Akad Bisnis Dalam Islam Murabahah dan Mudharabah Dita
Akad Bisnis Dalam Islam Murabahah dan Mudharabah Dita Astuti D. A. Anggita Istiana N. Fitri Bintang P. Agustin Pramudyastuti Atika Mustika 20130410097 20130410098 20130410102 20130410113 20130410
Murabahah (jual beli) • ar-ribhu ( )ﺍﻟ yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan) • Al-Irbaah karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lainnya. • Murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan.
Landasan Hukum Akad Murabahah 1. Al-Quran (QS. Al-Baqarah: 275 dan QS. An-Nisaa: 29) 2. Hadits “sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. Al Baihaqi dan Ibnu Majah) ”Tiga hal yang di dalam terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah) 3. Ijma’ Jual beli adalah jalan untuk mendapatkan suatu barang secara sah utuk memudahkan memenuhi kebutuhannya
Murabahah Zaman Rasulullah Nabi Saw ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau Saw menjawab, “Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Bazzaar, dishahihkan oleh Hakim dari Rifa’ah ibn Rafi’) Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.
Penyimpangan Murabahah Saat Ini • Penentuan margin sepihak. Penentuan secara sepihak ini tidak diperbolehkan karena dalam akadnya harus ada transparansi dan keadilan antara penjual (Bank Syariah) dan pembeli (nasabah). • tidak menyerahkan barang kepada nasabah tetapi memberi uang kepada nasabah. Hal ini tentu menyimpang dari aturan fiqh, karena ada dua transaksi dalam satu akad yaitu wakalah dan murabahah.
Mudharabah (bagi hasil) Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Dan secara tehnis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Jika kerugian akibat dari kelalaian pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut
Landasan hukum 1. Al-Qur’an - “…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah…” (al-Muzzammil: 20) - “tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…” (al-Baqarah: 198) 2. Al-hadist “Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Jenis Mudharabah 1. `Mudharabah muthlaqah pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. 2. Mudharabah muqayyadah pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi. Seiring dengan perkembangannya, ada satu jenis mudharabah lagi yaitu “Mudharabah Musytarakah”. Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
Mudharabah zaman Rasulullah Mudharabah sudah masyhur dikalangan bangsa Arab dijahiliyah apalagi pada bangsa Quraisy, karena umumnya perniagaan jadi pekerjaan mereka. Pemilik harta menyerahkan hartanya kepada pengelola (‘umaal). Rasulullah sendiri pernah berangkat membawa harta orang lain sebelum kenabian sebagaimana telah berangkat dalam perniagaan harta Khadijah. Juga kafilah dagang yang dipimpin Abu Sufyan kebanyakannya dengan sistem mudharabah dengan Abu Sufyan dan selainnya. Ketika datang islam Rasulullah menyetujuinya dan para sahabatpun berangkat dalam perniagaan harta orang lain secara Mudharabah dan beliau shallallahu’alaihi wa sallam tidak melarangnya. Sunnah disini adalah perkataan, pebuatan dan persetujuan beliau, ketika beliau setujui maka mudharabah dibenarkan dengan sunnah.
Penyimpangan Mudharabah Saat Ini • Status ganda perbankan syariah, mudharib dlm menghimpun dana dan shahibul maal dalam menyalurkan dana • Bank dan nasabah tidak siap menanggung kerugian • Semua nasabah mendapatkan bagi hasil • Bagi hasil yang tidak riil • Dana Nasabah perbankan syariah pasti aman meski bank merugi
- Slides: 10