1 Pertemuan Ke8 PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI Konsep
(1) Pertemuan Ke-8 PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI Konsep Ideologi dan Sejarahnya Pengertian Ideologi Secara etimologis (asal usul kata), ideologi berasal dari kata idea yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis (istilah) artinya ilmu tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013 : 60 – 61 ) dalam Wahono, 2017 : 93.
(2) Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, Ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Beberapa pakar atau pemikir dari Indonesia mendefinisikan ideologi sebagai berikut : Sastrapratedja ( 2001 : 43 ) : Ideologi adalah seperangkat gagasan/pemikiran yang berorientasi pada tindakan diorganisasi menjadi suatu system yang teratur.
(3) Soerjanto ( 19911 : 47 ) : Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya menjaga jarak dengan dunia kehidupannya. Mubyarto ( 1991 : 239 ) : Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja ( atau perjuangan ) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu.
(4) Semenjak istilah ideologi pertama kali diciptakan oleh Desstutt de Tracy Tahun 1796 di Perancis telah terjadi pergeseran arti begitu rupa, sehingga ideologi dewasa ini merupakan istilah dengan pengertian yang komplek. Tidak ada satunya pengertian subtansial mengenahi ideeologi yang dibawa oleh adanya perkembangan pemakaian istilah tersebut.
(5) Mc. Closky. dkk menegaskan bahwa “ dalam kita mempermasalahkan ideologi, kita memasuki bidang yang penuh dengan masalah-masalah sulit dan sampai sekarang ini belum terpecahkan, seperti masalah hakikat dan pengukuran ideologi “
(6) Dalam kaitannya dengan keragaman state of mind (keadaan pikiran) yang terkandung dalam kosakata ideologi , Karl Manheim (1936) secara lebih tegas menyatakan bahwa apabila orang berbicara tentang ideologi, maka perlu dibedakan adanya berbagai dataran berpikir yaitu : (a). Dataran berpikir ideologi sebagai ideologi atau idology itself. (b). Dataran berpikir ideologi sebagai otopia ( sistem sosial politik yang sempurna yang ada dalam bahaya dan sulit di wujudkan dalam kenyataan ). (c). Dataran berpikir ideologi sebagai scientific
(7) Dalam kawasan yang pertama ideologi merupakan rekayasa mental dari kelas dominan dalam masyarakat , yang ditujukan untuk kepentingan baik melestarikan maupun mendobrak status quo. Dalam kawasan ideology itself tersebut, ideologi amat berkaitan dengan perjuangan menyangkut kekuasaan, yang karena begitu fungsinal dalam konteks kekuasaan tersebut.
(8) Kawasan ideologi yang kedua menunjukkan eksistensi ideologi selaku daya normatif yang berkaitan dengan ideal kemasyarakatan di masa depan. Perbedaannya dengan ideologi pada kawasan yang pertama sebagai kekuatan ormatif , ideologi dalam arti kawasan yang kedua itu bersifat netral. Disini ideologi tidak memihak status quo maupun sebaliknya. , sedangkan ideologi dalam kawasan yang pertama lebih cenderung memihak status quo.
(9) Dalam kawasan ideologi yang ketiga, ideologi merupakan state of mind ( keadaan pikiran ) diluar kedua pengertian ideologi terdahulu. Disini idologi berperan sebagaimana Grand Theory dalam ilmu pegetahuan, khususnya ilmu-ilmu sosial, sebagai kerangka acuan dalam pendekatan ilmiah. Ideologi tidak lain adalah preferensi (pilihan) nilai yang menentukan asumsi dasar sebua teori. Ideologi semacam ini akan dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan perumusan teori-teori sosial yang bersifat indigenuous (asli) ( Klenden, 1987).
(10) Memperhatikan ketiga kawasan berpikir daalam membicarakan ideologi tersebut, Nasikun (1989) dalam Sutrisno ( 2005 : 29 ) menulis bahwa ideologi (ideologi itself) oleh posisinya yang konservatif (bersifat mempertahankan keadaan) lebih memperhatikan kondisi kehidupan saat ini, dipakai oleh kelas dominan sebagai instrumen nilai untuk mengukuhkan status quo. Adapun utopia , dengan pemahamannya yang kritis mengenahi kondisi hari ini dan orientasi masa depan , cenderung dipilih sebagai instrumen nilai untuk menstranformasikan kondisi kehidupan hari ini. Kawasan ideologi yang ketiga, sebagai suatu sistem pengetahuan yang objektif tenang dunia yang kita hadapi lebih berorientasii pada pragmatisme (berkenaan dengan negara dan pemerintahan) dan berperan sebagai instrumen rekayasa ilmiah.
(11) Fungsi Ideologi (a). Struktur kognitif (usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman yang dilalui); keseluruhaan pengetahuan yang dapat menjadi landasan untuk meahami dan menaafsirkn dunia serta kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya. (b). Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
12) (c). Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak. (d). Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya. (e). Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
(13) Sifatnya Ideologi Menurut sifatnya Ideologi dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : (a). Ideologi Terbuka Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan dari suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat tersebut.
(14) Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh negara melainkan terbuka milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam menemukan dirinya, kepribadiannya di dalam ideologi tersebut. Selain itu, ideologi terbuka dapat beradaptasi sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman.
(15) (b). Ideologi Tertutup Sedangkan ciri khas ideologi tertutup yaitu ideologinya bukan cita-cita yang hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita satu kelompok orang yang mendasari program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Dengan demikian atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat.
