1 2 SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG Jumlah Pembalik
1
2
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG Jumlah Pembalik/ Penyesuaian Kembali Transaksi Neraca saldo Perusahaan Penutupan Buku Kertas Jurnal Transaksi Pembantu Kerja Penutup Dicatat Dalam Dimasukkan Dalam Neraca Jurnal Buku Besar Saldo Penyesuaian LAPORAN KEUANGAN 3
A. Definisi Perusahaan Dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya membeli barang dagangan dengan tujuan untuk dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk atau menprosesnya terlebih dahulu. Dari pengertian diatas, karakteristik kegiatan usaha perusahaan dagang meliputi kegiatan pembelian, pembayaran, penjualan, persediaan barang dagangan, dan penerimaan uang. 4
B. Akun Khusus Perusahaan Dagang Siklus : 1. 2. Pembelian 3. 4. Perusahaan Dagang L/R Barang Dagang 1. 2. Penjualan Pembelian (D) Beban Angkut Pembelian (D) Retur Pembelian dan PH (K) Potongan Pembelian 3. 4. Penjualan (K) Retur Penjualan dan PH (D) Potongan Penjualan (D) Beban Angkut Penjualan (D) 5
1. Akun Khusus dan Jenis Transaksi Perusahaan Dagang a. Pembelian Transaksi pembelian dalam perusahaan dagang yang paling spesifik adalah pembelian barang dagangan. Selain itu, pembelian juga meliputi pembelian peralatan, perlengkapan, dan jasa lainnya dalam rangka kegiatan usaha. Pembelian bisa dilakukan secara tunai (kas) atau kredit. Bukti pencatatan dari transaksi pembelian ini berupa faktur asli atau kuitansi (bukti kas keluar). 6
Lanjutan …. . • Pencatatan pembelian secara tunai, jurnalnya : Pembelian Rp. XXX Kas Rp. XXX • Pencatatan pembelian secara kredit, jurnalnya : Pembelian Utang Usaha Rp. XXX 7
b. Retur Pembelian dan Pengurangan Harga Retur pembelian dan pengurangan harga dapat diartikan pembelian barang yang diterima dari pihak penjual karena cacat mutu, tidak sesuai dengan pesanan, atau rusak selama dalam pengiriman sehingga akan mengurangi jumlah utangnya. Dapat juga diartikan bahwa pembeli tidak mengirim kembali barang yang diterima, tetapi meminta pengurangan harga untuk barang yang cacat tersebut. Bukti pencatatan retur pembelian ini berupa nota debit. 8
Lanjutan …. . Pencatatan retur pembelian dan pengurangan harga, jurnalnya : Utang Usaha Retur Pembelian dan Pengurangan Harga Rp. XXX 9
c. Potongan Pembelian Pada saat terjadi transaksi pembelian barang dagangan, kedua belah pihak (pembeli-penjual) akan terikat dengan syarat jual-beli tertentu. Jika pembeli barang dagangan dilakukan secara kredit dengan tempo satu bulan, kemudian karena sesuatu hal pembeli mempercepat pembayaran yang dilakukan masih dalam waktu yang ditentukan untuk memperoleh potongan, maka jumlah yang harus dibayar adalah jumlah terutang dikurangi potongan yang diterima. Potongan yang diterima ini disebut potongan tunai dan akan dicatat pada akun pembelian. Bukti pencatatan potongan pembelian ini biasanya berupa kuitansi pembayaran yang didalamnya dijelaskan potongan yang diterima. 10
Lanjutan …. . Pencatatan potongan pembelian, jurnalnya : Utang Usaha Kas Potongan Pembelian Rp. XXX 11
