AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET LANCAR Current Asset HARIRI

  • Slides: 30
Download presentation
AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET LANCAR (Current Asset) HARIRI, SE. , M. Ak Universitas Islam

AKUNTANSI PAJAK ATAS ASET LANCAR (Current Asset) HARIRI, SE. , M. Ak Universitas Islam Malang 2016

KAS DAN BANK Kas dan bank menunjukkan informasi tentang saldo uang kas dan simpanan

KAS DAN BANK Kas dan bank menunjukkan informasi tentang saldo uang kas dan simpanan di bank yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Kas diartikan sebagai alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dapat pula diterimanya sebagai setoran ke bank. Akun bank menunjukkan saldo perusahaan di bank yang dapat digunakan untuk kepentingan perusahaan.

AKUNTANSI KAS/PENGENDALIAN KAS Bentuk-bentuk prosedur pengendalian kas, antara lain: • Untuk penerimaan uang 1.

AKUNTANSI KAS/PENGENDALIAN KAS Bentuk-bentuk prosedur pengendalian kas, antara lain: • Untuk penerimaan uang 1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank; 2. Diadakan pemisahaan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas; 3. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas; 4. Dibuat laporan kas untuk setiap hari sebagai pertanggungjawaban kas.

 • Untuk pengeluaran kas 1. Pengeluaran uang harus menggunakan cek, kecuali pengeluaran-pengeluaran yang

• Untuk pengeluaran kas 1. Pengeluaran uang harus menggunakan cek, kecuali pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya kecil, yaitu menggunakan kas kecil; 2. Dibentuk kas kecil; 3. Diadakan pemisahan antara pihak yang mengumpulkan bukti pengeluaran, yang menulis cek dan yang menandatangani cek serta yang mencatat pengeluaran kas; 4. Pemeriksaan internal pada jangka waktu yang tidak tentu; 5. Dibuat laporan pengeluaran kas harian sebagai pertanggungjawaban.

Pengelolaan dan sistem pencatatan kas kecil Pengelolaan kas kecil adalah kasir kas kecil yang

Pengelolaan dan sistem pencatatan kas kecil Pengelolaan kas kecil adalah kasir kas kecil yang bertanggungjawab terhadap pembayaran melalui kas kecil. Ada dua metode dalam mengelola kas kecil, yaitu: 1. Metode imprest 2. Metode fluktuasi

 • Metode imprest yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk

• Metode imprest yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Pencatatan pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali. • Metode fluktuasi yaitu saldo uang yang dicatat pada akun kas kecil selalu berubah (tidak tetap). Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat pengeluaran.

Contoh: PT Sukses pada tanggal 1 desember 2015 membentuk dana kas kecil sebesar Rp.

Contoh: PT Sukses pada tanggal 1 desember 2015 membentuk dana kas kecil sebesar Rp. 1. 000 pengeluaran kas kecil sampai dengan tanggal 20 Desember 2015 sebesar Rp. 800. 000 dengan rincian berikut: Tanggal Keterangan Jumlah 5 Des ‘ 15 Beban BBM motor operasional Rp. 450. 000 7 Des ‘ 15 Beban ATK Rp. 100. 000 10 Des ‘ 15 Beban rekening listrik Rp. 200. 000 20 Des ‘ 15 Beban administrasi kantor Rp. 50. 000 Total Rp. 800. 000 Tanggal 25 Desember 2015 memgisi kembali kas kecil.

 • Metode imprest Tanggal 1 25 Akun Kas kecil Bank Beban BBM motor

• Metode imprest Tanggal 1 25 Akun Kas kecil Bank Beban BBM motor opersional Beban ATK Beban rekening listrik Beban administrasi kantor Bank Debit Kredit 1. 000 450. 000 100. 000 200. 000 50. 000 800. 000

 • Metode fluktuasi Tanggal 1 5 7 10 20 25 Akun Kas kecil

• Metode fluktuasi Tanggal 1 5 7 10 20 25 Akun Kas kecil Bank Debit 1. 000 Beban BBM motor operasional Kas kecil 450. 000 Beban ATK Kas kecil 100. 000 Beban rekening listrik Kas kecil 200. 000 Beban administrasi kantor Kas kecil Bank Kredit 450. 000 100. 000 200. 000 50. 000 800. 000

Rekonsiliasi Bank Rekonsiliasi bank sangat bermanfaat untuk mengecek ketelitian pencatatan akun kas dan catatan

Rekonsiliasi Bank Rekonsiliasi bank sangat bermanfaat untuk mengecek ketelitian pencatatan akun kas dan catatan bank serta untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang telah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Yang menimbulkan perbedaan antara saldo menurut catatan kas dengan saldo menurut laporan bank, adalah: • Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat sebagai penerimaan uang tetapi belum dicatat oleh bank • Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. • Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh bank. • Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh bank sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat oleh perusahaan.

