ACTIVITY BASED COSTING Pertemuan 10 Pengertian Activity Based
ACTIVITY BASED COSTING Pertemuan 10
Pengertian Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
1. Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh: 1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective 2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead. pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost 3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Kelemahan ABC Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional: a) Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi. b) Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi. c) Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda.
Keunggulan ABC Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing dalampenentuan biaya produksi adalah sebagai berikut : a) Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya. b) Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modem, terdapat sejumlah akrivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis sistem biaya Activity Based Costing itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri. c) Sistem biaya Activity Based Costing mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
d) Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan perhatian pada sifat riildari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya danmengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk. e) Sistem biaya Activity Based Costing mengakui kompleksitas daridiversitas produksi yang modern dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction -based) dari pada berbasis volume produk. f) Sistem biaya Activity Based Costing memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik. g) Sistem biaya Activity Based Costing cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan juga biaya roduk.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolonhkan dalam 4 kelompok, yaitu: a. Facility sustaining activity cost --- biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci b. Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk c. Bacth activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin. d. Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
Pembebanan dua tahap dalam ABC Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991: 269 -270). Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.
Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. 2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk. 3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas 2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.
Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch. c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities) Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.
3. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. 4. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif per unit Cost Driver = Cost. Driverfitas/Jumlah. Aktivitas
b. Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost driver yang dipilih
Perbandingan tradisional dengan ABC Produk Unit JKL BTKL BBB BOP Setups X Y Z Total Jumlah biaya 20 unit 100 unit 30 jam 150 jam 70 jam Rp 300 Rp 1. 500 Rp 700 Rp 600 Rp 3. 000 250 jam Rp 2. 500 Rp 6. 600 Handles Part 2 kali 1 kali 3 kali 1 kali 2 kali 6 kali 4 kali Rp 6. 200 Rp 3. 300 Rp 3. 000
Produk (A) Konsumsi JKL (B) X Y Z Produk (A) Tarif JKL © 30 JKL 150 JKL 70 JKL Jumlah unit (B) BTKL © BOPdb (D) Rp 50 BBB (D) Jumlah Unit (E) Rp 1. 500 Rp 7. 500 Rp 3. 500 BOPdb (E) 20 unit 100 unit Total HPP (F) X Y Z 20 unit 100 unit Rp 300 Rp 1. 500 Rp 700 Rp 600 Rp 1. 500 Rp 3. 000 Rp 7. 500 Rp 3. 000 Rp 3. 500 Rp 2. 400 Rp 12. 000 Rp 7. 200 Jumlah 220 unit Rp 2. 500 Rp 6. 600 Rp 12. 500 Rp 21. 600 Tarif pembebanan BOP per unit Rp 75 Rp 35 HP/unit Tradiosional (G) Rp 120 Rp 72
Activity Based Costing Aktivitas (A) Total biaya Aktivitas (B) Setup Handling Part numbers Aktivitas (A) Rp 6. 200 Rp 3. 300 Rp 3. 000 Tarif per aktivitas (B) Setup Handling Part numbers Produk (A) X Y Z Aktivitas dikonsumsi © Unit (B) Rp 1. 033, 33 Rp 550, 00 Rp 750, 00 BTKL © 6 kali 4 kali Produk X © Tarif per aktivitas (D)= B: C Rp 1. 033, 33 Rp 550, 00 Rp 750, 00 Produk Y (D) (E) (F) Produk Z (G) (H) 2 2 1 Rp 2. 066, 67 Rp 1. 100 Rp 750 1 1 1 Rp 1. 033, 33 Rp 550 Rp 750 3 3 2 Rp 3. 099, 99 Rp 1. 650 Rp 1. 500 5 Rp 3. 916, 67 3 Rp 2. 333, 33 8 Rp 6. 249, 99 BBB (D) BOP (E) Total HP (F)=C+D+E 20 unit] 100 unit Rp 300 Rp 1. 500 Rp 700 Rp 600 Rp 3. 000 Rp 3. 916, 67 Rp 2. 333, 33 Rp 6. 249, 99 Rp 4. 816, 67 Rp 6. 833, 33 Rp 9. 949, 99 220 unit Rp 2. 500 Rp 6. 600 Rp 12. 499, 99 Rp 21. 599, 99 HP/unit (G) = F/B Rp 240, 83 Rp 68, 33 Rp 99, 50
Perbandingan Produk (A) X Y Z Jumlah unit (B) 20 unit 100 unit HP/unit Tradisional © Rp 120 Rp 72 HP/unit ABC (D) Rp 240, 83 Rp 68, 33 Rp 99, 50
- Slides: 17