga kerja langsung, & cost overhead pabrik variabel. Sedangkan cost overhead pabrik tetap seperti pajak kekayaan, asuransi, depresiasi gedung, dan gaji supervisor diklasifikasikan sebagai cost periode. Pendekatan cost variabel digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. - Penentuan cost produk penuh (absorption costing/ full costing) : semua cost produksi, baik variabel maupun tetap, langsung maupun tidak langsung, yang terjadi dalam pabrikasi termasuk dalam cost persediaan. Pendekatan full costing ini digunakan sebagai dasar penilaian persediaan untuk laporan keuangan. e. Potongan Pembelian Dalam praktek, potongan pembelian diperlakukan sebagai pendapatan keuangan atau pengurang pembelian. 9
3. Asumsi Aliran Cost (cost flow asumption) Penentuan cost persediaan dengan metode ini dilakukan apabila perusahaan memiliki persediaan yang banyak dan diperoleh dari beberapa kali pembelian dengan harga yang berbeda, penentuan cost persediaan menjadi rumit, karena harus diidentifikasi harga yang membentuk cost persediaan. Pemilihan asumsi aliran cost tidak harus sama dengan aliran fisik barang yang sesungguhnya. Ada 4 metode aliran cost yang digunakan, yaitu : - Metode Identifikasi Khusus - Metode FIFO - Metode LIFO - Metode Rata-Rata METODE IDENTIFIKASI KHUSUS Penggunaan metode ini mengharuskan dilakukannya penandaan (identifikasi) terhadap setiap barang yang masuk, penandaan ini dilakukan dengan cara memberikan kartu identitas untuk setiap barang yang masuk, dan hal paling penting yang harus ada pada kartu identitas adalah harga pokok dari barang yang bersangkutan per satuan barang. Barang-barang kemudian disimpan dalam gudang berdasarkan kelompok harga perolehannya. Contoh : PT. Gama memiliki persediaan akhir sejumlah 300 unit, berasal dari 200 unit @ Rp 12, dan 100 unit @ Rp 15. Dengan demikian nilai persediaan dihitung sbb : 200 unit @ Rp 12 100 unit @ Rp 15 Nilai persediaan akhir = Rp 2. 400 = Rp 1. 500 + = Rp 3. 900 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
- Slides: 19