(16) Demi ideologi masyarakat harus berkorban dan kesediaan itu untuk menilai kepercayaan ideologi para warga masyarakat serta kesetiannya masing-masing sebagai warga masyarakat. Jadi akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus taat kepada ideologi tersebut. Dan itu berarti juga orang harus taat kepada elite yang mengembannya.
(17) Pancasila dan Ideologi – Ideologi Dunia Untuk mengetahui posisi ideologi Pancasila di antara ideologi besar dunia, maka perlu dipahami beberapa jenis ideologi dunia sebagai berikut : 1. Marxisme-Leninisme : suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif evolusi sejarah yang didasarkan pada dua prinsip : pertama, penetu akhir dari perubahan social adalah perubahan dari cara produksi; kedua, proses perubahan social bersifat dialektis (dialog untuk menyelidiki suatu masalah).
(18) 2. Liberarlisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam prespektif kebebasan individual artinya lebih mengutamakan hak-hak individu. 3. Sosialisme ; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif (cara melukiskan sesuatu) kepentingan masyarakat, artinya negara wajib mensejahterakan seluruh masyarakat atau yang dikenal dengan konsep welfare state. 4. Kapitalisme ; suatu paham yang memberi kebebasan kepada setiap individu untuk menguasai system perekonomian dengan kemampuan modal yang ia miliki ( Sastrapratedja, 2001 : 50 – 69 ) dalam Wahono, 2017 : 100.
(19) Hubungan Pancasila Dan Agama Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik Indonesia (pendiri Negara ). Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis ( ilmu ttg manusia/asal usul ) merupakan local genius bangsa Indonesia.
(20) Begitu pentingnya memantapkan kedudukaan Pancasila, maka Pancasila pun mengisaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan Agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan Animisme ( Chaidar, 1998 : 36 ) dalam Wahono at. All, 2017 : 104.
(21) Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2012 : 47 ), asal mula Pancasila secara langsung salah satunya asal mula bahan (Kausa Materialis) yang menyatakan bahwa “ bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila, . . yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adatistiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
(22) Apabila kita rinci, maka hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah sbb : (a). Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (b). Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang ber. Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing.
(23) (c). Tidak ada tempat bagi ateisme dan sekularisme (satu paham yang berpendirian bahwa moralitas tak perlu didasarkan pada ajaran agama) , karena hakekatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan. (d). Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama. (e). Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama, karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga.
(24) (f). Memberikaan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara. (g). Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggarakan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum Positif maupun norma moral baik moral agama maupun moral para penyelenggara negara.
(25) Dinamika Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno, sebagaimana diketahui bahwa Soekarno termasuk salah seorang perumus Pancasila, bahkan penggali dan memberi nama untuk dasar negara. Dalam hal ini, Soekarno memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi Negara. Namun dalam perjalanan pemerintahannya ideologi Pancasila mengalami pasang surut karena dicampur dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom.
(26) Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP. MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula Ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan Organisasi masyarakat (Ormas). Akibat dari cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru (mono tafsir ideologi yang berkuasa pada waktu itu).
(27) Pada masa era reformasi, Pancasila sebagai ideologi negara mengalami pasang surut dengan ditandai beberapa hal, seperti enggannya para penyelenggara negara mewacanakan tentang Pancasila, bahkan berujung pada hilangnya Pancasila dari kurikulum nasional, meskipun pada akhirnya timbul kesadaran penyelenggara negara tentang pentingnya Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
(28) Pancasila sebagai ideologi dalam masa Pemerintahan Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur paada 21 Mei 1998, atas desakan berbagai pihak , Habibie menghapus penataran P-4. Disamping itu, Lembaga yang bertanggung jawab terhadap sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999 tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7).
(29) Sementara itu, Pancasila sebagai Ideologi dalam masa Pemerintahan Abdulrrahman Wahid, muncul wacara tentang penghapusan TAP No. XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan ajaran komunis. Dimasa ini, yang lebih dominan adalah kebasan berpendapat , sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila cenderung melemah.
(30) Kemudian Pancasila sebagai Ideologi dalam masa Pemerintahan Presiden Megawati, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya dengan dishahkannya Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang tidak mencantumkan Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
(31) Lalu Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Pemerintahan SBY yang berlangsung dua periode dapat dikatakan juga tidak terlalu memperhatikan pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara. Mendekati akhir masa jabatannya Presiden SBY menanda tangani Undang-Undang RI No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).
(32) Dan yang terbaru pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo, Pancasila sebagai ideologi mulai kembali menguat formalitasnya dengan dibentuknya Lembaga Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). UKPPIP adalah Lembaga pemerintah non kementerian yang didirikan pada tahun 2017 melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor : 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila.
(33) Peran Pancasila sebagai Ideologi Negara Beberapa peran konkrit Pancasila sebagai ideologi meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara , artinya setiap perilaku warga negara harus didasarkan pada preskipsi moral (petunjuk yang bersifat pasti). Contohnya, kasus narkoba yang merebak dikalangan generasi muda menunjukkan bahwa preskripsi moral ideologis belum disadari kehadirannya.
(34) 2. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan sila-sila Pancasila. Contohnya, kasus terorisme yang terjadi dalam bentuk pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini bertentangan dengan nilai toleransi berkeyakinan, hak-hak asasi manusia dan semangat persatuan.
- Slides: 34