d. Beban Angkut Pembelian Transaksi ini terjadi bila syarat jual-bel menyebutkan bahwa ongkos kirim barang menjadi tanggungan pembeli. Dengan demikian, harga perolehan barang dagangan tersebut meliputi harga pembelian ditambah dengan ongkos angkutnya. Bukti pencatatannya bisa berupa faktur atau kuitansi. 12
Lanjutan …. . Pencatatan beban angkut pembelian, jurnalnya : Beban Angkut Pembelian Rp. XXX Kas Rp. XXX 13
e. Penjualan merupakan pendapatan sejumlah harga barang yang dibebankan kepada pembelian. Transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai atau kredit dengan diikuti syarat jual-beli yang mengikat kedua belah pihak. Bukti pencatatannya adalah faktur tembusan atau kuitansi tembusan (bukti kas masuk). 14
Lanjutan …. . Pencatatan penjualan secara tunai, jurnalnya : Kas Rp. XXX Penjualan Rp. XXX Pencatatan penjualan secara kredit, jurnalnya : Piutang Usaha Penjualan Rp. XXX 15
f. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga Dapat digambarkan bahwa pihak penjual juga terikat oleh syarat jual-beli tertentu. Hal ini terjadi bila barang yang dijual tersebut tidak sesuai dengan permintaan pembeli atau karena sebab yang lain sehingga jumlah yang diterima kembali akan mengurangi tagihan. Alternatif lain adalah barang yang tidak sesuai dengan permintaan pembeli tersebut tidak perlu di-retur, tetapi kepada pembeli diberikan pengurangan harga. Bukti pencatatan berupa nota kredit. 16
Lanjutan …. . Pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga, jurnalnya : Retur Penjualan dan Pengurangan Harga Piutang Usaha Rp. XXX 17
g. Potongan Penjualan Maksudnya adalah pihak penjual memberikan potongan tunai atas pelunasan yang dipercepat oleh pihak pembelia sehingga akan mengurangi jumlah tagihan yang diterima oleh penjual. Bukti pencatatannya berupa kuitansi tembusan atau bukti kas masuk yang didalamnya dijelaskan jumlah potongan yang diberikan. 18
Lanjutan …. . Pencatatan potongan penjualan, jurnalnya : Kas Rp. XXX Potongan Penjualan Rp. XXX Piutang Usaha Rp. XXX 19
h. Beban Angkut Penjualan Transaksi ini terjadi bila syarat jual-beli menetapkan bahwa ongkos kirim tanggungan pihak penjual. Bukti pencatatannya berupa faktur atau kuitansi (bukti kas keluar). 20
Lanjutan …. . Pencatatan beban angkut penjualan, jurnalnya : Beban Angkut Penjualan Kas Rp. XXX 21
i. Persediaan Barang Dagangan Diartikan sebagai stok barang dengan yang masih ada dan belum terjual. Ada tiga asumsi penilaian terhadap pencatatan harga pokok barang dagangan secara kualitatif, yaitu : 1. FIFO (First – in first – out) Pada penilaian ini, barang yang pertama kali dibeli dianggap sebagai barang yang pertama kali pula dijual. Harga pokok dagang pada laporan laba – rugi diasumsikan adalah harga pokok barang yang dibeli pertama kali. 2. LIFO (Last – in first – out) Pada penilaian ini, barang yang terakhir dibeli dianggap sebagai barang yang pertama kali pula dijual. Harga pokok barang adalah sama dengan barang yang terakhir dibeli. 22
Lanjutan …. . 3. Average Pada penilaian ini, harga pokok barang yang berbeda – beda tanggal pembeliannya dirata-ratakan untuk mendapatkan harga pokok yang tercatat pada laporan laba – rugi. 23