Contoh: Laporan rekonsiliasi saldo akhir berikut disusun berdasarkan data yang diperoleh dari catatan PT

Contoh: Laporan rekonsiliasi saldo akhir berikut disusun berdasarkan data yang diperoleh dari catatan PT Andalas pada tanggal 31 Desember 2014: Laporan bank Jasa giro Rp. 10. 600. 000 Biaya bank Rp. 900. 000 Saldo akhir Rp. 793. 900. 000 Perhitungan kas Setoran dalam perjalanan Rp. 216. 000 Uang kas yang belum disetor Rp. 48. 000 Cek yang masih beredar: Nomor 0980 Rp. 70. 000 Nomor 0984 Rp. 95. 000 Nomor 0989 Rp. 145. 000 Diketahui: Kesalahan pencatatan penerimaan sebesar Rp. 121. 400. 000 salah dicatat Rp. 122. 500. 000 dan saldo akhir kas sebesar Rp. 740. 300. 000

PT. Andalas Rekonsliasi Laporan Bank Per 31 Desember 2014 Saldo laporan bank Ditambah: Setoran

PT. Andalas Rekonsliasi Laporan Bank Per 31 Desember 2014 Saldo laporan bank Ditambah: Setoran dlm perjalanan Uang kas belum disetor 793. 900 Saldo kas 740. 300 Ditambah: Jasa giro 216. 000 48. 000 10. 600 750. 900 264. 000 1. 057. 000 Dikurangi: Cek yang masih beredar: No 0980 No 0984 No 0989 Dikurangi: Biaya bank Koreksi penerimaan 70. 000 95. 000 145. 000 1. 900 1. 100 3. 000 310. 000 Saldo bank yang benar 747. 900 Saldo kas yang benar 747. 900

Akuntansi Pajak Perlakuan akuntansi kas dan bank ini tidak diatur tersendiri dalam undang-undang pajak,

Akuntansi Pajak Perlakuan akuntansi kas dan bank ini tidak diatur tersendiri dalam undang-undang pajak, sehingga dalam pengertian kas juga mengikuti ketentuan akuntansi komersial. Yang tidak termasuk kategori kas, yaitu: 1. Deposito 2. Persediaan prangko dan materai 3. Uang muka 4. Cek mundur atau cek kosong

Contoh: Pada tanggal 14 Februari 2014 Tn. Nurdin menerima bunga deposito dari Bank Mandiri

Contoh: Pada tanggal 14 Februari 2014 Tn. Nurdin menerima bunga deposito dari Bank Mandiri sebesar Rp. 8. 000 dengan tarif Pajak Penghasilan yang pemungutnya bersifat final (Pasal 4 ayat 2): PPh atas bunga deposito bersifat final: 20% x Rp. 8. 000 = Rp. 1. 600. 000 Ada 2 metode pencatatan jurnal, yaitu: • Metode Bruto Kas dan bank Rp. 6. 400. 000 PPh Pasal 4 (2) Rp. 1. 600. 000 Penghasilan bunga Rp. 8. 000 • Metode Neto Kas dan bank Rp. 6. 400. 000 Penghasilan bunga Rp. 6. 400. 000

PIUTANG Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Aset lancar merupakan aset yang diharapkan akan

PIUTANG Piutang merupakan bagian dari aset lancar. Aset lancar merupakan aset yang diharapkan akan direalisasi dalam siklus aset operasi berjalan. Piutang digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu: • Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena adanya penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. • Piutang lain-lain timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan.

 • Akuntansi atas piutang Perlakuan akuntansi atas piutang tetap mendasarkan pada SAK. •

• Akuntansi atas piutang Perlakuan akuntansi atas piutang tetap mendasarkan pada SAK. • Metode penghapusan piutang a. Metode penghapusan langsung (Direct writeoff method) b. Metode penyisihan/pencadangan (Allowance method) • Penyisihan piutang tidak tertagih a. Atas dasar saldo piutang b. Atas dasar saldo penjualan • Penghapusan piutang didebit pada akun “Penyisihan piutang tidak tertagih”

Akuntansi Pajak Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan telah mengatur

Akuntansi Pajak Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan telah mengatur pembebanan sebagai biaya atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih atau lebih dikenal dengan penghapusan piutang, dengan syarat: 1. Telah dibebankan sebagai biaya pada laporan laba rugi komersial; 2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan 3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130/KMK. 04/1998 tentang penghapusan piutang tidak tertagih yang boleh dikurangkan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 130/KMK. 04/1998 tentang penghapusan piutang tidak tertagih yang boleh dikurangkan sebagai biaya. 1. Piutang tidak tertagih yang dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung PKP adalah piutang tidak tertagih yang timbul dibidang usaha bank, lembaga pembiayaan, industri, dagang dan jasa lainnya. 2. Piutang tidak tertagih yang dapat dihapuskan adalah piutang usaha sesuai dengan bidang usaha dari WP yang bersangkutan. 3. Terdapat persyaratan dalam mengelompokkan sebagai piutang tidak tertagih seperti yang dimuat dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h UU PPh.

Pembentukan Cadangan Piutang Tidak Tertagih Usaha Bank Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 235/KMK. 01/1998

Pembentukan Cadangan Piutang Tidak Tertagih Usaha Bank Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 235/KMK. 01/1998 Tanggal 14 April 1998 tentang perubahan Keputusan Menteri Keuangan No. 80/KMK. 04/1995 tentang besarnya dana cadangan yang boleh dikenakan sebagai biaya yang menyatakan bahwa Bank dapat membentuk dana cadangan piutang tidak tertagih. 1. 5% dari kredit yang digolongkan perhatian khusus 2. 15% dari kredit yang digolongkan kurang lancar 3. 50% dari kredit yang digolongkan diragukan 4. 100% dari kredit yang digolongkan macet

PERSEDIAAN Pengertian persediaan menurut PSAK No. 14 (Revisi 2008) digunakan untuk menyatakan aset yang:

PERSEDIAAN Pengertian persediaan menurut PSAK No. 14 (Revisi 2008) digunakan untuk menyatakan aset yang: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan/atau dalam perjalanan 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Pengukuran persediaan Dalam pengukuran persediaan bahwa persediaan harus berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto,

Pengukuran persediaan Dalam pengukuran persediaan bahwa persediaan harus berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Biaya persediaan dalam PSAK No. 14 meliputi biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Pencatatan persediaan Dalam akuntansi terdapat dua sistem pencatatan persediaan, yaitu: • Sistem perpetual Persediaan

Pencatatan persediaan Dalam akuntansi terdapat dua sistem pencatatan persediaan, yaitu: • Sistem perpetual Persediaan biasanya dapat diketahui secara terusmenerus tanpa melakukan inventarisasi (stock opname). • Sistem periodik Persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada akhir periode. Contoh: a. Pada tanggal 2 Januari 2014 Tn. Yahya membeli 4. 000 karung semen @Rp. 40. 000 per karung dari PT Semen Cibinong b. Pada tanggal 5 Januari 2014 Tn. Yahya menjual 3. 000 karung semen @Rp. 45. 000 kepada PT Maju.

 • Sistem perpetual Ø Pada saat pembelian Persediaan Utang dagang Ø Pada saat

• Sistem perpetual Ø Pada saat pembelian Persediaan Utang dagang Ø Pada saat penjualan Piutang dagang Penjualan HPP Persediaan • Sistem periodik Ø Pada saat pembelian Pembelian Utang dagang Ø Pada saat penjualan Piutang dagang Penjualan 160. 000 135. 000 120. 000 160. 000 135. 000

Metode penilaian persediaan Penetapan besarnya nilai persediaan akhir atau HPP dapat menggunakan metode: •