Metode Perhitungan Biaya Persediaan 1. Sistim Periodik (Periodical System) Dalam metode ini, hanya pendapatan yang dicatat setiap kali penjualan dilakukan. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan. Pada akhir periode, perhitungan fisik harus dilakukan untuk menentukan biaya atau harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan. 2. Sistim Perpetual (Perpectual System) Pada metode ini, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama dengan pencatatan kenaikan dan penurunan kas. 24
Lanjutan …. . (Sistim Perpetual) Akun persediaan pada awal periode menunjukkan stok pada tanggal tersebut. • Pembelian dicatat dengan jurnal : (pada tanggal pembelian) Persediaan barang dagangan Rp. XXX Kas / Utang Usaha Rp. XXX • Penjualan dicatat dengan jurnal : (pada tanggal penjualan) Harga Pokok penjualan Persediaan barang dagangan Rp. XXX 25
2. Syarat Pembayaran Syarat pembayaran merupakan sejumlah syarat yang mengikat pembeli dan penjual, khususnya apabila transaksi jual-beli dilakukan secara kredit. Syarat ini erat hubungannya dengan potongan tunai dan jangka waktu kredit atas barang yang diperjualbelikan. 26
Syarat pembayaran yang sering digunakan antara lain : a. n/30 Pembeli harus melunasi harga barang paling lambat 30 hari setelah tanggal transaksi. b. 2/10, n/30 Potongan 2% akan diberikan apabila pembeli melunasi harga barang paling lambat 10 hari setelah tanggal transaksi, sedangkan janga waktu kredit (n) yang diberikan adalah 30 hari. 27
Lanjutan …. c. EOM ( End of Month) Harga neto faktur harus dilunasi paling lambat pada akhir bulan, dalam hal ini pihak penjual tidak memberi potongan tunai kepada pembeli. d. n/10, EOM Harga neto faktur harus dilunasi paling lambat 10 hari setelah akhir bulan tanpa mendapatkan potongan tunai. 28
3. Syarat Penyerahan Barang Syarat penyerahan barang ini merupakan kesepakatan penjual dengan pembeli yang berhubungan dengan tempat barang yang akan diserahterimakan setelah terjadi kecocokan mengenai harga. Syarat penyerahan barang yang biasanya terjadi dalam jual-beli barang adalah : a. Franko Gudang Penjual b. Franko Gudang Pembeli c. CIF (Cost, Insurance, and freight) d. CIFIC (Cost, Insurance, and Freight Inclusive Commission) e. Free on Board (FOB) Shipping Point f. Free on Board (FOB) Destination Point 29
C. JURNAL UMUM DAN JURNAL KHSUSUS 1. Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus Jurnal Umum a. Digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi. b. Bentuk buku harian dengan dua lajur. c. Penulisan nama akun pada waktu membuat ayat jurnal dilakukan setiap transaksi. d. Posting dilakukan untuk tiap-tiap transaksi. e. Pekerjaan pencatatan dapat dilakukan oleh satu orang. Jurnal Khusus a. Digunakan untuk mencatat transaksi yang sejenis dan sering terjadi. b. Bentuk buku harian dengan banyak lajur. c. Penulisan nama akun pada waktu membuat ayat jurnal tidak dilakukan untuk setiap transaksi. d. Posting dilakukan secara kolektif dan berkala. e. Pekerjaan pencatatan dapat dilakukan oleh beberapa orang. 30
Lanjutan ……. 2. Jenis Jurnal Khusus q Jurnal Pembelian (Purchases Journal) q Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal) q Jurnal Penjualan (Sales Journal) q Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal) 31
3. Format Jurnal Khusus a. Jurnal Pembelian Bentuk Skontro : Halaman …. Tanggal No. Faktur Akun yang Dikredit Ref. Pembelian (D) Utang Usaha (K) 32
Lanjutan …. (Jurnal Pembelian) Bentuk Stafel : Halaman …. Debit Tanggal No. Faktur Akun yang Dikredit Ref. Pembelian Kredit Serba-Serbi Jumlah Akun Utang Usaha 33
b. Jurnal Pengeluaran Kas Halaman …. Debit Tanggal Keterangan Ref. Utang Usaha Pembelia n Kredit Serba – Serbi Ref. Jumlah Akun Kas Potongan Pembelia n 34
c. Jurnal Penjualan Bentuk Stafel : Halaman …. Tanggal No. Faktur Akun Yang Didebit Debit Ref. Piutang Usaha Kredit Penjualan Seba – Serbi Jumlah Akun 35
d. Jurnal Penerimaan Kas Halaman …. Debit Tanggal Keterangan Ref. Kas Potongan Piutang Penjuala Usaha n Kredit Penjuala n Serba - Serbi Jumlah Ref. Akun 36
4. Jurnal Umum Merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi -transaksi yang tidak bisa dicatat dalam jurnal khusus. Transaksi yang dicatat ke dalam jurnal umum biasanya retur pembelian, retur penjualan, pengambilan barang dagangan untuk keperluan keluarga, dan transaksi-transaksi intern. 37
D. Buku Besar Pembantu 1. Definisi Buku Besar Pembantu dapat diartikan buku atau perangkat yang dibuat untuk merinci secara individual bagian dari harta (piutang usaha dan persediaan barang dagangan) dan utang tertentu. Buku Besar Permbantu dicatat setia[ hari dari bukti-bukti pembukuan dibuat secara individual serta memberi informasi yang lebih rinci mengenai akun buku besar yang dibantunya. Karenanya, bentuk buku besar pembantu umumnya sama dengan bentuk buku besar utama. 38
2. Format Buku Besar Pembantu a. Bentuk Skontro PT / CV ………(Nama Perusahaan) No. ………… Tanggal Keterangan Jumlah 39
b. Bentuk Stafel PT / CV ………(Nama Perusahaan) No……… Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit Saldo 40
c. Buku Besar Pembantu Persediaan Barang Dagangan Tanggal Keterangan Ref. Debit (Unit) Kredit (Unit) Saldo (Unit) 41
3. Fungsi Buku Besar Pembantu Tujuan buku besar pembantu adalah untuk memberi keterangan atau memberi rincian mengenai jenis harta atau utang. Untuk pengendalian, pada akhir bulan saldo buku besar utama dicocokkan dengan jumlah dari buku besar pembantu. Jumlah dari kedua sumber itu harus sama. Untuk menetapkan saldo buku besar pembantu piutang atau utang yang berbentuk skontro, perlu dicari selisih antara jumlah debit dan kredit. Sedangkan buku besar pembantu yang menggunakan bentuk stafel, saldonya adalah jumlah terakhir. 42
4. Tahap Pencatatan Buku Besar Pembantu Jurnal Khusus Buku Besar Bukti Transaksi Jumlahnya Sama Buku Besar Pembantu Daftar saldo 43
5. Daftar Sisa Buku Besar Pembantu a. Daftar Sisa Piutang Usaha Contoh : Buku Piutang (Buku Pembantu) CV. Adil, Jakarta 31/8 2. 200. 000, 00 CV. Laris, Semarang 31/8 1. 200. 000, 00 Toko Arif, Jakarta 31/8 1. 300. 000, 00 CV. Firdha Daftar Sisa Piutang Usaha Per 31 Agustus 2008 No. Nama Debitur 1. 2. 3. CV. Adi, Jakarta CV. Laris, Semarang Toko Arif, Jakarta - Jumlah Sisa 2. 200. 000, 00 1. 300. 000, 00 4. 700. 000, 00 Buku Besar Utama : Piutang Usaha 31/8 No. 112 4. 700. 000, 00 Sama 44
b. Daftar Sisa Utang Usaha Contoh : Buku Utang Usaha (Buku Pembantu) CV. Maju, Surabaya 31/8 3. 000, 00 CV. Raya, Jakarta 31/8 3. 000, 00 Toko Jaya, Jakarta 31/8 3. 500. 000, 00 CV. Firdha Daftar Sisa Utang Usaha Per 31 Agustus 2008 No. Nama Debitur 1. 2. 3. CV. Maju, Surabaya CV. Taya, Jakarta Toko Jaya, Jakarta - Jumlah Sisa 3. 000, 00 3. 500. 000, 00 9. 500. 000, 00 Buku Besar Utama : Utang Usaha 31/8 No. 211 4. 700. 000, 00 Sama 45
c. Daftar Sisa Persediaan Barang Dagangan Contoh : CV. Firdha Daftar Sisa Persediaan Barang Dagangan Per 31 Agustus 2008 No. 1. Nama Barang Dagangan (Jenisnya……) Unit 1. 765 46
E. Posting Jurnal Khusus ke Buku Besar 1. Hubungan Buku Besar Utama dan Buku Besar Pembantu Akun atau perkiraan adalah alat untuk mencatat transaksi-transaksi perusahaan yang diambil dari buku jurnal. Pencatatan tersebut dinamakan posting sedangkan kumpulan dari seluruh akun yang digunakan dalam pembukuan disebut buku besar. Buku besar utama terdiri atas akun-akun tertentu yang masih memerlukan perincian dan perincian itu terdapat dalam buku pembantu. 47
2. Rekapitulasi Jurnal Khusus Rekapitulasi jurnal khusus atau ikhtisar jurnal khusus adalah penjumlahan secara global dari masing-masing jurnal khusus yang bertujuan untuk mempermudah dalam mem-posting jurnal khusus tersebut ke dalam buku besar utama pada setiap saat tertentu, biasanya setiap akhir bulan. 48
Lanjutan …… Bentuk / format rekapitulasi setiap jurnal adalah sama, yaitu rekapitulasi jurnal pembelian, jurnal pengeluaran kas, jurnal penjualan, dan jurnal penerimaan kas. Format : Rekapitulasi Jurnal ………… No. Akun Debit Kredit 49
F. Harga Pokok Penjualan ( HPP ) 1. Arti Harga Pokok Penjualan Merupakan barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir. Transaksi : Barang yang tersedia untuk dijual Rp. 17. 800. 000, 00 Persediaan barang dagang akhir (Rp. 3. 000, 00) Harga Pokok Penjualan Rp. 14. 800. 000, 00 50
2. Rumus Harga Pokok Penjualan Rumus perhitungan harga pokok penjualan : HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir Transaksi : Persediaan barang dagang awal Rp. 2. 750. 000, 00 Pembelian Rp. 15. 050. 000, 00 Barang yang tersedia untuk dijual Rp. 17. 800. 000, 00+ Persediaan barang dagang akhir (Rp. 3. 000, 00) Harga Pokok Penjualan Rp. 14. 800. 000, 00 51
3. Perhitungan Pembelian Bersih Sesuai dengan prinsip harga perolehan, transaksi harus dicatat sebesar jumlah uang yang benar-benar dibayarkan pada saat pembelian, termasuk didalamnya beban-beban tambahan yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian tersebut. Transaksi yang mempengaruhi pembelian barang adalah beban angkut pembelian, retur pembelian dan pengurangan harga, serta potongan pembelian. 52
Lanjutan ……… Transaksi : Pembelian Rp. 15. 250. 000, 00 Beban Angkut Pembelian Rp. 100. 000, 00 + Rp. 15. 350. 000, 00 Dikurangi : Retur Pembelian dan Pengurangan Harga. Rp. 250. 000, 00 Potongan Pembelian Rp. 50. 000, 00 + (Rp. Pembelian Bersih Rp. 300. 000, 00) 15. 050. 000, 00 53
4. Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) Rumus : Persediaan Awal Pembelian Beban Angkut Pembelian Dikurangi : Retur Pembelian Potongan Pembelian Rp. XXXX + Rp. XXXX Rp. XXXX + Pembelian Bersih Barang tersedia untuk dijual Persediaan Akhir Harga Pokok Penjualan XXXX Rp. Rp. (Rp. XXXX + XXXX) XXXX 54
55
- Slides: 55