Metode penilaian persediaan Penetapan besarnya nilai persediaan akhir atau HPP dapat menggunakan metode: • Berdasarkan Harga Perolehan 1. Metode Identifikasi Khusus 2. Metode FIFO 3. Metode LIFO 4. Metode Rata-rata • Berdasarkan Estimasi a. Metode laba kotor b. Metode eceran

Akuntansi Pajak Pasal 10 ayat (6) UU PPh menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan

Akuntansi Pajak Pasal 10 ayat (6) UU PPh menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan. Pelaporan persediaan, sebagaimana telah diatur dalam PSAK No. 14 Tahun 2008 bahwa persediaan dalam neraca/laporan posisi keuangan dinyatakan sebesar harga pokok atau perolehan: 1. Harga terendah antara harga pokok dan harga pasar; atau 2. Harga jual

 • Data mutasi barang dagangan PT Maju No 1 2 3 4 5

• Data mutasi barang dagangan PT Maju No 1 2 3 4 5 6 Keterangan Persediaan Awal Pembelian ke 1 Pembelian ke 2 Penjualan ke 1 Penjualan ke 2 Persediaan Akhir Tahun 2012 Tahun 2013 Unit Harga/Unit 4. 000 3. 000 2. 000 3. 000 10. 000 15. 000 3. 000 2. 000 4. 000 Harga/Unit 17. 000 20. 000 Tahun 2014 Unit 4. 000 3. 500 2. 000 2. 500 4. 000 3. 000 Harga/Unit 20. 000 25. 000

Perhitungan harga pokok barang yang dijual • Menggunakan metode LIFO No Keterangan Tahun 2012

Perhitungan harga pokok barang yang dijual • Menggunakan metode LIFO No Keterangan Tahun 2012 1 2 3 4 5 Persediaan awal Pembelian ke 1 Pembelian ke 2 Barang tersedia untuk dijual Persediaan Akhir 40. 000 60. 000 34. 000 60. 000 47. 000 70. 000 50. 000 100. 000 (30. 000) 124. 000 (47. 000) 167. 000 (30. 000) 6 Harga Pokok Barang dijual 70. 000 77. 000 137. 000 Perhitungan persediaan akhir: • Persediaan akhir tahun 2012 • Persediaan akhir tahun 2013 • Persediaan akhir tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2014 = 3. 000 x Rp. 10. 000 1. 000 x Rp. 17. 000 = 3. 000 x Rp. 10. 000 : Rp. 30. 000 : Rp. 17. 000 : Rp. 47. 000 : Rp. 30. 000

 • Menggunakan metode FIFO NO Keterangan 1 2 3 Persediaan Awal Pembelian 4

• Menggunakan metode FIFO NO Keterangan 1 2 3 Persediaan Awal Pembelian 4 5 Barang tersedia dijual Persediaan Akhir 6 Harga pokok barang dijual Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 40. 000 60. 000 45. 000 34. 000 60. 000 77. 000 70. 000 50. 000 100. 000 (45. 000) 139. 000 (77. 000) 197. 000 (70. 000) 55. 000 62. 000 127. 000 Perhitungan persediaan akhir: • Persediaan akhir tahun 2012 = 3. 000 x Rp. 15. 000 = Rp. 45. 000 • Persediaan akhir tahun 2013 = 1. 000 x Rp. 17. 000 = 3. 000 x Rp. 20. 000 = Rp. 60. 000 = Rp. 77. 000 • Persediaan akhir tahun 2014 = 1. 000 x Rp. 20. 000 = 2. 000 x Rp. 25. 000 = Rp. 50. 000 = Rp. 70. 000

 • Laporan keuangan komersial No Keterangan 2012 2013 1 2 3 Harga penjualan

• Laporan keuangan komersial No Keterangan 2012 2013 1 2 3 Harga penjualan Harga pokok barang dijual Laba kotor 150. 000 (55. 000) 95. 000 160. 000 (62. 000) 98. 000 2014 Total 325. 000 635. 000 (127. 000) (244. 000) 198. 000 391. 000 • Laporan keuangan fiskal No Keterangan 2012 2013 2014 Total 1 2 3 Harga penjualan Harga pokok barang dijual Laba kotor 150. 000 (70. 000) 80. 000 160. 000 (77. 000) 83. 000 325. 000 (137. 000) 188. 000 635. 000 (284. 000) 351. 000

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH